lacuna pt. 1

2.6K 141 32
                                    

Original story by parkayoung
.
.
.
Dulu, Jimin pernah berpikir jika tidak seharusnya dia berpasrah pada apa yang disebut cinta. Orang berkata jika cinta adalah rumah dimana akan ada banyak jaminan kenyamanan dan kebahagiaan. Jimin sempat percaya, terlebih ketika dirinya mulai terpikat pada sebuah kecantikan surgawi dari sosok wanita yang tengah mengatur cara berjalan yang cantik di atas catwalk. Fantasinya bermain sempurna dan hatinya memicu percikan abstrak yang diam-diam membuatnya tersenyum.

Cerita klasiknya, Jimin menyadari dirinya mulai jatuh hati pada sebingkai senyum yang tak hanya menambah kecantikan, tapi juga daya tarik. Kubangan hati itu membawa Jimin menggerakkan kaki untuk melukis satu uluran tangan dimana dia memperkenalkan diri sebagai Park Jimin, seorang pengagum dan penggemar.

Semua berjalan begitu lancar-mungkin Tuhan sudah begitu tepat menempatkan goresan takdir pada Jimin untuk satu urusan bernama hati. Karena dimasa akhir suatu pendekatan yang ia gencarkan pada model cantik itu, Jimin mendapat balasan yang setimpal. Dia memiliki bidadarinya.

Namanya Jeongyeon. Gadis cantik yang sudah menjungkir balikkan hati dan hidup Jimin dengan satu senyuman saja. Jimin tidak memiliki banyak kata untuk mengungkapkan bagaimana sosok Jeongyeon yang telah membuatnya berlutut tidak sopan pada sebuah cinta. Yang jelas, Jimin sudah menumpahkan semua hal yang ia miliki hanya untuk satu dunianya yang baru, Jeongyeon.

Tiga musim panas terlewati, beribu hari terlampaui, dan sejuta cinta telah tercurah, Jimin kira semua akan berujung manis ketika dia memutuskan untuk melingkarkan satu cincin bermata berlian cantik di jari manis Jeongyeon. Harapannya, Jeongyeon akan menyambut bahagia dan cerita indah mereka akan lebih dari tiga musim panas di masa yang sebelumnya. Dan benar, gadis itu menerima lamarannya dan mereka bersiap ke jenjang yang lebih serius.

Jimin begitu antusias dengan pernikahannya yang akan digelar bersama Jeongyeon. Tidak ada satu haripun yang ia lewati untuk memeriksa kembali segala persiapan hingga hari H hanya tersisa satu minggu lagi.

Saat itu Jimin menerima pesan Jeongyeon untuk bertemu di suatu cafe. Mungkin Jeongyeon ingin membicarakan sisa detil pernikahan yang akan mereka gelar seminggu lagi. Tapi ketika Jimin duduk di hadapan Jeongyeon dengan segala senyum kebahagiaan yang terpatri tampan, petir pertanda buruk justru datang.

"Jimin," Jeongyeon mendorong kotak merah itu, "Aku tidak bisa menikah denganmu." senyum sinis Jeongyeon membuat Jimin ingin merobohkan segala yang ada di sekitarnya. "Aku belum siap menikah dan, yaa-ku rasa sebaiknya ini di akhiri."

"Tapi seminggu lagi-"

"Aku tidak bisa." Tandas Jeongyeon dengan keangkuhan penuh. "Aku sudah berkata pada orang tuaku untuk membatalkan pernikahan ini. Mereka murka dan aku di usir. Tapi buatku itu tidak masalah, asalkan aku batal menikah."

"Jeongyeon, jangan membuat lelucon."

"Tidak ada lelucon di sini, Jimin. Aku serius." Jeongyeon menyesap sisa Latte dari cangkirnya dan bersiap pergi tanpa pernah peduli jika Jimin sebentar lagi akan terjun bebas ke dasar jurang. "Jika kau butuh alasan yang pasti mengapa semua ini harus berakhir, dia jawabannya." Jeongyeon menunjuk sosok lelaki yang melambai di luar cafe. "Namanya Harry dan aku jatuh cinta padanya."

Sebegitu mudahnya Jeongyeon berkata cinta pada lelaki lain setelah dia menginjak cinta Jimin padanya.

"Aku percaya kau bisa mengurus sisanya. Jadi, aku pergi."

Bersama langkah angkuhnya itu, Jeongyeon pergi dengan sebingkai senyum sinis kala Jimin berkata tetap ingin sehidup semati dengannya.

.

.

Berhari-hari Jimin terjebak dalam hari gelap yang membuatnya tak berselera hidup. Begitu mudahnya Jeongyeon membuangnya dalam tong sampah ketika banyak proposal yang sudah ia susun secara rapi. Tidakkah wanita itu tau apa akibat yang terjadi pada Jimin?

𝙎𝙀𝙐𝙇𝙈𝙄𝙉 𝙎𝙃𝙊𝙍𝙏 𝙎𝙏𝙊𝙍𝙔 [𝙈]Where stories live. Discover now