BAB 8

5.3K 340 37
                                    

Yo, aku balik lagi dong. Kisah Si Iblis dan kelinci polos masih berlanjut 😂😘
.
.

Ketika niat tulus dibalas dengan kecurigaan. Siapa yang salah di sini? Kamu atau dia? 

🐰

Keesokkan paginya, Emi melangkah menuruni tangga sambil menguap. Sebab kamarnya memang berada di lantai atas. Dia kemudian menatap sekitar tapi suasana masih sepi. Lampu-lampu bahkan belum dinyalakan. Spontan Emi meringis waktu sadar bahwa sepertinya dia terlalu cepat bangun.

Tapi tidak apa. Dia memang berencana menyiapkan sarapan untuk semua orang. Itu adalah bentuk ungkapan terima kasih Emi kepada keluarga ini karena sudah mau menerimanya dengan baik di rumah ini. Lagi pula, kemarin Tante Carol sudah mengajaknya berkeliling sambil memberitahu tempat-tempat penting yang ada rumah ini. Jadi Emi masih ingat di mana letak dapur, juga posisi saklar lampu.

Sambil bersenandung Emi mulai menyiapkan pancake di dapur. Tak butuh waktu lama, dia pun selesai membuatnya. Kemudian membawanya ke meja makan. Pada saat itu juga Carol melihat Emi.

"Emi, astaga. Kamu udah bangun?"

"Iya nih, Tan."

Carol tampak terkejut sedetik sebelum tertawa. Dia sadar ada pancake di meja makan. Lantas dia menghampiri Emi. "Jadi... kamu yang buat semua ini?" tanyanya antusias.

Emi mengangguk semangat. "Cobain dulu deh Tan."

"Dari bentuknya aja udah cantik. Apalagi rasanya," decak Carol kagum.

Emi tertawa. Sementara Carol lekas mencicipinya, lalu matanya sejenak terpejam nikmat. "Ini tuh pancake terenak yang pernah Tante cobain lho."

"Masa sih, Tan?"

"Iya!"

Emi tampak malu-malu saat mendapat pujian Carol.

"Alex pasti bakal suka nih!" ucap Carol yang kembali mencicipi pancake Emi, sementara Emi meringis kala mendengar nama Alex disebut. Siapa juga yang mau masakin lelaki itu?! Lagi pula, Emi terpaksa juga membuatkan satu pancake untuk Alex.

Tidak mungkin kan, lelaki menyebalkan itu menjadi satu-satunya yang dia asingkan di rumah ini? Nanti semua orang bakal curiga lagi!

"Kamu tuh ya, emang udah cocok banget jadi ibu rumah tangga. Siapapun pria yang akan nikah sama kamu, dia pasti beruntung banget."

Pada saat Emi hendak membalas, deheman terdengar di belakang Carol. Sontak Carol dan Emi menoleh. "Ya ampun Papa! Ngagetin Mama aja deh!" Satu tangan Carol menepuk lengan Lucas yang hanya tertawa pelan. Di sebelahnya Dean juga berdiri. Sementara Emi tersenyum dengan kedua tangan menyilang ke belakang punggung.

"Yuk cobain, ini si Emi lagi buat pancake. Enak banget!"

Bunyi kursi berderit karena Lucas segera dipaksa duduk oleh Carol, sementara Carol berdiri di belakangnya. Dean pun turut duduk di kursi sembari menatap takjub pancake di piring. "Wow. Kamu yang bikin ini?" tanya Dean kepada Emi yang berdiri di sebelahnya.

Emi mengangguk dengan senyum kecil.

"Gila sih! Ini enak banget! Sumpah," puji Dean sembari mengunyah.

"Bener kan apa yang Mama bilang?!"

"Ya, enak," gumam Lucas sambil mengangguk usai mencoba juga.

"Tapi tunggu." Dean tiba-tiba teringat sesuatu. Dia lekas menoleh pada Emi. "Kamu nggak lagi naksir seseorang kan?"

Emi mengerjap mendapati pertanyaan Dean. Mulutnya juga ikut tergagap karena bingung harus menjawab apa. Dan reaksi itu membuat Lucas dan Carol saling tatap dan saling melempar senyum satu sama lain.

Accidental MarriageWhere stories live. Discover now