LOVELESS

28.6K 815 30
                                    

Enam bulan sudah berlalu sejak kejadian pemerkosaan itu. Mas Adrian tidak pernah lagi menghubungi gue. Nomor dia memang sudah gue blok, tapi gue yakin dia bisa saja mencari gue jika dia mau. Dia tahu alamat rumah gue, tapi kenyataannya dia tidak pernah mencari gue langsung ke rumah. Dia tahu di mana gue kuliah, tapi dia tidak pernah sekali pun muncul di kampus untuk bertemu gue. Gue simpulkan bahwa Mas Adrian sudah berhenti berusaha menemui gue. Dan kenyataan bahwa hubungan kami sudah benar-benar kandas membuat gue lebih nyaman menjalani hidup.

Hubungan gue dengan Rio juga sudah renggang. Semenjak gue menceritakan semuanya di rumah sakit tempo hari, dia sudah tidak pernah mengajak gue bertemu baik untuk mengerjakan tugas maupun sekedar jalan-jalan di luar kampus. Diam-diam dia juga sudah menyelesaikan tugas kelompok kami dan mengumpulkannya sebelum tenggat waktu, lengkap dengan nama gue tertera sebagai anggota kelompok dalam tugas itu.

Sebagai mahasiswa tingkat akhir, Rio sudah jarang terlihat di kampus. Kini dia mulai sibuk mengerjakan skripsi. Ada juga teman yang bilang bahwa dia sedang menjalani magang di perusahaan milik keluarganya. Suatu hari gue pernah tidak sengaja berpapasan dengan Rio yang baru selesai melakukan bimbingan skripsi, namun dia membuang muka dan pura-pura tidak melihat gue. Dua minggu kemudian gue melihat dia sedang berjalan bersama seorang mahasiswi tahun pertama ke arah parkiran. Mungkin itu pacar barunya.

Sementara itu, bisnis catering Tante Erni semakin menggeliat. Menjadi catering langganan di kantor Mas Adrian membukakan kesempatan baru bagi catering Tante Erni untuk dikenal oleh perusahaan-perusahaan lain. Sekarang sudah ada 3 perusahaan yang menjadi pelanggan setia catering Tante Erni. Mereka mengontrak catering Tante Erni untuk sebagai supplier nasi box untuk makan siang harian di kantor.

Karena setiap hari Tante Erni harus memasak dalam porsi yang lebih besar, dia menyewa dapur khusus catering. Sekarang aktivitas memasaknya tidak lagi dilakukan di dapur rumah. Dia juga menambah jumlah karyawannya. Siapa yang menyangka, pemilik dapur yang disewa Tante Erni adalah duda beranak 3 yang pada akhirnya jatuh cinta pada Tante Erni.

"Rio punya pacar baru. Tante Erni juga punya pacar baru. Kenapa nasib kita begini-gini aja ya, Lon?" tanya Ingrid sambil memangku tangannya di dagu.

"Prioritas gue sekarang bukan pacaran, Ngrid."

"Kuliah?"

"Iya," kata gue. Gue juga sudah mulai mengerjakan skripsi. Target gue, enam bulan lagi skripsi ini selesai dan gue bisa lulus dalam waktu 3,5 tahun.

"Gue juga mau mulai cari kerja," timpal gue lagi untuk menjawab pertanyaan Ingrid yang tadi.

"Jadi sugar baby lagi?"

"Enak aja lo!"

Ingrid terkekeh melihat ekspresi muka gue yang sebal. "Ngomong-ngomong hidup lo tanpa sugar daddy gimana, Lon?" tanya Ingrid penasaran.

"Ya begini lah. Jadi sama kayak lo, bolak balik kampus naik KRL."

"Nggak pingin cari sugar daddy yang baru? Kan lumayan gajinya gede."

"Nggak. Nggak kuat sama dramanya."

"Emang lo pikir pacaran beneran nggak ada dramanya? Malah lebih enak jadi sugar baby, penuh drama tapi dibayar."

"Tapi kan dramanya beda. Drama jadi sugar baby lebih kompleks!"

"Sok tau! Emang lo udah pernah pacaran beneran?"

Ingrid benar juga. Selama hampir 22 tahun gue hidup di muka bumi, gue belum pernah sekali pun punya pacar resmi tanpa embel-embel sugar baby. Gue memang pernah dekat dengan Rio tanpa adanya kepentingan khusus, tapi tetap saja dia bukan pacar resmi. Permasalahan yang akhirnya membuat gue berpisah dengan Rio lagi-lagi disebabkan oleh status gue sebagai sugar baby.  Gue nggak tahu permasalahan riil apa yang mungkin gue hadapi jika memiliki hubungan percintaan dengan seseorang. Bahkan sampai sekarang gue nggak habis pikir bagaimana bisa dua orang yang dipersatukan oleh cinta bisa berpisah dan membenci satu sama lain.

"Lo kenapa nggak jadi sugar baby?" tanya gue balik ke Ingrid, hanya penasaran saja.

"Enggak ah, nggak sesuai sama hati kecil gue."

"Bagus deh. Lagian ekonomi lo kan juga nggak kepepet kaya gue waktu itu."

"Lo menyesal nggak pernah jadi sugar baby?"

"Well, I am who I am because of my past," kata gue, "gue sih nggak menyesal, tapi gue sebisa mungkin bakal bilang ke siapapun yang berniat jadi sugar baby untuk mengurungkan niatnya. Masih banyak hal lain yang bisa dilakuin untuk cari duit. Hidup sebagai sugar baby terlalu banyak memberikan pergolakan batin. Belum tentu gadis-gadis muda yang mentalnya belum dewasa itu bisa menyikapi drama dengan bijaksana."

"Luar biasa. Jawaban lo bisa bikin lo menang jadi Miss Universe nih!"

"Ya lo daftarin dong gue jadi Miss Universe," kata gue bercanda.

"Bener ya?"

"Eh, enggak! Nggak mau ah ikut kontes-kontes kayak gitu."

"Yah, kirain beneran mau. Lo kan punya modal tampang sama body seksi."

Sore itu gue habiskan dengan bercakap-cakap dengan Ingrid sampai matahari hampir tenggelam. Ternyata putus dengan Mas Adrian dan menjauh dari Rio ada hikmahnya juga. Gue bisa lebih dekat dengan sahabat gue dan kembali memiliki percakapan yang berkualitas dengan dia. 

Selesai bertemu Ingrid, gue harus berjuang pulang ke rumah dengan naik KRL yang penuh sesak. Naik KRL di Kota Jakarta adalah sebuah rutinitas yang melelahkan, tapi gue berjanji kepada diri gue bahwa ini tidak akan berlangsung lama. Setelah gue lulus kuliah nanti, gue akan mencari pekerjaan dengan gaji yang cukup untuk memberikan gue penghidupan yang lebih baik.

Akhir-akhir ini gue juga sudah mulai melamar pekerjaan. Gue menyebar CV gue ke beberapa perusahaan bonafit yang membutuhkan lulusan ekonomi. Ada yang sudah memanggil gue untuk wawancara, tapi mungkin karena belum jodoh, gue tidak diterima untuk bekerja di tempat mereka. Meskipun demikian, gue tetap tidak menyerah. Siapa tahu ada skenario lebih baik untuk hidup gue nantinya.

Tepat ketika gue turun ojek di depan pagar rumah, HP gue bergetar. Kali ini ada notifikasi untuk email yang masuk ke inbox gue. Gue baca judulnya dan di situ tertulis 'Your Application as a Junior Market Analyst'.  Hati gue bergejolak senang mendapati e-mail tersebut ada di inbox gue, tanpa pikir panjang langsung gue buka e-mail itu untuk membaca pesan di dalamnya.

Dear Ilona,

Thank you for applying for the position of Junior Market Analyst position at XY Consulting Singapore. We would like to invite you for an interview.

You will meet with our Business Development department manager, Mr. Blake, and two of his team members. The interview will last about 60 minutes. You'll have the chance to discuss the position's responsibilities and learn more about our company.

We would like to conduct your interview sometime this week. Please let me know which one of the following time slots you would prefer. I will be sending you a calendar invitation with the Zoom link once I receive your reply.

Best Regards, 
Marlene Choo
HR Department

Oh, wow! Gue baru saja mendapatkan panggilan interview untuk pekerjaan di Singapore! Apakah ada masa depan yang lebih baik menanti gue di Singapore?

PENGAKUAN SEORANG SUGAR BABYWhere stories live. Discover now