BAB 3

7.3K 450 33
                                    

Teman yang baik tidak takut menjahilimu. Atau mengungkapkan kebenaran menyakitkan padamu. Mereka tidak akan memakai topeng di depanmu. Karena kamu dan dia sama-sama tahu, sebuah keakraban tidak akan terjalin tanpa keributan kecil.

🐰

Tempat hiburan malam itu terlihat ramai. Para pengunjung tampak asik menari di lantai dansa. Suara musik yang menghentak menciptakan kebisingan pekat dan memeriahkan suasana malam yang gemerlap. Alex berusaha menerobos dan melewati beberapa manusia yang terlarut dalam tarian. Begitu tiba di depan pintu ruang VVIP, petugas langsung menghadangnya.

"Maaf. Tapi anda tidak bisa masuk."

"Minggir," seru Alex kesal.

"Saya tidak bisa. Sebaiknya, anda—"

"GUE BILANG MINGGIR!" teriak Alex emosi lalu mendorong petugas itu begitu saja dan mendobrak pintu itu dengan bahunya beberapa kali. Dan tak butuh waktu lama, sebelum petugas itu menyeret Alex, pintu itu sukses terbuka paksa. Spontan David yang asik mengunyah anggur yang diberikan wanita di pangkuannya seketika terkejut dan menoleh.

"Wow, whats up, Lex!" sambut David santai, sementara wanita yang disewanya malam ini lekas turun dari pangkuannya. Tapi tatapan Alex seolah ingin menguliti David hidup-hidup. Petugas yang mengetahui bahwa David mengenal Alex lantas tidak jadi mengusir dan membiarkan.

"Alex..." Dean juga terkejut melihat kedatangan sepupunya yang tampak dirudung amarah. Dia lantas menoleh pada David yang beranjak dari sofa dan merentangkan kedua tangan.

"Welcome, buddy. Lo boleh gabung—"

Ucapan David tersendat karena Alex langsung menerjangnya, mencengkram kerah kemejanya dan menghempaskannya ke dinding. Alih-alih panik, David malah terkekeh. Tentu saja itu membuat emosi Alex makin tersulut. Bajingan ini jelas tahu tentang kedatangannya. Tidak heran dia menggunakan petugas sialan di depan tadi!

"Maksud lo apa ngirimin wanita murahan ke kantor gue hah?!" murka Alex.

Dean tercengang. "Lo serius ngelakuin hal itu, Dav?"

David mengedikkan bahu sembari tersenyum. "Yap. Benar sekali."

"Lo udah gila?" Dean memelototi David.

Sebelum David menjawab Dean, Alex sudah melayangkan tinju ke wajahnya. Alhasil David ambruk ke atas meja kaca di dekat sofa. Sontak seluruh piring dan gelas berjatuhan ke lantai diikuti jeritan para wanita di ruangan itu. Untung saja meja itu tidak pecah karena menanggung berat bobot tubuh David.

Usai memukul David, Alex langsung merapikan kemejanya. Kembali dia menatap David. "Sekali lagi lo ngelakuin hal itu, gue nggak akan segan buat ngebunuh lo!"

David merintih sambil memegang ujung bibirnya yang sepertinya robek akibat pukulan sadis yang dilayangkan Alex. Dia bangkit perlahan dari posisinya. Sambil tersenyum dia bertanya, "Jadi gimana menurut lo? Lo tahu, sulit buat gue milihin wanita yang punya skill mantap buat lo, Lex."

"Lo bener-bener ingin mati, David!" seru Alex. Dia kembali maju dan hendak menghajar David lagi tapi Dean dengan sigap menghadang di depan, menahan tubuh Alex dengan panik. "Lex. Lex. Tenangin diri lo!"

David justru tertawa melihat Alex yang emosi. "Gue nggak percaya ini. Jadi lo nggak jadi make wanita itu? Berdasarkan informasi yang gue punya. Wanita itu sangat jago, Lex. Dia bisa bikin lo puas, bergairah dan gue jamin lo bakal ketagihan."

"Kemari lo, David!!" Emosinya Alex makin menggelegak ketika mendengar kata-kata David. Dean yang sedang menahan Alex kian gencar melakukannya dengan sekuat tenaga.

Accidental MarriageWhere stories live. Discover now