CHAPTER 33

236 36 2
                                    

PENYIHIR AGUNG YANG DILUPAKAN

AKU duduk di atas ranjang, di penginapan, seraya menatap ke arah buku yang merupakan salinan dari buku diary aneh yang ku temukan di ruang misterius di perpustakaan umum menara sihir

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

AKU duduk di atas ranjang, di penginapan, seraya menatap ke arah buku yang merupakan salinan dari buku diary aneh yang ku temukan di ruang misterius di perpustakaan umum menara sihir. Aku masih kaget, syok, dan bingung.

Aku bergidik ketika kembali membaca deretan kalimat panjang yang ditulis oleh pemilik diary itu sebelumnya—menjelaskan bagaimana kisah mengerikan yang akan menimpa dunia ini. Mulai dari perang dengan Benua Kegelapan, pangeran dengan takdir naas, dan lain-lain. Itu sangat detail, bahkan hingga menyebutkan nama.

Leonel Lyon Drynne, adalah salah satu dari sekian banyaknya nama yang tercatat dalam buku itu.

Terlebih lagi, yang membuatku semakin syok, kaget, dan bingung adalah isi dari buku itu sama persis dengan kisah The Cursed Destiny. Malah itu lebih rinci, bahkan dituliskan pula peristiwa menyeramkan beberapa tahun lalu, saat perayaan festival untuk merayakan kelulusan Leonel sebagai lulusan termuda di akademi.

Bagaimana bisa? Pertanyaan yang sama terus berputar dalam kepalaku.

Dan kalau ku lihat lagi, diary itu sudah ditulis sangat lama. Puluhan tahun yang lalu, bahkan hampir seabad yang lalu. Sekarang tahun 751, sementara tulisan pertama di buku itu adalah tahun 662. Lalu, pada bagian dimana sang penulis menuliskan diary yang panjang, tertulis juga bahwa pada tahun 752 akan ada malapetaka.

Tahun depan.

Aku mengerang pelan sambil mengacak-acak rambutku. "Tapi bukan hanya itu masalahnya," gumamku.

Di kala aku masih bingung dengan buku aneh itu, aku teringat dengan Lady Martha.

"Apa tadi anda sudah mengembalikan buku itu ke tempat semula?".

Jantungku berpacu sangat cepat dan keringat perlahan meluncur dari pelipisku. Suhu di sekitar tubuhku seolah terasa panas. Apakah karena aku sedang panik? Syok?

Bagaimana bisa aku tidak panik ketika wanita itu tiba-tiba melontarkan pertanyaan tidak terduga?

Bagaimana ia bisa tahu kalau aku sempat membaca buku diary aneh di ruang misterius?

Ditambah lagi... .

"Siapa kau sebenarnya?".

Deg!

Lagi-lagi aku teringat dengan tampang seram yang ditunjukkannya, serta aura menekan yang membuatku merinding—ketakutan setengah mati, merasa kalau wanita itu seolah ingin mencekik leherku hingga mati.

Aku menelan ludah guna membasahi tenggorokanku. Ku ambil napas panjang dan mulai ku kontrol perasaan serta ekspresiku. Tenanglah, jangan panik, batinku.

"Hanya ada satu cara untuk mengetahui apa maksudnya," gumamku. Lantas, aku pun beranjak dari posisiku. Sambil membawa salinan buku aneh dari perpustakaan, ku mantapkan langkahku menuju pintu kamar.

The Prince's Knight PrincessOnde histórias criam vida. Descubra agora