8 · Can I Kiss You?

110K 12.4K 1.3K
                                    

VOTE DAN SPAM KOMENTAR ✨

𝒽ℯ𝓎 𝓈𝒽𝒶𝓌𝓉𝓎

Dara mengetatkan rahang ketika yang dia lihat adalah tanda B- di halaman depan makalah kelompoknya, tapi cewek itu tersenyum kecil menahan diri. “Maaf, Miss. Kurangnya makalah kelompok saya di mana, ya?” tanya Dara dengan nada rendah dan lembut.

“Udah saya tandai, Dara. Silakan cek sendiri,” jawab Miss Nova jutek, masih dengan nada bicara seperti biasanya.

Tersenyum lembut, lagi-lagi Dara ingin bunuh diri, ini bukan dirinya. Dara tidak suka bersikap dan tersenyum lembut, atau bicara dengan nada rendah seperti seorang cewek yang akan remuk seluruh tulangnya dalam sekali tampar.

Dara kembali ke kursinya, melihat tanda-tanda dengan tinta merah yang dibuat Miss Nova. Secepat matanya menangkap kejanggalan, secepat itu juga Dara menggeram tertahan.

Hanya sebuah kesalahan kecil di mana Dara menyebutkan klasifikasi dalam bentuk kalimat berkoma, tidak bernomor. Ternyata itu bisa jadi fatal jika berurusan dengan Miss Nova, atau mungkin memang semua yang satu kelompok dengan Dara akan selalu sial, lalu dapat nilai jelek. Dara sudah mengalami itu sebelumnya, tidak hanya satu kali dua kali, tapi setiap kali ada soal latihan, nilainya tidak pernah jauh-jauh dari B atau B-.

Dara mendesah frustrasi, bayangan kejadian itu membuatnya sakit kepala. Meskipun sudah melewati mata pelajaran dengan Miss Nova, rasanya Dara belum bisa menerima nilai B- itu.

Berusaha menenangkan diri dengan minum cokelat dalam botol, Dara menelusuri lorong tanpa tujuan pasti. Sedang hujan deras lagi, tapi dia sudah berjaga-jaga dengan earphone dan hoodie besar.

Sambil mendengarkan lagu yang terputar lewat earphone, Dara mengingat-ingat lagi gerak koreograsfi yang baru dipelajari kelas modern dance seminggu belakangan. Kemudian semua pikiran Dara jadi menguar dan terpusat pada satu titik. Dara membelalak di beberapa detik awal, kemudian mendesis kesal dan hendak berbalik karena dia baru saja melihat Andreas sedang menatapnya di ujung lorong.

Rasanya seperti melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat orang lain, dan itu mengerikan.

Langkah Dara refleks terpaku ketika earphone terangkat dari telinganya, dan sekarang dia jadi bisa mendengar suara hujan serta gemuruh petir. Tanpa menoleh ke belakang pun, Dara tahu pasti siapa pelaku kejahatan barusan.

“Balikin!” seru Dara garang. Dia mendongak, melihat Andreas di bawah penutup kepala dari hoodie cowok itu. “Gue males berantem sama lo sekarang, Andreas. Jadi jangan ganggu gue atau lo bakalan gue cakar.”

Andreas tetap menatap Dara datar, seolah ancaman cakar saja tidak cukup untuknya. Bahkan sekarang earphone nirkabel milik Dara sudah terpasang di telinga Andreas, cowok itu memperhatikan Dara lagi. Melihat cewek itu menghentakkan kaki kesal sebelum terlonjak kaget ketika petir menggelegar.

Dara sudah berkaca-kaca ketika petir yang sama besar seperti sebelumnya menyambar-nyambar, dia menutup telinga dengan tangan, lalu mulai berpikir akan lari ke mana yang lebih dekat ke arah kelasnya. Tapi sebelum Dara menemukan jalan untuk lari, Andreas sudah menarik pinggangnya lebih dulu sampai mereka bertabrakan pelan.

Andreas membuat Dara menarik napas terkejut lagi. Dia menyelinap di dekat leher Dara, menghirup aroma rambut, dan manis yang menyebar dari leher cewek itu ke udara. “Takut?” bisik Andreas.

Tentu saja itu sudah terlihat jelas, Dara takut pada petir dan hujan. Cewek itu bergeming, takut pada semua yang sedang berada di sekitarnya sekarang, terutama Andreas. Dara menahan-nahan diri untuk tidak menangis ketakutan karena petir, dia tidak ingin malu lagi di depan Andreas.

A-String [OPEN PO]Where stories live. Discover now