Chapter 2

2K 279 2
                                    

~Beberapa hari kemudian~

Siang itu, di Departemen Kriminal Modern alias tempat Kato bersaudara bekerja, Haru mendapat kasus pencurian dan ia pun pergi. Sementara itu, (y/n) yang malam sebelumnya begadang nonton film, malah ketiduran di tumpukan dokumen yang sedang dikerjakannya. Daisuke melirik wanita disebelah kirinya itu, lalu menghela napas. "Oi, bangun," katanya setelah cukup dekat dengan (y/n). "Huwee... aku ingin... macaron..." igau wanita itu. Daisuke mengernyitkan dahinya dan mengguncang bahu (y/n), "oi, kau tidak boleh tidur di tempat kerja!" katanya lebih keras.

"Uhh... berisik sekali, sih. Aku sedang bermimpi indah, tahu," gumam wanita itu, terbangun dan mengucek matanya. "Tidur itu di rumah, bukan di kantor," ujar Daisuke sambil kembali ke kursinya. "Ck. Pekerjaanku tinggal sedikit, aku hanya beristirahat sebentar dan kebetulan mendapat mimpi yang bagus. Tidak setiap hari aku bermimpi makan macaron yang banyak," celoteh wanita itu. Daisuke meliriknya sedikit, lalu kembali ke pekerjaannya, "Itu hanya kue. Kau tidak perlu berlebihan begitu," ia berkata datar.
"Hei! Itu bukan sekedar kue! Harganya sangat mahal, terus-"

Tiba-tiba pintu terbuka. Kamei, Saeki, dan Yumoto pun masuk, "Kami kembali~" kata Kamei. "Hah? Kalian memangnya habis dari mana?" tanya (y/n). Ia sudah tertidur ketika ketiga orang itu pergi. "Kami habis membicarakan sesuatu dengan Kiyomizu-san dan Hoshino-san," jawab Saeki, "tadinya aku mau mengajakmu, tapi kau tidak akan mau. Lagipula, aku tidak tega membangunkanmu,"
(Y/n) ber-ooh, lalu menoleh kearah Daisuke. "Terus kenapa kau tidak ikut?" tanyanya pada pria itu. "Aku memiliki tugas yang lebih penting dari pembicaraan itu,"

(Y/n) memasang wajah datar. Ia kemudian bertanya pada Saeki tentang apa yang mereka bicarakan tadi. Setelah itu, mereka semua kembali bekerja.
Dua jam kemudian, Haru kembali dan langsung duduk di kursinya. (Y/n) spontan berdiri untuk menghampirinya. "Kak! Ayo ceritakan padaku tentang kasusmu!" serunya antusias. Haru menepuk dahinya, "itu kan bisa nanti saat dirumah. Sekarang waktunya bekerja," ujarnya. Wanita itu menggembungkan pipinya, kesal, namun menurut saja.

~Beberapa jam kemudian~

Kiyomizu tiba-tiba masuk ke ruangan itu setelah berjam-jam meninggalkannya. Ia membawa setumpuk berkas dan menaruhnya di mejanya. "Pak direktur, apa itu?" tanya Yumoto seraya menunjuk tumpukan buku tersebut. "Ini adalah berkas kasus lama yang sudah terpecahkan. Hoshino-san memintaku menyimpannya disini," jawab Kiyomizu. "Memangnya ruangan ini tempat sampah?" gumam (y/n) kesal. "(Y/n), Hoshino menyuruh Kiyomizu-san menyimpannya disini bukan berarti ruangan ini tempat sampah. Lagipula, didalam berkas itu juga ada kasus yang pernah dipecahkan oleh anggota departemen ini,  jadi memang harus disimpan disini," jelas Haru yang berada diseberang mejanya. "Huuh... iya deh, terserah," kata (y/n) sambil cemberut.

"Oh, ya. Aku baru ingat. Tadi Hoshino-san bilang ada kasus divisi satu yang membutuhkan bantuan Kambe-kun. Mereka sudah berusaha memecahkannya selama tiga hari namun belum bisa," ujar Kiyomizu seraya menoleh pada Daisuke, "untuk detail kasusnya silahkan pergi ke ruangan Hoshino-san setelah pekerjaanmu selesai,"
Daisuke mengangguk, lalu kembali bekerja. "Direktur, apakah yang dibutuhkan hanya Kambe?" tanya Haru. Dalam hati ia ingin sekali ikut dalam kasus itu, karena kalau menyangkut divisi satu, itu pasti kasus yang besar. "Ya, Hoshino-san hanya menyebutkan Kambe-kun," jawab Kiyomizu.

Haru mendesah kecewa. Padahal ia sudah sangat bersemangat tadi. "Kato-san, bukankah malah bagus? Kita tidak perlu ikut campur dalam kasus berbahaya," celetuk Kamei disebelahnya. "Ck, itu kan kau. Maunya cuma bersantai," balas Haru ketus. Diseberangnya, (y/n) mendengarkan percakapan mereka. Dalam hati ia ingin membantu kakaknya agar bisa ikut dalam kasus tersebut. "Hmm... aku akan langsung menanyakan detail kasusnya pada si anggur!" batin wanita itu.

Saat istirahat sore, (y/n) buru-buru keluar ruangan dan pergi ke kantor Hoshino. Ia membuka pintu ruangan tanpa mengetuk terlebih dahulu. (Y/n) melihat Hoshino didalamnya. "(Y/n)-san, ada apa? Kenapa kau tidak mengetuk pintu dulu?" tanya Hoshino dari kursinya. Wanita itu tidak menjawab. Ia masuk, lalu berdiri disebelah Hoshino duduk. "Aku ingin mengetahui kasus yang sedang divisi satu hadapi saat ini dan kenapa kalian membutuhkan bantuan Kambe," katanya, langsung ke inti.

Hoshino menaikkan sebelah alisnya. "Mengapa kau ingin mengetahuinya?" tanya pria itu. "Ugh, banyak tanya," batin (y/n). "Aku ingin tahu agar kakakku bisa ikut juga,"
"Tidak. Aku sudah bilang pada Kiyomizu-san bahwa kami hanya memerlukan Kambe-san. Anggota Departemen Kriminal Modern lain tidak boleh ikut," ujar Hoshino. (Y/n) jadi kesal dibuatnya. Ia menggebrak meja Hoshino, kemudian berkata, "memangnya kenapa?! Apakah karena Kambe punya alat-alat canggih sehingga kalian membutuhkannya, sementara kakakku tidak punya apa-apa untuk kalian gunakan? Cih, kau memang orang yang suka memperalat orang lain,"

Hoshino diam saja. (Y/n) pun makin kesal dan akhirnya pergi meninggalkan ruangan itu.
Sekembalinya ia ke departemennya, anggota lain menatapnya bingung. "(Y/n)-san, ada apa?" tanya Saeki yang sedang makan permen. "Tidak ada apa-apa," jawab (Y/n) ketus. Ia duduk lagi di kursinya, lalu menelungkupkan wajah di meja. "Apa yang bisa kulakukan, ya?" pikirnya. "Hey, (y/n) kau kenapa?" Haru yang tiba-tiba sudah disampingnya, bertanya. "Aku baik-baik saja," wanita itu menjawab datar. "Ayolah, aku tahu pasti ada yang salah," bujuk kakaknya. (Y/n) mendengus kasar dan kembali duduk tegak. "Aku kesal karena anggur itu tidak membolehkan kakak ikut dalam kasus mereka!"
"Eh..? Rupanya tadi kau buru-buru keluar untuk menanyakan tentang kasus itu pada Hoshino?"
(Y/n) mengangguk cepat, "Huuhh!! Aku kesal!! Kenapa dia sombong sekali, sih?! Padahal kakak juga pernah berada di divisi satu!"

Haru tidak tahu mau merespon apa. Ia menyadari Daisuke memperhatikan (y/n) dari tadi dengan ekspresi terganggu. Haru menggaruk rambut taupenya dan memutuskan berkata, "tidak masalah, (y/n). Aku tidak begitu ingin ikut dalam kasus itu, kok,"
Adiknya cemberut, "Baiklah. Aku juga tidak sudi berbicara pada si anggur lagi,"
Ia menoleh pada Daisuke, lalu menjulurkan lidahnya kearah pria itu.
"Uuh... oke... sekarang kan sedang istirahat. Apa kau mau makan sesuatu?" tawar Haru. (Y/n) berpikir sejenak dan matanya tiba-tiba berbinar, "aku ingin macaron!" teriaknya dengan senyum lebar. "Heee..? Itu mahal sekali. Beli sendiri sana," protes Haru. Senyuman wanita itu hilang, digantikan wajah cemberut. Ia sekarang tidak mood melakukan apapun.

~Malamnya, di rumah Kato besaudara~

"(Y/n), ayo makan malam!" panggil Haru. (Y/n) pun keluar dari kamarnya dan duduk di meja makan kecil mereka. "Kenapa masih cemberut?" tanya Haru saat melihat wajah adiknya. "Aku masih kesal," jawab wanita itu singkat. Haru menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu menepuk kepala adiknya. "Kau sudah dewasa, bersikaplah seperti orang dewasa," ujarnya. (Y/n) hanya mengiyakan dengan datar, kemudian melanjutkan makannya.
Sehabis makan dan mencuci piring, mereka berdua masuk kamar masing-masing untuk tidur. (Y/n) langsung terlelap, sementara Haru belum bisa tidur. Ia menatap langit-langit kamarnya sambil melamun. Beberapa lama kemudian, ia tetap tidak bisa tidur, lalu memutuskan menonton film dari TV yang ada di kamarnya.

|| How Much? [Daisuke x Reader] ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang