P A R T 0 9

24.1K 2.4K 35
                                    

"Ini peninggalan Oma-nya Darka. Beliau berpesan untuk kasih kalung ini ke calon istrinya Darka," ucap Liana mengalungkan sebuah kalung berlian dengan berdiri di belakang Arisha, Liana tersenyum memandang Arisha yang terlihat cantik melalui cermin.

"Kamu suka, Arisha?"

"Ehm ... suka, Tante. Tapi ini—"

"Kalau gitu pakai ini saat pernikahan kamu dan Darka, ya? Simpan ini baik-baik, Darka pasti seneng ngeliat kamu pakai kalung ini," ujar Liana memberikan senyuman sumringah untuknya.

Tidak, Darka mungkin akan semakin membencinya ketika laki-laki itu melihat Arisha memakai kalung ini. Namun, pantaskah Arisha menerima ini? Hubungannya dengan Darka bahkan sedang tidak baik-baik saja. Untuk menatapnya saja Darka enggan, bagaimana untuk menghabiskan waktu bersamanya?

"Oh iya, hari ini Tante mau masak makanan kesukaan Darka. Bantuin Tante, mau?"

Arisha mengangguk. "Mau, Tante."

"Setahu Tante, kamu satu sekolah sama Darka waktu SMP, kan?"

"I-iya, Tante," jawab Arisha yang sedang mengupas bawang dan Liana yang sedang mencuci sayuran. Mereka berniat membuat sup untuk Darka.

"Wah gak nyangka, ya," balasnya sebelum menyiapkan air untuk dimasak. "Dulu Darka gimana waktu di sekolah?"

"Darka baik kok, Tante, dan gak pernah buat masalah juga."

Liana terlihat berpikir memandang Arisha. "Ah iya, Darka tiba-tiba berubah semenjak temennya kecelakaan, siapa ya namanya? Ah, Seyna."

Arisha sontak menatap Liana saat menyebutkan nama Seyna. Seyna memang sahabat Arisha sejak kecil, namun dengan persahabatan mereka bertiga belum lama sebelum kecelakaan itu terjadi sehingga orang tua mereka tidak mengetahui tentang persahabatannya.

"Tante kenal Seyna?" tanya Arisha ragu.

"Iya, Darka pernah bawa Seyna ke sini, Seyna cantik, ya?" Liana tersenyum menggoda karena melihat perubahan dari wajah Arisha, ia mendekat dan mengusap bahu Arisha.

"Masih lebih cantik kamu kok, Darka gak mungkin bisa berpaling dari kamu," lanjut Liana.

Arisha tersenyum tipis. "Tante bisa aja."

"Ya ampun, Tante hampir lupa. Tante boleh minta tolong, Arisha?"

"Apa, Tante?"

"Tolong kamu selesaikan ini, ya? Ini sebentar lagi matang kok, Tante harus ke kantor Papa-nya Darka. Nanti kamu sajikan, dan bawa ke kamar Darka, ya? Darka susah makan kalau gak dibawa ke kamarnya," tutur Liana.

"Tapi Tante—"

"Tante percaya kok Darka gak bakal apa-apain kamu," potong Liana memahami isi pikiran Arisha. "Kalo gitu Tante pergi dulu, ya?"

"Iya, Tante."

*****

Arisha menaikin undakan tangga dengan membawa nampan yang berisi makanan untuk Darka. Dalam hati perasaan Arisha ketar-ketir, bayang-bayang kejadian tadi malam masih teringat dibenaknya.

Bruk!

“Awshh.”

Darka sontak menahan nampan agar tidak terjatuh, Arisha meringis menarik tangan kanannya yang terasa panas karena terkena sup yang ia bawa. Darka yang melihat itu menarik tangannya tanpa permisi hingga terlihat telapak tangan Arisha yang memerah.

“Ikut gue.” Darka mengambil nampan yang Arisha bawa lalu membawa gadis itu masuk ke dalam kamarnya.

Darka meletakkan nampan di atas meja lalu mengeluarkan kotak P3K dari dalam laci, ia kembali mendekati Arisha yang duduk di sofa kamarnya.

“Bisa gak sih lo sehari aja gak usah cari perhatian? Sikap lo—”

Perkataan Darka terhenti Arisha menarik tangannya dan mengambil salep dari genggaman laki-laki itu. “Gue bisa sendiri.”

“Bagus kalo gitu,” balas Darka kembali berdiri dan duduk di sisi ranjang. Arisha menutup kotak P3K dan meletakannya di atas meja.

Arisha terdiam memandangi sekeliling kamar Darka yang bernuansa abu-abu, ini pertama kalinya ia berada di dalam kamar Darka. Semuanya terlihat biasa, persis seperti kepribadian Darka. Kini Arisha berdiri, menatap lukisan dan juga foto keluarga Darka yang terpajang di dinding. Di sana, Darka tersenyum. Senyuman yang jarang diperlihatkan pada orang lain.

“Lo pernah bawa Seyna ke sini?” tanya Arisha memecah keheningan.

Darka menaikkan sebelah alisnya. Sepertinya Arisha mengetahui hal itu dari ibu-nya. “Ya, terus?”

“Seyna pernah masuk kamar lo?”

“Gak usah basa-basi,” ketus Darka.
Arisha tersenyum miring, sepertinya Darka mengiyakan ucapannya.

“Seyna pernah masuk kamar lo, tapi lo panggil gue jalang? Lo yakin gak salah manggil orang?”

Darka menggertakan giginya. “Posisi lo jauh lebih rendah daripada Seyna. Jangan pernah bicara hal buruk tentang Seyna atau—”

“Atau apa?” Arisha membalikkan tubuhnya. “Lo bahkan gak pernah kasih gue alasan kenapa lo manggil gue dengan sebutan itu. Sebenernya apa salah gue sama lo?”

“Mau tau apa salah lo?” tanya Darka bangkit dari duduknya berjalan mendekati Arisha. “Lo salah karna hadir di hidup gue, lo salah karna udah buat Seyna celaka, dan kesalahan terbesar lo ... lo bahkan bisa bernapas bebas tanpa adanya rasa bersalah.”

“Dan jangan lupa di mana lo berdiri sekarang,” tekan Darka.

“Tapi sekarang gue—”

“Tunangan gue? Kali ini lo akuin kalo lo tunangan sama gue? Jadi maksud lo, lo bebas ngelakuin apapun karna lo tunangan gue, gitu?” Darka semakin mengikis jarak mereka.

Arisha membuang pandangan. Darka selalu memiliki cara agar dapat bertengkar dengannya.

“Gue mau pulang,” kata Arisha yang sedang tidak ingin berdebat dengan Darka. Namun baru saja ingin melangkah Darka bahu Arisha dan mencengkeramnya dengan kuat.

“Awshh--"

“Lo bahkan gak nurutin permintaan gue. Lo sama sekali gak berusaha buat batalin perjodohan ini. Jadi jangan salahin gue, kalo gue berbuat lebih kejam ke lo.”

“D-Darka, sakit awshhh,” ringis Arisha ketika Darka semakin memperkuat cengkeramannya.

“Lo tau apa bedanya lo, dan Seyna? Seyna berharga, dan lo gak ada harganya. Sampai sini lo paham, Bitch?”

Arisha terdiam memandang Darka dengan tatapan sendu. Di sana, di kedua mata Darka terlihat jelas kebencian Darka terhadap dirinya.

Kebenciannya sangat besar.

Hingga Arisha tidak mengetahui cara untuk menyingkirkannya.





TBC
Jangan lupa votment dan share cerita ini ke teman-teman kalian yaaa❤❤❤

Jangan lupa follow akun ig dan wp Author❤

See you next chapter^^

Publish : Agustus, 2021
Remake : Januari, 2022

Stop It, Darka! [END]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ