Sulung » 9

2.9K 543 108
                                    

"Makan yang banyak."

"Tanpa lo suruh juga gue pasti makan yang banyak."

"Tapi kalini lo beneran harus makan yang banyak, gue gaakan dengerin lo rengek-rengek buat makan lagi ntar."

Veela berdecak pelan mendengar itu sambil melirik Haechan sinis. Ia fokus menguliti tulang-tulang ayamnya yang masi tertempel sedikit daging, sedangkan Haecham sudah menandaskan piringnya sejak tadi karena faktanya kecepatan makan cowok memang lebih cepat daripada cewek.

"Emang mau kemana sih?" tanya Veela akhirnya setelah menahan rasa keponya.

"Udah makan aja, ntar juga tau," jawab Haechan sembari bangkit dari duduknya untuk membayar makanan mereka.

Setelah merasa puas menguliti tulang ayamnya, Veela akhirnya mencuci tangannya dengan wajah riang karena perutnya sudah terisi kembali, lalu di susulnya Haechan yang sedang berdiri di meja kasir dengan langkah yang ringan.

"Boleh bungkus ga Chan?" tanya Veela dengan cengiran lebarnya, tanpa dosa.

"Lo tau malu gasih?" tanya Haechan yang lebih seperti menyindir.

Veela mengangguk cepat,"Tau, tapi kalau lagi sama lo, gue tinggalin di rumah," ia masi cengengesan,"Bungkus ya Chan?"

"Nggak," jawab Haechan yang langsung meninggalkan Veela di depan kasir, dan berlalu meninggalkan ampera tempat mereka makan untuk menuju ke motornya, membuat Veela mau tak mau langsung mengekorinya.

"Ih! Chan, mauuuuuu," rengek Veela sambil gelayutan di lengan Haechan yang sudah menghidupi motornya.

"Ngak."

"Echaannn~~~" rayu Veela.

"Naik atau gue tinggal?"

"Tck," decak Veela sambil mengehentakkan kakinya, lalu menaiki motor Haechan,"Udah buru jalan," ketusnya sambil memukul helm Haechan.

Selama perjalanan tak ada satupun dari mereka yang bersuara, terlebih lagi Veela, sepertinya ia benar-benar kesal pada Haechan yang tak mau mengabuli permintaannya.

Perjalanan yang semulanya berjalan di jalan setapak berganti dengan jalan yang sedikit berlumpur, membuat Haechan sesekali terpeleset saat mengendarai motornya. Pekarangan rumah yang tadinya mengisi di setiap kiri kanan jalan, kini berangsur-angsur menghilang.

"Kemana sih Chan?" tanya Veela mulai risih,"Mentang-mentang bunda nyuruh ngajak anak gadisnya jalan-jalan, malah dibawak kepelosakan," omel nya.

Namun Haechan tak mengubris, membuat pikiran Veela semakin kemana-mana. Kali ini ini Veela hanya dapat melihat satu dua rumah yang berjauhan satu sama lain, sampai akhirnya Haechan menghentikan motornya di depan rumah bertingkat dengan pagar yang tinggi serta plang tua yang tertancap kokoh di depannya.

Rumah Mentari

Begitu tulisannya, membuat Veela semakin bingung setelah membacanya. Tepukan pada bahunya lah yang membuat Veela menoleh pada Haechan yang sudah turun dari motornya.

"Ayo turun."

Saat menginjakkan kakinya di tanah, rasa benyek langsung menyapa kakinya, untung saja reflek Veela cepat sehingga ia berhasil menyelamatkan sepatunya dari lumpur itu.

"Ih! Chan! Kotor," kesal Veela sambil menggesek-gesek sepatunya ke tanah kering, tapi sepertinya Haechan tak peduli, terbukti dengan ia yang melanglahkan kakinya menuju rumah itu,"Tungguin!" teriak Veela mengejar.

Saat memasuki pagar dengan mendorongnya, besi-besi berkarat itu berdecit cukup kuat, membuat Veela bahkan menutup telinganya.

"Chan rumah siapasih?" Veela pikir Haechan akan mencuri.

✔Sulung • lhc [00L]Where stories live. Discover now