P A R T 4 8

19.3K 1.6K 167
                                    

Klik bintangnya dulu yaa. Jangan lupa komentar setiap paragraf, dan spam next sebanyak-banyaknya biar aku tambah semangat nulis😘❤

Happy Reading❤

***

Remon menarik lengan Amara hingga mereka berhadapan. Amara menatap sekeliling merasa takut jika seseorang ada yang memperhatikan mereka.

“Arisha adik gue, Ra.” Amara sontak menatap Remon terkesiap. “Dia adik kandung gue, gue bisa jelasin semuanya.”

Amara mengangguk. “Kita bicarain ini lagi nanti.”

“Ra.” Remon lagi-lagi menahan lengannya. “Karena ini, lo marah? Karna ini, lo tiba-tiba putusin gue?”

“Leo, hubungan kita gak se-kanak-kanakan itu sampai gue putusin lo cuma karna gue cemburu. Selama ini lo deket sama banyak perempuan, entah lo godain mereka, atau lo jadiin mereka pacar, gue gak pernah minta putus sama lo kan?”

Remon terdiam. Ya, semua yang dibicarakan itu benar. Amara tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Amara tidak peduli dengan sikap play boy Remon, tetapi mengapa Amara tiba-tiba memutuskan hubungan dengannya. Remon yang teringat sesuatu, segera kembali berbicara.

“Lo diancam seseorang? Iya kan? Jawab gue!”

“Ancam? Apa sih? Gue gak ngerti. Udah, Leo. Kita bicarain ini lagi nanti, gue gak mau yang lain tau—”

“Mereka udah tau,” potong Remon. “Sebelum lo pergi tadi, gue umumin kalo lo milik gue. Lo, cuma milik gue.”

“Kita, udah putus, jangan bersikap seolah-olah kita pacaran, Leo,” tegas Amara segera pergi namun perkataan Remon menghentikan langkahnya.

“Gue gak akan pernah tinggal diam sama orang main-main sama gue. Sekalipun itu lo, Amara.”

Amara tersadar dari lamunannya, ia tersentak ketika seseorang menyentuh bahunya.
“Ra, kok lo diem aja sih? Ini anterin ke meja nomor sebelas.”

“Ah, i-iya, Kak. Maaf,” ucap Amara menerima nampan dan membawanya ke meja yang menjadi tujuannya.

Amara meletakkan kedua cangkir secara bergantian di atas meja. “Caramel machiatto satu, matcha latte-nya satu. Silakan—”

“Amara?”

Perkataan Amara terhenti, gadis itu terkesiap karena melihat Arisha dan Rey yang memandangnya penuh kebingungan. “K-kalian kok—”

“Kita yang harusnya nanya, lo kok bisa di sini? Lo kerja part time di sini?” tanya Rey.

“Ehm, i-itu g-gue—”

“Kok lo gak pernah cerita sama gue?” Arisha memandang Amara dengan tidak percaya.

Menyadari kebungkaman keduanya Rey segera mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja sebelum pergi meninggalkan keduanya.

“Lo berdua ngobrol aja, gue keluar dulu.”

“Sha, kita bicara nanti aja ya? G-gue harus kerja,” ucap Amara.

Arisha menatap sekeliling dan saat ini hanya ada beberapa pelanggan, Amara pasti ingin menghindarinya. “Ra, sebentar aja.”

Amara akhirnya mengangguk dan duduk di kursi yang Rey singgahi tadi.

“Gue gak pernah tau hal ini, jadi itu sebabnya lo selalu nolak kalo gue atau Celline ajak lo kumpul?”

Sorry, Sha,” ujar Amara pelan. Gadis itu menghela napas sebelum kembali berbicara.

Stop It, Darka! [END]Where stories live. Discover now