Bab 20 (Bagian 1)

286 47 2
                                    

Penerbangan yang dialami oleh Bright dan yang lain tidak berjalan dengan mulus, mereka mengganti koordinat mendarat sebanyak empat kali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Penerbangan yang dialami oleh Bright dan yang lain tidak berjalan dengan mulus, mereka mengganti koordinat mendarat sebanyak empat kali. Kini rombongan mereka memutuskan untuk menyebar sebelum mereka berkumpul kembali di kediaman Tuan Matsuda. Orang-orang itu dengan cepat menyamar dan langsung memisahkan diri setelah mereka sampai di bandara terakhir.

Lin juga sudah berhasil melakukan tugasnya, tapi sayangnya dirinya dan Win malah terjebak di salah satu markas milik kakeknya dan belum bisa melarikan diri. Beruntungnya, Gun dan yang lain berhasil melarikan. Saat ini Win dan Lin tengah bersembunyi di salah satu ruangan kosong yang letaknya ada di tengah rumah megah tempat kakek dan kedua pamannya bersiap untuk menyerang.

Sudah hampir lima jam sejak Win terus berjaga di dekat pintu, sedangkan Lin masih fokus menyusun rencana agar mereka dapat keluar dari tempat ini. Beberapa kali mereka hampir ketahuan oleh para penjaga yang berlalu-lalang, tapi tetap saja mereka dapat bersembunyi dari incaran para penjaga-penjaga itu.

"Win," panggil Lin.

"Apa?" tanya Win dengan nada rendah.

"Dalam satu menit, kita harus langsung lari dari tempat ini. Ada satu motor yang bisa kita gunakan untuk lari di halaman depan. Apa kau bisa membawa motor?"

"Tentu aku bisa," ucap Win.

"Bagus."

Lin langsung mengemas kembali semua barang dan menyiapkan satu laras panjang di punggung. Waktu terus berjalan, detik demi detik yang menegangkan. Hingga akhirnya suara derap kaki dari banyak orang terdengar berlari menuju halaman belakang.

Win langsung membuka pintu ruangan dan lari dengan cepat bersama Lin menuju halaman depan. Lampu yang ada di rumah ini sudah Lin padamkan, mereka dapat berlari dengan mudah tanpa harus dilihat oleh orang yang tengah bergegas pergi menuju halaman belakang.

Saat mereka sudah mencapai halaman dan menuju motor yang ditunjukkan oleh Lin, listrik dari rumah itu kembali menyala dan se-gerombol orang mulai mengepung Win dan Lin. Win langsung melompat ke atas motor, sedangkan Lin mengambil pistol yang ada di pinggang dan menghalangi orang-orang yang akan menangkap mereka.

Setelah motor itu hidup, Lin langsung naik, namun dengan menghadap belakang. Dengan laras panjang yang sudah Lin siapkan, pemuda itu mulai membidik orang-orang yang mengejar mereka saat mereka sudah berhasil keluar dari area halaman menuju jalan. Beberapa tembakan yang Lin layangkan membuat Win sedikit berguncang dan mau-tak mau Win harus mengerahkan kekuatan fisiknya untuk menahan guncangan saat adiknya melepas tembakan dari laras panjang itu.

Rumah megah itu berada di dalam sebuah kawasan pemukiman dengan gang-gang yang lumayan kecil dan hanya bisa dilalui oleh dua motor atau satu mobil dengan ukuran yang tidak terlalu lebar. Ada tujuh motor yang ikut mengejar mereka. Lin langsung bersiap membidik dua motor pengejar paling depan. Tembakan keras kembali terdengar, membuat beberapa rumah yang ada di sana menghidupkan lampu karena kaget dengan suara laras panjang itu. Para pengejar itu langsung terhenti karena dua motor di depan mereka jatuh.

Dengan demikian Win menambah kecepatan dengan menarik gas sampai batas maksimal. Sampai akhirnya mereka berhasil keluar dari gang dan mulai menyatu dengan jalanan kota.

"Lin, kita harus berhenti dan mengganti kendaraan!" teriak Lin pada Win.

Win langsung menepi ke pinggir jalan dan Lin langsung melompat turun. Mereka meninggalkan motor itu begitu saja di sana dan mulai berlari menjauh untuk bersembunyi. Napas mereka terengah-engah saat mereka menemukan tempat yang pas untuk bersembunyi. Mereka bersembunyi di sela antar gedung dan duduk sambil menyandarkan tubuh.

Setelah dapat mengatur napas, Lin langsung mengeluarkan ponsel dan menghubungi Gun untuk memberitahu kalau mereka telah berhasil lari dari rumah itu.

"Sekarang apa yang akan kita lakukan?" tanya Win pada Lin.

Lin menoleh ke arah Win yang ternyata sudah sangat berkeringat. Lin hanya bisa menyeringai saat melihat Win yang masih tampak lelah.

"Apa telingamu baik-baik saja?" tanya Lin.

"Hanya suara tembakan, tidak akan membuatku tuli."

"Menurutmu, apa sebaiknya kita mencari tempat untuk mandi?" tanya Lin.

"Ide bagus, di dekat sini aku rasa ada onsen," ucap Win.

Lin merapikan laras panjangnya, lalu mereka berjalan setelah memastikan kalau sudah tidak ada pengejar yang mengejar mereka. Walau mereka melangkah dengan santai, tapi tetap mereka dalam posisi siaga. Sebelum mencari tempat pemandian, tidak lupa mereka mencari toko baju yang masih mau menerima pelanggan dan setelah berjalan beberapa lama, akhirnya mereka menemukan onsen–atau pemandian air panas–yang buka 24 jam.

Win dan Lin langsung masuk ke dalam tempat pemandian itu, Win langsung bicara dengan fasih dengan menggunakan bahasa jepang.

Win dan Lin langsung pergi ke ruang ganti dan melepas semua pakaian yang menempel di tubuh mereka dan membawa handuk kecil sebelum masuk ke kolam. Win langsung berendam setelah ia memastikan tubuhnya bersih, begitu juga dengan Lin yang tengah menggosok lembut kulitnya sebelum berendam. Win benar-benar memanfaatkan sedikit waktu ini untuk memanjakan dirinya.

Setelah puas berendam, mereka akhirnya keluar dari tempat pemandian itu dengan kondisi yang segar. Sekarang mereka akan mencari tempat untuk mengisi perut mereka yang sudah meraung meminta makanan.

"Aku akan pastikan kalau akan kembali ke sini setelah semua hal ini berlalu," ucap Win senang sambil menghirup dalam-dalam udara malam.

"Cih, tidak perlu menunggu hal ini selesai. Sekarang saja kau sudah memanfaatkan waktu sebagai pelancong," ejek Lin.

"Maksudku, aku tidak perlu membawa semua barang ini, bodoh."

"Hm, setidaknya sekarang kita masih aman," sahut Lin.

Win lalu mendekati Lin dan berbisik pada adiknya itu, "Apa rombongan mereka sudah sampai?" tanya Win.

"Seharusnya mereka sudah ada di rumah Tuan Matsuda," ucap Lin, "tapi mungkin belum semua, mereka memisahkan diri dan menyebar sebelum kembali ke rumah Tuan Matsuda," ucapnya lagi.

"Hm, baiklah, aku melihat ada restoran yang masih buka di sana. Ayo, aku sudah benar-benar kelaparan."

Mereka akhirnya pergi menuju restoran yang Win maksud. Tempat itu tidak terlalu ramai dan bisa di bilang sudah sepi, tapi pemiliknya masih menyapa mereka dengan sangat ramah dan melayani dua orang itu dengan baik. Di tambah Win yang menjadi juru bicara membuat pemilik kedai itu merasa senang. Mereka berdua banyak bertukar pikiran setelah Win dan Lin menyelesaikan makannya.

Win meminta pada pemilik kedai untuk tinggal di kedai itu sampai matahari terbit karena sekarang jam sudah menunjukkan pukul tiga dini hari dan pemilik kedai dengan ramah mengizinkan mereka untuk diam di sana. Bahkan pria paruh baya itu membawakan beberapa makanan untuk menemani Win dan Lin sembari mereka menunggu matahari terbit.

"Terima kasih, Paman, kau sangat baik," ucap Win sambil membungkuk sebagai tanda terima kasih.

Pemilik kedai itu lalu meminta mereka untuk melanjutkan makan dan meminta mereka untuk tidak sungkan jika ada sesuatu yang mereka perlukan selama berada di sana untuk beberapa jam ke depan.



Definisi menyelam sambil tenggelam 🤣🤣🤣

[BL] Twins (The Murderer Sequel) ✔ || BrightWinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang