3 | Menyakitkan

1.7K 258 7
                                    

Terlalu menyakitkan jika Sagara terus memikirkan bagaimana jika ia ada di posisi seorang Areska, cowok manis dengan lesung pipit yang memberikan kesan keindahan. Kini merasakan sakit teramat dalam. Goresan pada lukanya semakin menganga tanpa pengobat, Sagara ingin selalu bersama Areska. Namun, karena anak itu sedikit trauma akan kehilangan adiknya ia jadi lebih pendiam. Dan membatasi untuk bertemu dengan orang-orang.

Padahal Sagara tidak bisa jauh-jauh darinya. Dari banyaknya perihal berharga di dunia ini, Areska menjadi salah satunya bagi Sagara.

Barangkali Areska masih terluka, dia membutuhkan beberapa waktu untuk menenangkan dirinya. Seseorang yang menjadi penguatnya, justru lebih dulu meninggalkannya sejauh mungkin untuk selama-lamanya.

Dokter juga melarang Sagara untuk menjenguk Areska barang sebentar saja dengan alasan mental Areska akan terganggu jika ia terus merasakan stres, dokter sempat mengatakan jika Areska mengalami depresi berat. Amat sakit bagi Sagara setelah mendengar kabar seperti itu, dan lebih membuatnya kesal adalah ayah dari Areska yang tidak lagi ketara sampai saat ini. Seharusnya dia ada di dekat Areska, seseorang yang berusaha mempertahankan kehidupan anaknya.

Bagaikan di telan bumi, Sagara juga mendatangi rumahnya. Namun, satpam di rumah tersebut tidak memberitahu keberadaan Riki─ayah Areska. Kemana lagi Sagara harus mencarinya, dia berkeinginan pria baya itu tahu akan apa yang sudah terjadi pada putra satu-satunya itu.

Jika terus dibiarkan kemungkinan besar Areska akan semakin kesakitan. Sebab Sagara sudah menerka-nerka nya, dia tidak yakin tapi dia tahu keadaan memang tidak pernah membaik sejak kematian Mahes.

"Kak, sekarang Sagara harus gimana? Sagara kasihan sama Areska," ujar Sagara menghapus air matanya yang mengalir dengan amat deras. "Areska sampai depresi lho.

"Sekarang kamu juga sama-sama berjuang, kamu nggak sendiri kakak di sini kok bantuin Sagara sama Areska." ucap Jendral menangkup pipi Sagara dengan lembut, dia paham perasaan adiknya maka dari itu dia juga berniat membantunya.

"Beneran ya kak?"

"Iya dong, masa kakak bohong," sahut Jendral yang merangkul bahu adiknya, dan kembali melanjutkan perjalanan.

"Iya dong, masa kakak bohong," sahut Jendral yang merangkul bahu adiknya, dan kembali melanjutkan perjalanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sementara dengan keadaan Areksa sendiri, anak itu duduk termenung di atas brankarnya. Ini sudah masuk seminggu lebih ia berada di rumah sakit. Areska rindu Mahes, dia tidak dapat mempercayai jika adiknya itu telah tiada. Ia sendirian dan tidak ada yang berada di dekatnya, sebenarnya Sagara selalu datang untuk memantau namun Areska sendiri yang menolak dengan berbagai kata kasar. Demi apapun Sagara hanya ingin Areska baik-baik saja meski jarak akan memisahkan sejauh mungkin.

Tangannya mulai terasa sakit akibat sengaja di goreskan pada sudut meja yang lancip, Areska akhir-akhir ini suka melukai dirinya sendiri. Ia sudah berada dalam ketakutan yang luar biasa, dan bisa jadi mentalnya telah terganggu. Hanya saja Areska tidak menyadarinya, dia perlu menenangkan diri dengan cara apapun. Karena dia memang harus cepat membaik, bukannya menyiksa dirinya seperti ini.

Satu Ginjal Milik Areska | 𝙍𝙚𝙫𝙞𝙨𝙞𝙤𝙣Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang