chapter 3

25 12 0
                                    

Hari ini day-1 Zara untuk membujuk Aldo supaya ingin di ajak kencan tepat di hari Minggu nanti. Sebenarnya 'dare' hanya sebagai alasan saja, ia juga ingin mengenal kekasih nya semakin dalam.

'coba telepon Aldo aja kali ya? tapi kalo gue ganggu dia gimana? Aldo pasti ga mau ngangkat, aduh gue bingung.' Zara sepertinya sedang bimbang, ia takut tapi ia juga____ ingin.

Zara mencoba untuk memberanikan dirinya, ia mencari kontak Aldo lalu menghubungi nya. Selang beberapa menit panggilan tersambung, suara Aldo terdengar di sebrang sana.

'apa?'

"Emm, Aldo hari Minggu nanti ada acara ga?" tanya Zara to the point.

"Gue sibuk." Lalu penggilan pun terputus. Zara menghela nafas pelan. Percobaan pertama ia gagal, Zara bukan anak yang gampang menyerah. Dia akan mencoba di hari berikut nya, sampai Aldo berkata 'iya'.

Zara kemudian mendapatkan ide untuk membujuk Aldo. Walau sebenarnya cara ini terlalu sampah tapi Zara akan tetap mencobanya.

Ia kemudian turun kebawah setelah selesai memakai seragamnya. Lalu, dirinya menyiapkan bekal yang akan ia bawa. Dan berangkat menuju sekolah menggunakan angkutan umum.

******

Aldo dan Aldi beserta kawan-kawannya sedang berkerumun di kantin sekolah.

"Do, gimana sama Zara?" tanya Riko iseng. Yang di tanya malah memutar bola matanya dengan malas. "gak gimana-gimana," jawab Aldo seadanya.

"Tapi yah, menurut gue omongannya si El waktu itu nyakitin banget asli," kata Riko ikut nimbrung. "iya sih. Tapi El juga bener," timpal Aldi ikut-ikutan.

"Gue juga ngerasa gak enak anjir pas udah ngomong gitu," sesal El.

"Eh itu anaknya dateng. Lo gak mau minta maaf El?" kata Riko sembari menunjuk gadis yang baru saja memasuki area kantin dengan dagunya.

"Gak lah. Lagian itu emang fakta."

"Hay semuanya," sapa Zara yang baru saja datang lalu berhenti tepat di hadapan mereka.

"Mau ngapain Lo?" tanya Aldo to the point. "Mau nganterin ini," jawab Zara sembari mengangkat tote bag yang ia bawa dengan perasaan gembira. Ia meletakkan isi dari tote bag itu, kotak makan yang berisi sandwich beserta susu kotak varian coklat.

"Buat Aldo. Di makan ya, ini aku sendiri yang buat," ujar nya dengan bangga. Aldo menatap tak suka, bahkan ia enggan mengambil kotak makan tersebut.

"Gue gak laper. Bawa lagi aja!"

"Yahh, padahal aku udah bikinin buat Aldo." Zara mendesah kecewa. Tapi setelahnya senyum manis terbit di wajah nya yang imut. Ia melihat Aldo mengambil kotak itu lalu membukanya, tapi saat Aldo hendak mengambil sandwich nya, seorang perempuan yang entah darimana asalnya langsung menghentikan aksi Aldo.

"Do jangan di makan! Itu ga higienis, nanti kamu sakit perut loh," ujar gadis tadi dengan khawatir. Zara termenung sebentar, tunggu apa ini?

"Lo siapa nya Aldo? Berani banget ngasih makanan gak higienis gini. Nanti kalo Aldo sakit perut gimana hah?! Mau tanggung jawab?!" Zara melongo tak percaya, kenapa sekarang dirinya yang dimarahi? Padahal Zara membuatnya dengan higienis.

"Ini tuh harusnya disini." Gadis tadi membuang bekal yang sudah di siapkan oleh Zara tadi pagi.

"Salsa!" teriak Zara, "kamu kok buang makanannya? Itu aku siapin dari pagi buat Aldo bukan buat kamu buang! Kalo emang seenggaknya gak mau nerima ya jangan dibuang. Masih banyak orang yang lebih membutuhkan," lanjut Zara.

"Gak perduli!" jawab gadis yang bernama Salsa itu lalu pergi sembari tangannya memeluk erat lengan Aldo.

"Sabar Zar," kata Aldi memberi semangat. Zara hanya diam menatap nanar tempat sampah itu. Ia bahkan rela terkena pisau hanya demi membuat sandwich yang ia kira akan menjadi sandwich istimewa.

Secarik Kebahagiaan Untuk Zara Where stories live. Discover now