Part 43

297 16 3
                                    

Pertunangan Mario dan Dea dengan sekejap menjadi santapan media. Entah darimana mereka mendapatkan selentingan berita itu. Umumnya berita-berita yang muncul di media massa adalah mengaitkan Banyak berita yang tidak benar yang beredar di media masa. Hingga akhirnya dengan segala pertimbangan, Mario akhirnya memilih mengadakan jumpa pers untuk mengklarifikasikan semuanya. Ini perlu, mengingat sebagai petinggi salah satu perusahaan besar, mau tidak mau, kehidupan pribadinya juga akan menjadi sorotan.

"Selamat siang, rekan-rekan wartawan semua. Terima kasih sudah memenuhi undangan kami. Siang ini, saya ingin memberikan beberapa klarifikasi atas beberapa pemberitaan yang kurang tepat di media akhir-akhir ini, terutama pemberitaan yang menyangkut dengan saya pribadi dan orang-orang terdekat saya" Sama halnya dengan Bara, Mario sangat terlatih untuk berbicara di depan umum. Kemampuan public speakingnya memang sudah terlatih sejak lama itu sangat membantunya sebagai pebisnis handal.

"Yang pertama, saya ingin mengklarifikasi tentang pemberitaan mengenai saya yang telah menikah dan memiliki anak." Mario lalu menjeda sejenak untuk membiarkan videotron di belakangnya menampilkan screeshot tampilan berita dari tabloid menampilkan fotonya dan Dea yang sedang mendorong baby box Ronald saat di rumah sakit. Tagline yang menyertai foto itu "MARIO RACHMADI TERTANGKAP BERSAMA ISTRI SIMPANAN DAN ANAKNYA" juga muncul di videotron itu.

"Saya bisa tegaskan di sini bahwa berita ini salah. Saya bahkan belum menikah, jadi saya belum memiliki istri apalagi saya memiliki anak." Kembali Mario menjeda apa yang dikatakannya. Dia mengedarkan pandangannya pada seluruh area di meeting ballroom itu, melihat bagaimana reaksi dari semua yang ada di ruangan itu.

"Wanita di samping saya tersebut adalah Dea Rossa, dan kami memang telah bertunangan minggu lalu. Sedangkan bayi yang berada di baby box tersebut adalah Ronald Putra Rachmadi. Adik saya, putra kedua dari Bara Rachmadi, ayah saya. Rekan-rekan wartawan bisa mengecek ini semua di Surya Nusa Hospital, tempat adik saya lahir"

"Yang kedua, seperti yang telah saya kemukakan tadi bahwa saya memang telah bertunangan dengan wanita piihan saya sendiri, Dea Rossa." Mario menunjukkan jari manisnya yang kini sudah melingkar cincin pertunangannya.

"Awalnya saya memang tidak menginginkan public expose atas pertunangan ini karena bagi saya ini adalah hal yang bersifat privasi, namun melihat perkembangan pemberitaan di media, akhirnya saya memutuskan untuk mengadakan press conference ini. Calon istri saya ini bukan berasal dari kalangan bisnis seperti saya, jadi saya sangat memaklumi ketidaknyamanan dari calon istri saya terhadap pemberitaan yang terjadi"

"Dan yang terakhir, bersama dengan ini saya menggunakan hak hukum yang ada pada saya baik pribadi maupun atas nama Nusa Raya Group, saya meminta untuk media massa yang sudah menyebarkan berita bohong tentang saya tersebut untuk memuat permintaan maaf dan jika permintaan saya tidak diindahkan, maka kami akan menempuh pada jalur hukum"

Mario memilih tidak mengadakan sesi tanya jawab setelah dia mengatakan hal itu semuanya walaupun sebenarnya semua wartawan yang hadir di jumpa pers itu sangat menginginkan adanya sesi tanya jawab. Mereka masih penasaran mengenai sosok Dea Rossa yang sudah berhasil mencuri hati Mario. Mereka lebih penasaran lagi saat Mario mengatakan bahwa Dea bukanlah dari kalangan pebisnis seperti dirinya, karena biasanya pernikahan yang terjadi di kalangan pebisnis memang tidak akan jauh dari rekan bisnisnya sendiri. Seusai jumpa pers itu, Mario lalu beranjak menuju ke ruang kerjanya. Setelah menenangkan dirinya sejenak, Mario lalu meraih ponselnya dan kemudian menghubungi Dewa.

"Halo selamat siang pa" Sapa Mario ramah ke Dewa

"Siang juga nak. Ada apa kok tumben nelponnya ke papa gak ke Dea?" Dewa menjawab Mario dengan ramah.

"Ya soalnya perlunya sama papa sih.. Hehehe.. Gini pa, tadi barusan aja Iyok bikin press conference soal hubungan Iyok dan Dea. Jadi, mungkin habis ini banyak yang nanyain ke papa soal pertunangan Iyok."

"Ok, nanti papa kasih tahu juga sama yang lainnya soal ini"

"Satu lagi pa, habis ini Iyok akan kirim orang buat jaga keluarga di Bandung. Iyok ingin pastiin kalau semuanya gak masalah. Sekarang, musuhnya Iyok dan daddy juga pasti akan ngincernya keluarga di Bandung juga"

"Soal itu papa gak tahu, kamu atur aja gimana baiknya." Setelah mengatakan itu, Dewa lalu menutup ponselnya. Sepertinya mulai sekarang Dewa harus juga merasakan bagaimana sifat protektif dari mario.

***

Konferensi pers yang dilakukan oleh Mario dan sekaligus pengumuman kepada publik tentang hubungannya dengan Dea juga sampai di telinga Leo. Geram, marah, emosi, kesal, semua berkumpul menjadi satu. Dia benar-benar kalah, tapi Leo tetap saja tidak mau menyerah. Baginya Dea adalah segala-galanya. Leo sangat tidak bisa menerima jika semua yang sudah dia lakukan untuk mendapatkan Dea ternyata harus gagal. Tidak, dia tidak boleh menyerah. Jika dia mencintai Dea, maka Dea juga harus mencintainya. Rasa cintanya harus terbalaskan. Demikian isi pikiran Leo saat ini.

"ANJING!!!.. Gua gak boleh kalah!! DEA HARUS JADI MILIK GUA!!!!" Teriak Leo dengan keras. Dilemparkannya gelas sisa minuman keras ke dinding kamarnya. Dengan langkah gontai dia melangkah menghampiri sebuah poster foto besar yang terpampang di dinding kamarnya. Poster yang menampilkan Dea yang sedang tersenyum.

"Dea sayaannggg.. Dea punya Leo ya... Leo tuh cinta sama Dea... Dea juga harus cinta ya sama Leo" Leo kehilangan akal sehatnya dengan menganggap poster itu adalah Dea. Tangannya mengelus poster itu seakan dia sedang mengelus wajah Dea. Tidak cukup hanya mengelus namun kini Leo bahkan menciumi poster itu.

"Arrgghhh...Arrgghh......." Lenguhan penuh nafsu birahi itu kini memenuhi kamar pengap yang juga berantakan tersebut. Tampaknya, obsesi yang dimiliki oleh Leo sudah tidak bisa dia kendalikan lagi. Mungkin sudah sampai level gangguan kejiwaan.

"Arrhh... aahhh... " Nafas lega dari Leo setelah dia menuntaskan hasratnya. Wajahnya memerah dengan keringat yang memenuhi tubuh telanjangnya.

"Makasih sayang.. Kamu nikmat sekali sayang..." Ujar Leo sambil masih tetap mencium poster itu.

Selesai menuntaskan semuanya, Leo lalu berjalan menuju lemari bajunya. Dibukanya dengan kasar lemari itu dan diobrak abriknya semua baju yang ada di sana hingga tumpukan yang paling bawah. Dipandanginya sebuah benda yang ada di tumpukan bajunya paling bawah itu. Tangannya sedikit gemetar meraih benda itu.

"Apa aku harus menggunakannya? Haruskah?" Tanyanya pada dirinya sendiri. Suaranya bergetar seperti menahan sesuatu. Bibirnya terasa kelu saat dia memandang nanar pada benda itu.

"Kau yang memaksaku menggunakan cara ini Dea. Jangan menyesal sayang. Jangan menangis kalau nantinya kau sendiri akan sakit. Ingatlah bahwa kau hanya milik Leo seorang. Tidak ada yang boleh menyentuhmu selain aku! Kau harus jadi milikku" Leo meletakkan kembali benda yang tadi dipandanginya itu tetap di tumpukan paling bawah. Dirinya lalu mengambil baju asal dan mengenakannya. Ditutupnya lemari bajunya dan kemudian dia menguncinya. Leo bergegas keluar dari kamarnya dan pergi ke satu tempat untuk memulai rencana gilanya.

Vibrasi Cinta Mario (Tamat)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora