Dua puluh

1.5K 311 28
                                    

**

Rumor Beomgyu yang berpacaran dengan Ryujin sudah menyebar luas, sama luasnya dengan kabar putus mereka. Mengejutkan. Semua orang jadi bertanya-tanya. Semua jadi meragukan kabar pacaran mereka. Mungkin memang benar, jika Ryujin mengada-ngada. Atau mungkin Beomgyu dan teman-temannya sedang gabut saat itu. Bermain truth or dare. Berakhir dengan Beomgyu yang harus mengunggah sesuatu yang menyatakan dirinya berpacaran dengan Ryujin.

Beragam teori bermunculan. Sialnya, tidak ada satupun yang benar. Tidak ada yang membenci Beomgyu setelah kejadian ini, tidak peduli jikapun Beomgyu sedang berperan antagonis saat ini. Rasa suka mereka terlalu besar dan Beomgyu memang sesulit itu untuk dibenci.

Sama halnya dengan teman-teman Ryujin yang tidak berdaya melihat Ryujin menangis sedu. Yang dilakukan Renjun dan Kai juga sebatas menyemangati. Baik teman-temannya Ryujin maupun Taehyun berpikir bahwa mereka terlalu percaya diri jika Beomgyu menyukai mereka, seharusnya mereka tahu bahwa Beomgyu mungkin lelah dan ingin 'bermain', seharusnya mereka paham bahwa Beomgyu yang tampan dan cantik itu lebih menyukai cinta dalam diam. Beomgyu lebih suka diam menunggu hingga akhirnya sahabat-sahabatnya itu jengah dan berakhir dengan Beomgyu yang mengakui rasa cinta itu.

Renjun tahu kalau Taehyun akan patah hati semudah ia jatuh hati pada Beomgyu. Itu adalah hukum dalam mencintai Beomgyu. Karena Beomgyu bukan orang yang menerima tawaran pacaran hanya karena tidak tega.

Renjun tidak cemburu pada siapapun. Karena Renjun adalah teman yang baik maka ia ingin Taehyun merasakan indahnya jatuh cinta dimasa muda tanpa patah hati karena Beomgyu seperti kebanyakan murid Stars lainnya.

Namun Taehyun keras kepala. Ia mengikuti kata hati yang kini dipastikan sudah hancur berkeping-keping. Ia terlalu percaya diri, mengikuti saran Kai tanpa pikir dua kali.

"Gue udah bilang, kan," celetuk Renjun ketika melihat Taehyun memandangi Beomgyu dan sahabat-sahabatnya dengan lesu tak jauh dari meja makan mereka saat ini. Kai buru-buru menyela,

"Ren!"

"Lo terlalu percaya diri, Hyun! Udah gue bilang berulang kali. Berhenti sebelum lo patah hati."

Taehyun menghela napasnya. Ia menundukkan kepala sambil mengaduk-aduk minumannya dengan sedotan. Apa yang salah dengan menjadi percaya diri?

"Sekarang lo mau apa?" Renjun bertanya.

Taehyun kembali mendongakkan kepala, ia tatap Beomgyu dari jauh. Sakit sekali rasanya ketika matanya melihat sosok tampan dan cantik itu. Tapi, sialnya. Hati yang sudah hancur lebur itu tak sanggup untuk diajak membenci.

Renjun berdecak disaat Kai hanya memilih diam sedari tadi. "Lo masih suka sama dia?" Taehyun menoleh dengan wajah sedih. "Setelah apa yang terjadi selama ini, Hyun. Lo nggak benci sama dia?"

Taehyun menggelengkan kepalanya dan saat itu juga Renjun mendenguskan tawa. Lucu, pikirnya. Ada orang yang sudah disakiti, diberi luka banyak tapi tidak juga mampu membenci.

"Jadi sekarang mau gimana? Tetap ngejar dia? Hyun! Di apotek gak jual obat patah hati kalau lo nggak tahu."

"Lagian, patah hati itu konsekuensi," celetuk Kai akhirnya mengucapkan sebuah kalimat juga.

Taehyun mengalihkan fokusnya ke Kai. "Cinta ditolak itu wajar dan patah hati adalah konsekuensi dari penolakan itu. Lo berhak mencintai dia, tapi lo nggak ada hak untuk maksa dia juga ngerasain hal yang sama, kan?"

Kai memberi jeda dengan minum es teh dari sedotannya. "Sekarang kalau lo mau galau kayak gini ya silahkan, tapi jangan lama-lama. Kalau lo nggak bisa benci dia setelah apa yang udah dia lakuin ke lo, ya udah. Lagian nggak ada gunanya juga membenci seseorang. Dan kalau lo masih mau ngejar dia, ya silahkan. Tapi, Hyun...."

Turn Left | ENDWhere stories live. Discover now