【Sweet Macaroon】┊BSD Gakuen AU ✓ ˎˊ˗

•°Macaroon 23 || 赤い糸°•

Warn! OOC, typo, shounen-ai, shin-shoukoku, bxb, School AU
赤い糸 [Akai ito] : benang merah

Pair : Akutagawa x Atsushi
Welcome~ selamat menikmati kemanisan yang kami sajikan. Kami harap anda tidak memiliki diabetes yah^^

•°☆°•

Benang merah itu, benang takdir yang tak akan pernah terputus 'kan?

.

.

.

Atsushi merupakan siswa biasa di sekolah ini. Orang tuanya pergi merantau dan ia tinggal sendirian.

Kesehariannya hanya ditemani oleh catatan pelajaran dan ocehan teman-temannya. Walau bisa dibilang biasa saja, tapi itu sudah seperti kebahagiaan yang tiada tara.

Ia menggores kecil kayu, membuat ukiran unik di atasnya. Flora dan fauna mendominasi.

"Atsushi-kun, buatkan punyaku juga dong," pinta Dazai dengan wajah memelas. Suara pukulan terdengar dan kini memar terlihat di wajah pemuda brunette itu.

"Buat sendiri bodoh, jangan melimpahkan pekerjaanmu pada orang lain!" seru Chuuya, pelaku yang memukul Dazai.

Beruntung si perban tidak mati cepat. Entah obat apa yang ia minum sehingga kebal dari segala macam bahaya yang mengancam nyawa. Padahal ia suka menantang kematian itu sendiri.

Atsushi yang melihat kegiatan itu, tidak peduli. Toh itu sudah jadi makanannya sehari-hari. Ia hanya melirik pemuda raven yang duduk di sebelah kanannya.

"Apa?" tanya Akutagawa yang merasa di perhatikan.

Atsushi buru-buru memalingkan wajah ke tugas karyanya dan menggeleng. "T-tidak apa-apa."

"Hm ...."

Mereka berempat kembali sibuk menyelesaikan prakarya masing-masing. Ruang tamu milik Atsushi terlihat kotor dengan sampah kayu yang berserakan.

Tepat tengah hari, pekerjaan mereka selesai.

"Akhirnya selesai!" seru Dazai senang sambil meregangkan ototnya yang kaku.

"Kalian lapar?" tanya Chuuya pada Akutagawa dan Atsushi. Keduanya mengangguk kompak. Kini Chuuya beralih menatap Dazai.

"Oi Dazai, ayo pergi beli makanan," ajak Chuuya. Dazai merengek dan menghentakkan tangannya kesal, persis seperti anak kecil.

"Gak mau, aku mau istirahat. Kenapa gak pesan antar saja?!"

"Diem, ayo ikut aku beli makanan atau aku akan melaporkan 'itu' ke ibumu!" ancam Chuuya yang menarik kerah baju Dazai.

Dazai mengkerucutkan bibirnya dan berkata, "iya iya, aku ikut," dengan nada malas.

Mereka segera merapihkan diri sedikit dan pergi keluar rumah Atsushi, mencari makan.

Kini tinggal Atsushi dan Akutagawa di ruang tamu. Keadaan hening dan terasa cukup canggung bagi Atsushi.

"Er ... kita rapihkan dulu ruang tamunya, supaya saat makanannya datang sudah bersih," saran Atsushi sambil mengambil sampah kayu sedang di kolong meja.

"Hm ...."

Mereka membersihkan ruang tamu dalam keadaan diam. Hanya suara detak jam yang terus bergerak lambat. Atsushi mulai merasa napasnya memberat.

"Ini terlalu canggung ...."

"Ne, Akutaga– akh!" Ucapan Atsushi terpotong saat jarinya tak sengaja tertusuk potongan kayu kecil. Ia meringis menahan sakit yang menjalar di telunjuk kanannya.

"Kau tertusuk?" tanya Akutagawa yang berjalan mendekati Atsushi.

"I-iya, tapi tidak masalah. Tidak sakit kok." Atsushi tersenyum menenangkan.

Akutagawa menatapnya datar dan dengan cepat ia meraih pergelangan tangan Atsushi dan mengecek telunjuk pemuda kelabu itu. Ia terlihat berusaha mengambil kayu kecil di telunjuk Atsushi dan berhasil.

"Ukh ...."

"Kayunya sudah keluar. Lain kali hati-hati, banyak kayu kecil yang akan menusukmu disini," nasihat Akutagawa.

Ia mengecup singkat telunjuk Atsushi dan meniupnya. Itu seolah ia tengah menenangkan seorang anak kecil yang terluka dan menangis.

Atsushi tersentak dan menarik tangannya. Pipinya merona. Akutagawa berdiri dan kembali menyelesaikan pekerjaannya, meninggalkan Atsushi yang masih termenung.

Disaat ia tengah menetralkan detak jantungnya, sesuatu kembali membuat Atsushi tersentak.

Warnanya merah terang, melambai-lambai di udara. Tali merah yang mengikat di kelingking Akutagawa. Tali itu seolah terhubung dengan sesuatu di dekat dirinya.

Atsushi menunduk dan menyadari sesuatu. Ujung yang kelingking Akutagawa tersambung dengan kelingkingnya.

•°☆°•

10032021564