•°Macaroon 22 || グラスとディナー°•

136 10 2
                                    

Warn! OOC, typo, shounen-ai, bxb, School AU
グラスとディナー [Gurasu to dinā] : kacamata dan makan malam

Pair : Fukuzawa x Rampo
Welcome~ selamat menikmati kemanisan yang kami sajikan. Kami harap anda tidak memiliki diabetes yah^^

•°☆°•

"Baik, kalian boleh istirahat sekarang." Seseorang dengan postur tegap berdiri di depan kelas dan menyudahi pembelajaran, membuat para murid segera berlari ke luar kelas.

Fukuzawa-sensei, guru yang tengah mengajar di kelas 2-2 itu kini merapihkan lembar latihan soal muridnya.

Satu kertas menarik atensinya. Ia mengerutkan kening sebelum mengambil kertas yang terlihat mencolok itu.

Sebuah kertas tekstur seperti kertas yang diremas dengan tulisan di atasnya. Apa bisa disebut tulisan, jika itu hanya sederet angka yang membingungkan? Ah, angka juga tulisan.

Fukuzawa menghela napas dan mengantongi kertas itu. Ia merapihkan barangnya dan pergi keluar.

.

.

.

Mentari bersinar di ufuk barat, membuat sinar oranye berpendar dimana-mana. Fukuzawa melangkahkan kakinya ke kelas bekas dan membuka pintu.

Ia menutup pintu di belakangnya sambil menatap si pembuat surat.

"Wah, bisa sampai kesini ya, Sachou." Seorang pemuda dengan seragam sekolah tersenyum. Cahaya mentari menyinar di belakangnya.

"Itu dulu, sekarang aku gurumu. Panggil aku Sensei." Fukuzawa melipat tangannya dan berjalan mendekat. "Jadi ada apa?"

"Humph! Sensei lupa dengan janji sensei sendiri, huh? Katanya Sensei akan menemaniku membeli kacamata baru yang Sensei rusak!" seru siswa itu.

"Hah, aku lupa. Ayo cepat pergi, Rampo-kun."

"Hum, iya."

.

.

.

"Panas..." gerutu Rampo sambil mengibaskan tangannya. Mungkin akibat rombongan pegawai yang pulang membuat kereta padat dan berakhir mereka berdempetan.

"Cepat ke tokonya," ujar Fukuzawa.

"Sensei terlalu terburu-buru. Memangnya Sensei setelah ini ada acara?" tanya Rampo. Ia sedikit memberi jeda sebelum menatap Fukuzawa jahil. "Pasti pergi makan malam bersama seseorang 'kan?"

Fukuzawa tersentak. Ia sudah membuka mulut dan ingin mengatakan sesuatu untuk membela diri tapi sialnya kalah cepat dengan Rampo yang menepuk pundaknya.

"Yosh! Makan malam bersama calon pasangan. Kalau begitu sebagai murid yang baik, mari kita segera pergi." Tanpa wajah berdosa, Rampo berjalan duluan menuju toko kacamata langganannya.

.

.

.

"Sudah kubilang untuk menyisakannya 'kan?!" tanya Rampo dengan kesal.

"M-maaf, pembeli yang membelinya memberi tahu kalau itu atas nama Rampo-san," jelas pemilik toko sambil membungkuk.

"Arghhh kacamataku." Ranpo mengacak rambutnya sendiri, frustasi.

Fukuzawa yang melihatnya menepuk pelan pundak Rampo, menenangkan. "Jangan dipikirkan. Bisa dipesan lagi 'kan?"

"Sayangnya itu model sempurna yang sulit dicari. Kacamatanya lebih nyaman dan aku tidak mau mengganti yang lain," gerutu Rampo.

"Maaf. Nanti kalau sudah ada stok terbaru, akan kami kabarkan," ujar penjaga toko sambil terus membungkukan badan.

"Dengar?"

Rampo mendengus dan mengangguk. Mereka pergi keluar dari toko dan berjalan. Sunyi.

"Mood mu kurang bagus, ingin ku traktir sesuatu?" tawar Fukuzawa.

"Aku ingin ramen dan banyak camilan." Rampo meletakkan tangannya di belakang kepala. Bibirnya terus maju karena masih jengkel.

"Ada kedai ramen, ayo kesana."

Mereka segera masuk kedai ramen dan memesan dua porsi ramen. Setelahnya berlangsung normal tanpa ada kejadian menarik.

Mungkin kejadian menarik adalah perjalanan mereka menuju konbini.

"Jam makan malam sudah lewat."

Rampo tersentak mendengar perkataan Fukuzawa. Ia menoleh dengan raut tak terbaca. "M-makan malam bersama calon Sensei bagaimana?!"

"Tenang saja, sudah kulakukan." Fukuzawa dengan santai, terus berjalan dan melihat sekitar.

Sikap santai Fukuzawa membuat Rampo kesal. "Aku sudah tidak mendapatkan kaca mata dan Sensei melewatkan makan malamnya! Dasar bodoh! Seharusnya kita tidak makan mal–"

Ranpo menggantung perkataannya setelah berhasil mencerna sesuatu. Bukan, bukan pencernaannya, tapi otaknya.

"Sudah kulakukan."

. . .

"Sadar?" tanya Fukuzawa.

Wajah Rampo merona dan tambah merona saat melihat kotak kacamata disodorkan padanya. "Ini?"

"Kacamata yang kau mau."

Rampo terkejut dan membukanya. Benar, ini kacamatanya.

"Dasar bodoh! Mana ada Sensei yang terlihat tampan sepertimu ternyata penyuja kucing imut!" Ejekkan-ejekkan terhadap Fukuzawa terus terlontar dari mulut Rampo.  Itu cukup membuat perempatan siku-siku terlihat di kening Fukuzawa.

Walau begitu, Rampo tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Ia akan terus menjaga kacamata itu dan tidak akan membiarkan siapapun merusaknya. Termasuk yang memberikannya.

•°☆°•

03032021676

Aneh, itu yang terlintas. Oke, ini aneh. Benar-benar aneh. /frustasi

Maaf kalau sekiranya agak– nganu (?)
Aku lagi belajar fisika makanya ini cerita jadi rada gitu. /teriak/ yak, cukupin saja deh.

Makasih sudah mampir, tunggu lanjutannya besok yak.
拜拜 bái bái~

•°☆°•

【Sweet Macaroon】┊BSD Gakuen AU ✓  ˎˊ˗Where stories live. Discover now