Bab 7 (Bagian 1)

433 81 16
                                    

Tubuh bulan tertutup awan, namun bintang masih dapat dilihat dari permukaan bumi

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Tubuh bulan tertutup awan, namun bintang masih dapat dilihat dari permukaan bumi. Gedung tinggi milik RM Corporation berdiri gagah walau kini langit tidak lagi menyinari kaca-kaca tebal yang menjadi dinding untuk ruangan yang ada di dalamnya.

Win keluar dari mobil, malam ini begitu sepi, bahkan tidak ada satu pun kendaraan yang berlalu-lalang di depan gedung tinggi itu. Dengan wajahnya yang manis, namun menyimpan sebuah pesona alami yang memabukkan, Win berjalan mendahului seseorang yang baru saja keluar dari mobil yang Win kendarai. Itu adalah Lin, kedua saudara itu sekarang akan bertemu dengan seseorang yang menjadi sumber dari semua skenario yang ada dalam kehidupan mereka, mereka akan bertemu dengan Leo Ramida.

Dengan langkah kaki yang tegas, mereka masuk ke dalam gedung dan pergi menuju ruangan pemilik perusahaan tersebut. Win membuka pintu dengan pelan, di sana sudah duduk seorang pria paruh baya dengan cahaya lampu yang menyorot wajahnya, garis tegas makin jelas terlihat, kerutan halus juga menghiasi wajah itu.

"Selamat malam, Paman," sapa Win saat masuk ke dalam ruangan itu.

Brak.

Pintu lalu ditutup dengan kasar oleh orang yang memiliki rupa yang sama seperti pemuda yang baru saja memberikan salam dengan sopan.

"Akhirnya kau datang juga," ucap Leo tanpa memberikan perhatian yang berlebih dengan dua orang yang memiliki wajah serupa di hadapannya.

"Apa yang kau inginkan dariku? Pak Tua?" tanya Lin dengan tidak bersahabat.

"Tidak ada, aku hanya ingin memastikan kalau kau tidak memiliki dendam terhadap diriku," jawab Leo Ramida lalu menjulurkan tangan kanannya, "silakan duduk." Win dan Lin lalu duduk di kursi yang sudah Leo sediakan.

"Aku ucapkan selamat untuk kalian berdua karena sebelumnya kalian telah berhasil mengelabui semua orang saat kalian bertukar peran menjadi satu sama lain," ucap Leo dengan nada bangga, ia sekarang sudah yakin kalau dua aset tambahan akan ia dapatkan dalam waktu yang tidak lama lagi dan dua aset itu adalah Luke dan Lin.

"Tapi aku sedikit kecewa karena kau meninggalkan jejak saat melarikan diri dari penjara kotor itu, Lin," tambah Leo.

"Ya, aku tahu itu. Win sudah mencecarku karena telah meninggalkan jejak saat aku kabur dari tempat menjijikkan itu," jawab Lin malas.

Wajah Lin yang memang sedari awal sudah tidak bersahabat semakin mengeras, sedangkan Win tetap diam, mendengarkan ucapan dari orang yang lebih tua darinya dengan tenang. Ya, Win sudah mengatakan kalau tugas yang diberikan kepada Lin sudah gagal walau Lin berhasil melarikan diri dari penjara dan membuat Leo berhasil mendepak kepala sipir tua itu.

"Tapi aku tetap harus memberikanmu selamat karena sudah berhasil menyingkirkan pria yang tidak berguna itu dari dalam penjara, setidaknya hal itu patut untuk diberikan apresiasi," ucap Leo lagi.

Mendengar hal itu, wajah Lin mulai melunak. "Sekarang katakan apa yang harus aku lakukan," ucap Lin.

"Melihat antusiasmu yang tinggi, aku menjadi ingin memberitahu kau sekarang juga. Tapi saat ini belum waktunya," ucap Leo dengan santai. Seringai tipis terbentuk di wajah pria paruh baya itu.

***

"Bagaimana dengan keadaan Lin?" tanya Leo di seberang telepon.

"Dia baik-baik saja, ada apa Paman meneleponku?" ucap Win. Win sedang berada di dalam mobil, ia baru saja sampai di area kampus.

"Di mana Bright? Apa dia sudah kembali?"

"Entah, aku sedang berada di kampus."

"Dalam hujan seperti ini? Apa kau sudah tidak waras?"

"Hujan baru turun saat aku sampai di sini. Apa yang ingin Paman sampaikan?"

"Dengarkan aku baik-baik, di hari di mana Lin lari dari penjara itu, Bright akan datang untuk memeriksa keadaan kembaranmu itu. Pastikan kau sudah siap dengan skenariomu. Aku akan melihat bagaimana kau meng-handle keadaan itu. Dari pesan yang kau kirimkan kemarin, aku menaruh ekspektasi yang tinggi terhadapmu. Jangan sampai Luke dan Bright mengetahui kalau sebenarnya kau dan Lin telah lama berdamai. Ini adalah tugas kalian berdua, dan di hari di mana Toptap akan mati, yakinkan Lin untuk melakukan tugasnya dengan baik. Jika rencana ini berjalan dengan lancar, maka aku akan segera memastikan posisi kalian bertiga dalam keluarga ini," Leo Ramida berbicara dengan panjang.

"Baiklah, akan aku lakukan sesuai perintah paman," ucap Win.

"Baik, aku akan menanti permainan apa yang akan kalian berdua mainkan. Aku berharap hal itu memuaskan."

Sambungan telepon terputus. Win menyandarkan tubuhnya di jok mobil. Sekarang sudah 25 menit Win terjebak di dalam mobilnya sendiri. Win sudah menghubungi Gun dan Ohm. Jam di layar ponselnya menunjukkan pukul 1 siang. Seharusnya sang dosen sudah mulai bersiap untuk menuju kelasnya, karena sepengetahuannya sang dosen memiliki jadwal mengajar pukul delapan pagi. Dengan berat hati Win membuka pintu mobil dan ia langsung disambut dengan gemuruh hujan yang lumayan dahsyat.

Setelah menutup kembali pintu mobil dengan sedikit membantingnya, Win berlari dengan tangan kiri memegang payung dan tangan kanan memeluk tasnya. Alhasil sepatu dan celananya yang lupa ia lipat sedikit basah karena air hujan. Setelah menutup payung dan memastikan tidak ada lagi yang tertinggal, Win langsung berjalan menuju lift dan naik ke lantai 3. Sesampainya ia di kelas, ternyata sudah ada beberapa orang di sana, bahkan sang dosen sudah duduk manis di tempatnya. Dengan senyuman manis andalannya, Win mengucapkan salam dan langsung menuju ke tempat duduk. Saat duduk, ponselnya menerima pesan dari kedua temannya, menanyakan apakah kelas sudah di mulai. Dengan singkat Win membalas pesan mereka.

Ingatan Win kembali terpaku dengan percakapan singkat yang sempat ia lakukan dengan Leo Ramida di masa lalu, saat di mana Lin sudah mendekam di penjara dan kehidupannya sebagai mahasiswa kembali berjalan normal. Namun seiring berjalannya waktu, hal-hal menjadi semakin rumit. Win sudah hampir muak karena harus menyimpan semua kejadian sendirian.

Win dan Lin sudah pergi dari gedung perusahaan. Sekarang mereka sudah pergi menuju tempat di mana Win menjemput Lin. Setidaknya Win sudah berhasil meyakinkan Leo Ramida kalau Lin sudah berada dipihaknya. Kini tugas Win hanya satu, menghilangkan kebodohan dari kakaknya sendiri.

"Baik, sampai jumpa," ucap Win pada Lin saat saudara kembarnya itu turun dari mobil.

"Hm. Sampai jumpa," balas Lin.

Win lalu melihat ponselnya, sudah ada beberapa panggilan dari Bright. Win hanya bisa tersenyum kecil melihat betapa khawatirnya Bright dengan dirinya.

Win mengambil ponsel lalu memanggil kekasihnya yang entah mengapa menjadi sedikit cerewet, "Halo, Bri."

"Win kamu di mana?!" tanya Bright dengan sedikit berteriak.

"Aku sedang perjalanan pulang, satu burung sudah berhasil aku taklukkan."

"Apa? Benarkah?"

"Iya, sekarang aku sedang berada di jalan. Aku akan berbicara denganmu nanti. Perutku sudah ingin memuntahkan cerita tentang bagaimana aku bisa membawa Lin ke hadapan Paman."

"Baiklah, hati-hati di jalan."

"Iya."

Sekarang aku harus memikirkan skenario palsu untuk menutupi kebenaran antara aku dan Lin, pikir Win.



Vote, ayo, vote. Aku sampe jungkir balik mikirin bab ini

[BL] Twins (The Murderer Sequel) ✔ || BrightWinDonde viven las historias. Descúbrelo ahora