8

3.3K 105 2
                                    

"Ughh..." Ayaka memegang perut. Hari sudah semakin larut. Matahari sudah bergantian dengan Bulan untuk berkuasa di langit. Benar ucapan Andrew. Tak ada listrik untuk membuat lampu membantu menerangi. Keadaan remang-remang, hanya bersumber cahaya redup dari Bulan dan bintang. Ayaka lantas mengangkat wajah, menatap cctv yang tentunya juga ada terpasang di rumah kumuh tempatnya bersembunyi saat ini. Jika tak ada listrik yang mengalir, lantas apakah cctv itu masih bekerja?

Ayaka kemudian berdiri mendatangi kamera itu untuk melihat dari dekat, dan mendapati kalau ada setitik cahaya menyala di sana. Hal itu memberi tahu Ayaka kalau pergerakannya masih diawasi, dan juga, mengingatkan Ayaka akan kamera di kamarnya yang diretas BlackJack sehingga ia terpaksa sampai terjerumus ke sini. "Ughhh..." Sekali lagi Ayaka memegang perutnya yang terus bergejolak meminta makan.

Memang sepertinya, rasa lapar ini mampu ia tahan sampai paling tidak esok hari. Tapi setelahnya, Ayaka tak tahu apakah ia masih memiliki tenaga yang tersisa untuk bergerak jika tuntutan ini tidak dipenuh. Dan... Bukan hanya itu masalah mahasiswi cantik itu saat ini. Hari sudah gelap, Ayaka tak tahu ini pukul berapa. Memang insitingnya mengatakan kalau tengah malam masih beberapa jam lagi, tapi, tetap saja bahaya kalau misalkan ia terlambat untuk pergi. Ia taku mau mati konyol. Mau tak mau, ia harus segera pergi kembali ke bagian tengah kota segera.

Ayaka melihat ke kiri dan ke kanan, memantau sekitar. Aman. Tim yang tadi sempat ia lihat berpatroli juga tak terlihat. Langkah pun lanjut diambil, menyusuri jalan di sela-sela rumah kumuh. Ayaka tak mau mengambil risiko untuk dengan polos dan bodoh berjalan di jalan utama. Itu sangat terbuka dan menarik perhatian. Berjalan di antara sela-sela rumah kumuh ini memang pilihan terbaik dan teraman, karena ia bisa bersembunyi kalau ada sesuatu yang terjadi.

"Sial! Di mana dia!?" Dan tindakannya terbukti tepat. Ayaka langsung berhenti melangkah lalu menengok di antara sela-sela rumah ke arah seruan suara tadi. Hari sudah gelap, membuat pandangan jadi semakin sulit. Tapi, Ayaka perlahan bisa mengenali kalau yang tadi menyeru adalah dua orang pria yang tadi ia lihat berpatroli. Mereka masih di sini!? Gumam Ayaka yang kemudian menelan ludahnya.

"Aaaghhh!" Tapi, berbeda dengan tadi siang, dua orang itu tampak kebingungan dan sedikit gusar. Melihatnya, Ayaka tahu pasti ada yang terjadi. "Woi bangsat! Keluar kau!" Mata Ayaka pun terbelalak dan wajahnya yang mengintip itu langsung pucat panik menarik diri bersembunyi.

"H- huh!? Ti- tidak mungkin! Apa mereka tahu keberadaanku!?" Ayaka yang bersembunyi menutup mulut menyamarkan suara nafas yang makin jelas terdengar di malam yang sepi. Tidak... Ayaka yakin ia tidak ketahuan. Daritadi, ia tidak pernah pindah dari rumah kayu itu. Seandainya ia ketahuan, sudah daritadi ia disergap. Aku mengerti... Bukan. Bukan Ayaka yang diteriaki pria itu. Pasti, tim mereka sudah bertemu tim lain dan terjadi perkelahian sehingga ekspresi mereka seperti itu.

Tapi, hal itu justru menandakan, jalan Ayaka akan semakin sulit menuju bagian tengah karena ia harus berhadapan dengan dua tim sekaligus! Siaaaal! Gerutu Ayaka yang tak bisa bergerak maju lagi, terjebak di antara sela rumah untuk bersembunyi. Apa yang harus kulakukan!? Apa aku menunggu lagi sampai salah satu dari mereka yang berkelahi itu tereleminasi lalu kabur? Atau memanfaatkan kelengahan mereka saat berkelahi dan kemudian kabur!? Apa pun rencana Ayaka, yang pertama harus ia lakukan sekarang adalah menunggu.

Perlahan, dua pria yang tadi ia lihat itu mulai pergi kembali mencari di rumah-rumah lain. Hah... Nafas Ayaka pun terhembus lega, sekali lagi lolos dari mereka. Namun, "Eh?" Di saat ia menghembuskan nafas lega dan berniat masuk ke dalam rumah untuk bersembunyi lebih lanjut, di depannya ada seorang perempuan paruh baya yang tepat sekali saling pandang dengannya. "A- A-!" Ayaka yang bingung terbata-bata, begitu juga dengan perempuan paruh baya itu. Mereka sama-sama kaget akan pertemuan yang tak diduga-duga ini.

HIDDENVIEWWhere stories live. Discover now