• 01 •

87 18 36
                                    

"Siapa kau?"









[ 𝐃𝐢𝐟𝐟𝐞𝐫𝐞𝐧𝐭 ]

Hari yang cerah, para orang-orang sekitar sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Pastinya di jam segini para pekerja akan sangat sibuk, namun tidak untuk diriku.

"Hah... Lagi-lagi aku di tolak.." Ucapku dengan nada pasrah.

Sudah nyaris aku melamarkan diri untuk bekerja di 10 tempat, tapi tidak satupun menerimaku.

Suara hentakan kakiku yang terlihat kesal mengundang tatapan beberapa orang sekitar, menjengkelkan. Dengan tatapan andalanku, aku menatap balik sinis mereka, tentu saja mereka langsung mengalihkan pandangannya.

"Tak apa (y/n), mungkin belum waktunya..." Aku merapikan berkas-berkas lamaranku lalu berjalan ke sebuah cafe yang ada di sebrang jalan.

Kringg!

"Selamat datang di cafe kami..!" Sebuah ucapan manis dari seorang kasir dari cafe langgananku, dengan senang aku berjalan ke arah kasir untuk memesan minuman tentu saja..

"Aku pesan (F/D) satu ya.." Ucap ku dengan senyuman manis andalanku, sontak kasir tersebut tersipu malu lalu mengangguk perlahan.

Hihi, aku memang sudah lama terkenal akan kecantikanku di dukung lagi dengan badan yang bisa di bilang seperti model. Aku berjalan ke arah salah satu meja kosong, lalu mendudukinya.

Sambil menunggu pesanan, aku mengambil hp ku dan membukanya. Terdapat banyak notif lewat hp tersebut, tentu saja aku ini kan famous.

Tak ada laki-laki yang tersipu oleh senyumanku, kecuali.. dia.. ah sudahlah! Aku malas mengingat anak cupu tersebut.

Aku mengecek jam yang memeluk pergelangan tanganku, terlihat sudah mau sore hari.

"Ini pesanan anda.." Ucap seorang waiter yang menaruh pesananku di meja.

"Terima kasih manis♡" Dengan nada imutku, waiter tersebut langsung sedikit memerah. Ha, sangat murahan..

Dengan tenang aku mengambil sedotan lalu memasukkannya ke minumanku, mengaduknya sebentar lalu meminumnya. Hah, memang minum di cafe saat sore hari itu terbaik.

"Berita terkini, telah di temukan sebuah mayat.."

Aku menengok ke arah televisi yang menarik perhatianku, lagi-lagi pembunuhan dan rata-rata adalah para preman dan mantan narapidana. Sungguh aneh, tapi mungkin kebetulan saja.

Semakin lama, semakin banyak pembunuhan dimana-mana. Aku harus mendengarkan kata ibu, jangan keluar malam-malam sendirian.

Baiklah, setelah dari cafe ini aku akan berbelanja sebentar lalu kembali ke rumahku. Untung saja ayah dan ibu selalu memberikan uang jajan padaku, aku sangat berterima kasih pada mereka..

Walau mereka tidak tau aku kelakuannya kek gimana-

Ah sudahlah, lebih baik aku nikmati saja minuman ini sembari mendengarkan berita

Kringg!

Tiba-tiba seorang perempuan dengan rambut ungu yang mencolok mata masuk ke cafe, entah mengapa pandanganku jadi ke arahnya. Dia memesan minuman lalu duduk di meja sebelahku, dengan laptop hitam yang dia bawa.

Sayangnya aku adalah orang yang cukup penasaran jadi, aku sedikit mengintipnya. Ketikan jarinya sangat cepat, aku rasa dia memang seseorang yang handal dalam teknologi..

Tunggu dulu, apa yang dia lihat? Sebuah situs gore?

Aku tau ada beberapa orang gila yang suka melihat hal menjijikan seperti itu, tapi tidak di tempat umum seperti ini, dia membuatku mual. Tapi aku semakin curiga dengan penampilan di tambah hal-hal seperti itu.

• 𝐃𝐢𝐟𝐟𝐞𝐫𝐞𝐧𝐭 •Where stories live. Discover now