Chapter 11 (Part 2)

960 183 11
                                    

~Sejam kemudian~

“Fyuhh… selesai,” gumam (y/n) seusai menempel besi terakhir. “Sekarang aku harus mencari Kambe. Kemana perginya dia?”
Ia keluar dari kelas dan menyusuri lorong lantai empat. (Y/n) pikir ia melihat Daisuke sedang mengaktifkan bola capung itu disini tadi. “Huuh… cepat sekali hilangnya,” protesnya pelan. Wanita itu pun memutuskan menelepon Daisuke. Namun, saat ia menyalakan ponselnya, ternyata benda itu tidak bisa menyala. “Argh, sialan. Pakai habis baterai pula,” gerutu (y/n). Ia terpaksa mencari pria itu sendiri.

(Y/n) menyalakan senternya, dan mulai berjalan. “Hmmm… seharusnya ia belum pergi jauh,” batinnya. Ia turun ke lantai tiga, lalu menyenter sekelilingnya. “Atau jangan-jangan… ia sudah pulang duluan..?” ia berpikir. Seketika ia menjadi takut. (Y/n) akhirnya memutuskan berlari saja menuju pintu keluar. Tapi, seperti biasa, ia tersesat. “Duh! Masa dimana-mana aku nyasar, sih?!” teriaknya dalam hati. (Y/n) sudah mulai berpikiran yang aneh-aneh. Ia berjalan pelan sambil terus menyalakan senternya. “Aduuh… kalau ada hantu disini, bagaimana, ya? Nanti aku dimakan!” batinnya lagi.

(Y/n) terus berjalan sampai ia menemukan seberkas cahaya senter. Ia spontan berlari kearah cahaya itu. Benar saja, saat ia mendekat, ia melihat Daisuke sedang berjalan kearahnya. “Kambe! Dari mana saja kau?! Huwaa… aku dari tadi mencarimu kemana-mana, tahu!” protes (y/n). Ia yang terlewat ketakutan pun memeluk lengan Daisuke erat-erat. “Justru aku yang mencarimu dari tadi,” ujar Daisuke. “Tidak! Aku sudah mengelilingi satu bangunan ini untuk mencarimu, tapi akhirnya memutuskan mencari pintu keluar. Tapi aku nyasar! Huwee… kalau ada hantu bagaimana?” celoteh (y/n). “Eh, ternyata kau takut hantu, ya? Seperti anak kecil saja,” ejek pria itu.

(Y/n) cemberut, ia baru saja mau membuka mulutnya, namun Daisuke kembali berkata, “tadi aku lihat ada sekelebat bayangan di pojok sana,” ia menunjuk lorong yang baru saja (y/n) lewati. “Hee?! Benarkah?!” wanita itu berseru sambil mempererat pelukannya pada lengan pria itu. “Hah, tentu saja tidak. Aku bercanda,” jawab Daisuke datar, “ayo, kita kembali.”
(Y/n) semakin cemberut, ia terus memeluk lengan Daisuke sambil berjalan. “Lepaskan tanganku,” suruhnya. “Tidak, nanti kau hilang lagi,” tolak (y/n). Daisuke menghela napas, “Hhh… terserah kau lah.”

Beberapa waktu kemudian, mereka sampai di luar bangunan. “Ternyata tidak terlalu jauh. Kenapa aku tadi sampai nyasar, ya?” gumam (y/n). “Karena kau bodoh,” ujar Daisuke, “sudah, lepaskan tanganku. Tidak ada hantu diluar sini,”
“Aku tidak bodoh!” protes wanita itu seraya melepaskan pelukannya. Daisuke tidak menghiraukan (y/n) dan jalan duluan ke mobilnya. “Aku lapar,” celetuk (y/n) di dalam mobil. “Astaga, kita sudah makan malam tadi,” kata Daisuke. “Masih lapar,” balas (y/n) lagi. Daisuke pun menghela napas lagi, dan akhirnya mentraktir wanita itu.

~Sesampainya di rumah~

“Haah… kenyang sekali~” kata (y/n) sambil memasuki kediaman Kambe. “Oh, (y/n). Kau sudah kembali ternyata,” kata seseorang dari tangga. “Iya, aku sempat ditraktir Kambe juga tadi,” ujar wanita itu sambil menghampiri orang itu, yaitu kakaknya. “Ya ampun, kau makan lagi?” tanya Haru. (Y/n) terkekeh sembari mengangguk. “Dasar, kau. Oke, tidak apa-apa. Karena tugas kita hari ini sudah selesai, ayo tidur. Besok, kita harus berjaga seharian di sekolah,” ujar kakaknya lagi. Tiba-tiba, Daisuke memasuki pintu depan dengan wajah kusut. Ia mendongak dan melihat Kato bersaudara di tangga. “Yo, Kambe. Ada apa denganmu?” tanya Haru. “Adikmu itu, ya. Sudah pesan makanan banyak sekali, lalu langsung turun ketika aku masih harus parkir. Dasar tidak sopan,” gerutu pria itu. Haru menoleh ke adiknya untuk mengomelinya, namun (y/n) sudah tidak ada di tempatnya lagi. Ia sudah keburu melesat menuju kamarnya.

~Keesokan harinya~

Kato bersaudara dan Daisuke sudah sampai di sekolah. Daisuke memberikan earpiece kepada Kato bersaudara. “Ini agar kalian bisa berkomunikasi satu sama lain, juga dengan Suzue dan HEUSC,” jelasnya. Kato bersaudara mengangguk, lalu berpencar sesuai rencana yang sudah mereka susun semalam. (Y/n) segera pergi ke lantai tiga, tempat ia berjaga. Ia duduk di salah satu kursi di sebelah vending machine di tengah lorong. “Kalau begini, bukannya pelaku malah mencari aman, ya? Sejak kami datang kemarin, sepertinya belum ada laporan korban lagi,” batin wanita itu. Sebenarnya mereka sudah membicarakan itu semalam, dan itu benar, belum ada korban sejak mereka pertama kali ke sekolah itu. Jika si pelaku memang mencari aman, berarti ia cukup pintar. Atau mungkin ia akan membunuh di tempat tersembunyi.

|| How Much? [Daisuke x Reader] ||Where stories live. Discover now