[18] Hujan

124 12 2
                                    

.
.
.

Hujan turun sangat lebat malam ini. Petir terdengar bersahutan di luar sana. Angin terhembus kencang.

Listrik juga padam sejak 10 menit yang lalu. Membuat Sungyoon harus menyalakan lilin untuk kegiatan makan malamnya.

"Kalau sudah selesai makan, langsung tidur saja. Besok ada kelas pagi kan ?" Tanya Sungyoon.

Eunbi mengangguk singkat, kemudian mempercepat gerakan makannya. Agar lilin tidak habis sebelum ia selesai makan.

Tepat setelah makan, suara ketukan pintu membuat Eunbi dan Sungyoon saling bertukar pandang.

"Biar aku liat."

Eunbi beranjak berdiri, tapi melihat sekelilingnya yang amat gelap. Ia memperlambat langkahnya.

Dari belakang tubuh Eunbi, Sungyoon mengambil lilin dari atas meja dan mengajak gadis itu untuk berjalan bersamanya.

Dengan penerangan dari lilin, keduanya membuka pintu untuk melihat siapa yang datang bertamu.

Begitu pintu terbuka, terlihat soojung–tetangga sebelah. Bersama dengan dua anak kembarnya.

"Maaf menganggu malam-malam, suami saya sedang tugas diluar kota. Asisten rumah tangga yang biasa dirumah sedang pulang ke kampungnya. Saya gak bisa tenang hujan petir begini kalau hanya dengan si kembar." Ungkap soojung dengan sedikit sungkan.

Eunbi bisa membayangkan betapa repotnya soojung saat ini. Apalagi membawa dua anak kembarnya di tengah hujan lebat seperti ini.

"Itu..hm...kalau saya nginap disini, apa kalian mengizinkan ?" Tanya soojung ragu.

Eunbi sedikit tercekat saat mendengar pertanyaan Soojung. Ia tidak tahu harus menjawab apa.

Sebenarnya ia hanya tidak mau orang lain tahu, kalau selama ini ia tidur terpisah dengan Sungyoon.

Rasanya akan semakin aneh jika orang lain mengetahuinya.

"Boleh saja kok, mbak." Sahut Sungyoon.

Jawaban Sungyoon seketika membuat lutut Eunbi melemas.

Bukan berarti ia tidak mau mengizinkan, hanya saja itu berarti ia akan tidur sekamar dengan Sungyoon.

Rasanya ia belum siap.

"Beneran? Sekali lagi maaf ya, kalau merepotkan." Soojung berucap sungkan.

"Gak papa kok, mbak. Ada satu kamar tamu kok." Sahut Sungyoon lagi.

Kamar tamu yang dimaksudkan Sungyoon adalah kamar Eunbi. Memang Kamar itu sudah Eunbi tata sedemikian rupa agar tidak terlihat seperti kamar pribadi. Mengantisipasi jika ada yang berkunjung seperti saat ini.

"Mau langsung tidur ? Sepertinya kembar sudah ngantuk." Tanya Eunbi pada akhirnya.

Toh, tak ada pilihan lain. Membantu soojung juga bukan masalah besar.

Soojung mengelus rambut kedua anaknya, kemudian mengangguk pelan.

Eunbi sedikit berjongkok, "sini kakak gendong, yuk. Bobo~"

Salah satu anak batita itu hanya bisa mengangguk saat Eunbi mengangkat tubuhnya dan membawanya ke dalam kamar.

Sungyoon mengikuti dari belakang, masih memberikan pencahayaan dari lilin yang ia pegang.

Diam-diam ia tersenyum saat melihat Eunbi menggendong anak Soojung.

Bayangan gadis itu membawa seorang anak membuat Sungyoon tersenyum hangat. Dan membuat hatinya merasakan sesuatu yang aneh.

"Yoon ?" Ucap Eunbi membuyarkan lamunan Sungyoon.

"Eh ? Udah ? Mereka sudah tidur?" Tanya Sungyoon basa-basi.

Eunbi tersenyum tipis, merasa aneh dengan pertanyaan yang dilontarkan Sungyoon. "Sepertinya si kembar langsung tidur. Mungkin kalau Mbak soojung enggak."

Sungyoon terkekeh geli, menyadari pertanyaannya yang malah terdengar aneh.

Ia mengusap tengkuknya. "Kalau begitu..hmm.. mau tidur sekarang ?" Tanya Sungyoon lagi.

Eunbi sedikit kikuk dengan pertanyaan itu, tapi kemudian tetap menganggukkan kepalanya.

"Ya sudah, ayo tidur." Ajak Sungyoon sembari menarik Eunbi menuju kamarnya.

Eunbi sedikit tersentak kala menyadari tangan Sungyoon yang menggenggamnya erat.

"Kamu gak papa kan, kalau kita tidur satu kasur ?" Tanya Sungyoon memastikan, sebelum keduanya tidur bersampingan.

"Gak papa. Lagian diluar masih hujan, gak mungkin kamu tidur di lantai." Jawab Eunbi.

Sungyoon akhirnya menjatuhkan tubuhnya di samping Eunbi yang sudah lebih dulu naik ke atas kasur.

Eunbi sempat menahan napasnya kala merasakan jarak tubuh Sungyoon yang begitu dekat dengannya.

Sungyoon tahu kalau Eunbi gugup saat ini. Tapi gadis itu tidak tahu, kalau detak jantung Sungyoon juga berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Tidur. Besok bangun pagi, saya gak mau menemani kamu begadang." Ujar Sungyoon.

Eunbi berusaha menutup matanya, "have a nice dream." Lirihnya pelan sebelum membalikkan tubuhnya membelakangi Sungyoon.
.
.
Sudah satu jam sejak tadi. Tapi Sungyoon belum juga tertidur.

Gerakan tubuh Eunbi yang memiringkan tubuhnya menjadi menghadap ke arah Sungyoon, membuat Sungyoon menoleh.

Jarak wajahnya kini hanya sejengkal dari wajah Sungyoon.

Tangan Sungyoon terulur untuk menyelipkan rambut yang menutup wajah Eunbi ke  belakang telinga gadis itu. Lantas, jemarinya mengelus pipi Eunbi lembut.

Sungyoon sedikit mendekat. Tangan kirinya ia selipkan di bawah tengkuk Eunbi. Sedangkan tangan kanannya mendekap gadis itu erat.

"Ternyata begini rasanya bisa peluk kamu." Lirih Sungyoon pelan.

Sungyoon mengeratkan pelukannya. Tidak peduli jika nanti Eunbi akan terkejut jika terbangun di dalam pelukannya.

Home [ Kwon Eunbi ft ; Choi Sungyoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang