I'm (Not) a Slut!

3.6K 165 10
                                    

Kehidupan adalah sebuah proses untuk menjadi dewasa

..........

Dia adalah pemuda yang pertama kalinya kupacari dan mengajakku ke pesta dansa, dan dia jugalah yang memutuskanku seminggu sebelum pesta dansa itu berlangsung.

Gaunku berwarna jingga, tiap sore hari setelah pulang sekolah, aku membelai gaun itu sembari membayangkan berdansa dengan dirinya diatas lantai dansa, atau bahkan diatas gumpalan awan dengan taburan bintang bintang diatas langit malam yang indah.

Yah, meskipun pada akhirnya apa yang kuinginkan hanya menjadi sebuah harapan kosong yang tidak akan pernah jadi kenyataan.

Namaku Natasha van Amsberg, seorang gadis personifikasi dari negeri Belanda, dan ini adalah kisahku, kisah tentang diriku.

Dia adalah senior, sedangkan aku adalah juniornya, dia punya sebuah mobil mewah lengkap dengan supirnya, sedangkan aku hanya punya sebuah sepeda tua peninggalan kakekku, kami berdua sangat berbeda, dan tidak pernah terlintas sedikitpun di benakku untuk menjalin asmara dengan dirinya, terlebih aku terlalu muda untuknya.

Namanya adalah Raditya Mahardika, seorang personifikasi laki laki dari negara Indonesia, Radit memiliki wajah yang tergolong good looking, cerdas dan juga menawan, selain itu, dia memiliki fans fans yang memiliki perangai yang cukup kejam, mereka semua menyukai Radit dan membenci diriku, mereka adalah kakak kelasku, teman temannya Radit.

Yaah, aku tahu selain terlalu muda, aku juga tidak keren, aku tidak berteriak dengan suara melengking, berkelahi dengan siswi sekolah lain, mendatangi pesta yang diadakan sekolah, gonta ganti pasangan, atau bahkan menghisap ganja di tiap pesta sekolah, sehari setelah aku putus dari Radit, aku terbangun karena teriakan kencang dan bunyi klakson mobil yang menyambangi apato kecilku.

Dan sejak hari itulah, ketenanganku terusik sepenuhnya.

"Hei pelacur! Radit tidak menyukai dirimu! dia hanya bermain main saja denganmu!! kau bodohhh sekali!!"

Mereka berteriak makin keras, aku tidak melakukan apapun selain meringkuk di sudut ruangan, tidak pula menyambangi ataupun melihat ke jendela yang terbuka, aku tahu kalau mereka akan berteriak terus menerus jika mereka melihatku.

Tak lama kemudian, mereka pergi menjauh, kuhabiskan malam itu tanpa menutup kedua mataku sama sekali, memikirkan apa yang akan terjadi pada diriku nanti.

Keesokan harinya, aku membuka pintu apato ku, melihat kekacauan yang mereka perbuat kemarin malam, kertas tisu, sampah dan bangkai hewan bertebaran dimana mana, mereka menulis dengan sirup coklat di dinding dengan tulisan 'pelacur murahan' dan kata kata kejam lainnya yang menyangkut hubungan seksku yang sama sekali tidak benar, aku hanya bisa tertawa pelan dan membersihkan kekacauan mereka, semua itu tidak benar, jadi kenapa aku harus peduli?

Keesokan harinya, orang orang di sekolahku mengetahui perbuatan mereka, dan para siswa simpatisan pun mulai menyampaikan rasa simpati mereka pada diriku.

"Kasihan sekali kau..."

"Apakah dia menyakitimu?"

"Kau berhubungan seks dengannya?"

Aku memandang para simpatisan itu dengan perasaan kesal kemudian mendengus pelan, menyembunyikan amarah yang kurasakan sekarang.

"Diam kalian, aku tidak pernah berhubungan seks dengannya, bahkan sekalipun, paham?!"

Namun, sekuat apapun aku membela diri, tidak ada yang percaya padaku, bahkan mereka mulai menyakiti fisik dan psikisku tiap harinya, mulai dari mengotori lokerku, menunjuk dan mengata ngataiku, lalu memasukkan diriku dalam daftar teratas gadis yang disebut para pelacur sekolah.

"Aku bukan pelacur..."

Keluhku di kamar mandi wanita sembari mencuci tangan, kurobek satu persatu daftar yang bertempelan di atas dinding, melucuti moralitas dan harga diri yang kumiliki.

"Aku bukan pelacur!!"

Jeritku marah pada lusinan mata yang menatapku jijik, seolah aku ini adalah bakteri yang harus dimusnahkan dari dunia ini.

Padahal aku hanya menciumnya dan bahkan itupun tidak benar, tapi kenapa mereka melakukan itu?!

Radit adalah satu satunya pemuda yang pernah kucium, aku kerapkali menyakitinya dengan ciumanku yang kaku dan tidak benar, aku menggigit bibir dan lidahnya berkali kali, dan untuk terakhir kalinya bibirnya Radit sampai berdarah karena ulahku.

Saat itu, dia hanya tersenyum dan mengatakan kalau gigitanku sama sekali tidak menyakitkan.

Namun, ketika semuanya sudah selesai, dia mencampakkan diriku begitu saja dan mengumbar apa yang sudah kami lakukan selama ini.

Jujur, itu amat menyakitiku.

Namun sekarang, aku tidak akan memikirkan pembullyan ini lagi, roda kehidupan akan terus berputar, aku akan menunggu hal itu terjadi pada diriku, akan kulawan mereka semua dan akan kubuktikan bahwa semua ini adalah fitnah, aku akan berdiri, menentang mereka dengan kedua tanganku, aku tidak peduli lagi tentang rasa takutku, karena aku adalah diriku, dan diriku adalah milikku sendiri, aku yakin suatu saat nanti aku akan mendapatkan sesuatu yang lebih baik, aku yakin itu.

"Apakah kau adalah seorang pelacur?"

Seorang pemuda menanyaiku, aku hanya tersenyum dan menutup buku yang selalu kubawa kemana mana.

"Bagaimana menurutmu?"

Aku melontarkan balik pertanyaan itu padanya, dan dia terlihat bingung.

Bagaimanapun juga, aku memang bukan seorang pelacur, dan aku yakin suatu saat mereka akan merasakan bosan dalam membully-ku.

Benar begitu?

Aku kembali tersenyum, kuabaikan pemuda yang tengah kebingungan itu dan melangkahkan kakiku pergi dari sana, mulai sekarang aku akan lebih percaya diri lagi, melawan mereka semua yang ingin membuatku jatuh dan berjuang untuk itu.

Aku yakin, suatu saat nanti aku akan berhasil, dan luka ini akan usai, meskipun memorinya akan terus tertinggal di dalam otakku.

Telah kuhapus mereka semua dalam pikiranku, dan telah kulepas semuanya didalam hidupku, aku tidak peduli lagi, hidup akan terus berjalan selama kau ingin menjalaninya, dan selama kau ingin menjalani hidup, masalah akan terus ada sebagai cobaan hidupmu.

Benar begitu? :)

End

XD tengah rindu menulis orific.g

Oneshoots CollectionWhere stories live. Discover now