)23(

852 161 56
                                    

Gpp deh blm 85 vote, aku tetep up malam ini. Aku lagi belajar buat lebih percaya diri sama tulisan aku, walaupun cerita ku amburadul dan jauh dari kata bagus.

Terimakasih yg udah mau vote sama coment, seriusan, kalian yg bikin aku percaya diri. Terimakasih༎ຶ‿༎ຶ

Ini kalo makin amburadul maapin ya( ・ั﹏・ั)

HAPPY READING 💙














Soojin menggenggam erat tangan besar laki-laki yang saat ini berdiri didepannya. Wanita itu dengan susah payah menampilkan seulas senyum walau hati nya terasa sesak.

Tak ada satu kata pun yang keluar dari bibir Soojin, ia terlalu takut jika saat bicara dirinya malah menangis. Sekali lagi Soojin menampilkan senyum lebar nya seraya melambaikan tangan menatap kepergian laki-laki yang sudah rapih mengenakan jas nya.

"Hati-hati," lirih Soojin pelan dengan suara serak. "Jimin."

Sebelum masuk ke dalam mobil nya, Jimin berbalik seraya tersenyum. Sampai akhirnya laki-laki itu benar-benar masuk ke dalam mobil dan pergi.

"Aku mencintai mu, sangat."










Tepat pukul satu siang, sidang selesai, berjalan dengan lancar tanpa hambatan. So Hyun segera bangun dari duduk nya dan keluar bersama Taeri yang sedari tadi menemani nya.

Pikirannya masih berkecamuk, semua bagaikan mimpi bagi nya. Ia benar-benar bercerai, ia resmi berpisah dengan suaminya, Jimin. Bayangan tentang perceraian belum pernah terlintas di benak So Hyun sebelumnya.

Tapi Tuhan berkata lain, memisahkan So Hyun dan Jimin setelah sekian lama bersama.

"Apa tidak ada salam perpisahan?"

Langkah So Hyun dan Taeri berhenti, mereka berbalik dan mendapati Jimin tengah tersenyum. Laki-laki itu berjalan mendekat, walau hati nya terasa sakit tapi ia berusaha untuk bersikap tenang.

"Aku pikir kalian butuh waktu berdua," ucap Taeri. Ia pun melangkah mundur lalu pergi bersama kedua orang tua So Hyun yang juga hadir ke persidangan.

"Kenapa Soojin tidak ikut?" Tanya So Hyun, mulai membuka obrolan. Susana tiba-tiba terasa canggung.

"Aku menyuruh nya untuk dirumah saja," jawab Jimin. "sore ini kami akan ke dokter untuk memeriksa kandungan nya."

Mata So Hyun berbinar. "Aku harap bayi nya sehat."

Jimin terkekeh. "So Hyun," panggil nya.

"Hm?"

"Ini terdengar keterlaluan tapi, apa aku boleh memeluk mu untuk yang terakhir kalinya?"

So Hyun terdiam, menatap lekat mata Jimin. Perlahan kepala wanita itu mengangguk, berjalan mendekat lalu berhambur ke dalam pelukan Jimin, mantan suami nya.

"Aku harap kita masih bisa bertemu," kata Jimin. "aku harap kau bahagia, So Hyun."

So Hyun melepaskan pelukannya. "Tentu saja kita masih bisa bertemu, Jim," jawab nya. "aku juga berharap kau bahagia. Jadikan masa lalu sebagai sebuah pelajaran, dan berhenti menyalahkan diri sendiri."

Jimin mengangguk. "Dan, maafkan aku. Walaupun beribu-ribu kata maaf mungkin tidak bisa menyembuhkan kekecewaan mu," ucap nya.

"Ya, rasa kecewa ku memang belum pudar sampai sekarang tapi, aku sudah memaafkan mu."

"Kau membenci ku?"

So Hyun menggeleng. "Tidak, kau hanya manusia biasa yang bisa melakukan kesalahan kapan saja. Aku pun begitu." Tangan nya terulur untuk menggapai tangan Jimin, menggenggam nya seraya berkata.

Scramble [END]Where stories live. Discover now