08 | Lebih dekat

114 29 34
                                    

Happy reading

"GAK TAU AH ENUS MARAH!" Teriak seorang anak perempuan berusia tujuh tahun sambil melempar benda apapun yang ada disekitarnya ke arah laki laki remaja yang sebentar lagi akan menginjak usia tujuh belas tahun

"Dih, skip baperan" balas Bumi yang malah mengundang tangisan, pukulan, dan teriakan, yang membuat siapapun yang berada di situ serasa di dalam hutan belantara yang di penuhi hewan hewan kelaparan

"BUMII, ADIKNYA JANGAN DI BUAT KETAWA DONG!" Geram Bunda Anne dari lantai bawah

"hiks, bu-bunda a-aneh E-Enus kan nangis buk-kan ke-ketawa hiks" ucap Venus disela-sela tangisannya dengan terbata bata yang di sambut dengan pelukan dari samping oleh kembaran tak identiknya yaitu Mars

"Biasalah, lagi punya masalah hidup" ujar Mars yang biasa di panggil mas sambil mengelus rambut Venus dengan kasar yang malah membuat suara tangisan Venus semakin menjadi jadi

"Heh planet, lo kalo mau nenangin adiknya itu di elus pelan pelan bukannya kaya gorila yang lagi nyari kutu!" Cibir Bumi saat mendengar tangisan adik perempuannya mulai kencang kembali

"Ck, aa juga planet kali, nih planet yang mas injek - injek, mampus harga dirinya di injek - ijek sama banyak orang" Decak Mars dengan tangan terlipat di dada

"Masih untung mas mau nenangin enus walaupun kasar, daripada aa udah buat enus nangis gak nenangin lagi, malah main game, makan tuh game" lanjut Mars dengan kata kata yang mampu membuat batin Bumi terjungkal, tertampar, dan terguling guling

Mendengar cibiran dari adiknya tersebut Bumi hanya menghela nafas kasar sambil tersenyum sinis ke arah dua anak anak berusia tujuh tahun yang kata katanya seperti bukan anak usia tujuh tahun

"Sabar Bumi sabar, lo dulu yang minta ke ayah sama bunda pingin adik, nikmatin ajalah" gumam Bumi sambil mengelus elus dadanya, lalu beranjak pergi dari Venus dan Mars yang entah sejak kapan mereka bermain abc lima dasar

Saat Bumi sudah berada di lantai bawah ia tidak melihat siapa siapa, tadi niatnya mau nganter Nata pulang soalnya ini udah malem, gak baik anak perawan main malem malem di rumah cowo

"Bundaaaa!" Panggil Bumi dengan nada sedikit tinggi

Karena tidak ada sahutan, ia berjalan ke arah dapur lagi lagi nihil, tidak ada siapapun, Bumi menggaruk kepalanya yang basah sehingga tetesan demi tetesan dari rambut hitamnya turun ke bawah membuat kaos berwarna abu yang sedang ia gunakan basah

"IH SI AA NGESELIN PISAN, LIAT TUH SOFA DI ATAS BASAH" teriak Venus secara tiba tiba sambil mendorong Bumi dari belakang

"Ck untung aa gak jatuh, hobi banget sih teriak teriak gak malu apa, ada tamu tau, lagian kalo sofanya basah tinggal pake hair dryer apa susahnya sih" Cibir Bumi dengan kesal yang malah di acuhkan oleh sang adik

"Nyari apa ?" Tanya Bumi

"Tisu buat mas sama sofa"

"Mas kenapa?" Tanya Bumi lagi sambil mengambil tisu dari lemari atas dapur, setelah itu menyodorkan tisunya kepada sang adik

"Nuhun a, mas mimisan biasalah kecapean, soalnya tadi pas pulang sekolah enus di gendong sama mas dari indoapril sampai rumah" jawab Venus dengan detail, lalu berjalan lagi ke arah tangga

"Badannya panas gak nus?" Tanya Bumi lagi membuat Venus yang sudah berada di anak tangga pertama menoleh

"Panas, aa gendong"

"Pantes lo jadi rewel, ikutan sakit ternyata" kata Bumi sambil berjalan ke arah adiknya lalu menggedong dengan tangan kanan dan tangan kiri mengelus elus rambut hitam sepinggang milik sang adik

Bumi [ Semesta Pada Masanya ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang