2 - 12

1.8K 97 1
                                    

"B- bagaimana keadaan anak saya Dok!?" Seorang wanita dengan wajah pucat khawatir menatap Lasagna. Tangannya yang dingin dan gemetar, menggenggam tangan seorang anak perempuan yang terbaring di atas kasur rumah sakit.

Wajah lucu itu telah berubah. Bengkak. Pipinya mengembung, bukan karena ekspresinya yang cemberut atau merajuk. Bengkaknya berlebihan, menjalar sampai ke bawah kantung mata. Leher dan bagian tubuh lainnya juga membengkak. Gadis lucu itu sekarang sudah seperti balon yang entah kenapa terlihat ingin meledak. Rasa khawatir jelas menumpuk, di benak Sang Mama dan juga Sang Ayah yang setia menemani di samping.

Lasagna memeriksanya. Pria itu juga melihat hasil analisa lab yang sudah tertera di dokumen yang ia bawa. Jantung. Ada sesuatu yang salah di jantung gadis itu, sehingga ia membengkak seperti ini. Kesimpulan hasil lab juga mengatakan kalau sebaiknya gadis ini dirujuk ke rumah sakit lain. Rumah sakit tempat Lasagna sekarang tidak mempunyai fasilitas untuk mengobati anak ini. Ia harus dirujuk ke Rumah Sakit khusus jantung, segera, sebelum keadaan semakin buruk.

"Anak Ibu ada gangguan jantung. Tapi ..." Lasagna menutup dokumen laporan analisis di tangan, "Jangan khawatir. Kami bisa menanganinya." Lasagna mengangguk, ia bersama perawat pendampingnya pergi keluar.

"Berikutnya pasien kita yang mana?"

Si perawat kalang kabut mencari dokumen yang ia kapit di ketiak. "Eeeh, itu Dok. Pasien yang kena penyakit Hepatitis. Dia ada di ruang VIP."

"Hmm," Lasagna membaca profil pasien. Hepatitis, penyakit yang menyerang hati itu hinggap di sebuah tubuh pria yang kelihatannya cukup kaya sehingga mampu menyewa ruangan vip. "Suruh dia tes lagi, dan setelahnya berikan obat ini, ini, dan ini." Lasagna menulis obat yang ia maksud. Si perawat pun bingung, karena sejatinya dia bukanlah perawat baru. Dia salah satu perawat senior sehingga cukup tahu tentang obat-obatan suatu penyakit.

Tapi ini... Lasagna memberikan obat yang berlebihan dan tidak diperlukan. Apalagi menyuruh pasien untuk tes darah lagi. "Kenapa?" Tanya Lasagna.

"Eee..." Perawat itu pun bingung bagaimana mengatakan pikirannya.

"Sudah lakukan saja. Makin banyak obat yang dipakai pasien makin banyak juga keuntungan rumah sakit ini, bukan?" Lasagna tersenyum, ia tahu maksud tatapan perawat di sebelahnya ini. Tak mau mencari masalah, si perawat yang juga dijanjikan mendapat jatah uang dari Lasagna itu pun mengangguk saja. Siap melaksanakan perintah.

*****

Hutan semakin jauh disusuri tapi Macaroni belum tampak di mana pun. Andrew sudah mulai ingin kembali, karena mau bagaimanapun, mereka semakin dalam masuk ke hutan, dan tentunya kemungkinan mereka bertemu sesuatu yang berbahaya semakin tinggi. Entah suku kanibal yang bermukim di tengah pulau, atau Tim lain. Terutama... Tim 21 yang kelihatannya berburu tim lain.

"Sebaiknya, kita istirahat dulu. Bagaimana?" Ucapan Andrew diangguki Lasagna dan juga Ayaka yang memang keduanya sedang kelaparan.

Sudah terlalu siang, kalau pesawat dan pengumuman tadi datang tepat pertengahan hari, sekarang mungkin sudah jam 2an.

Kasa yang juga lapar dengan cepat memanjat pohon. Rupanya, mereka sedang ada di bawah pohon yang berbuah. Kasa menggoyang batang dan ranting, dan buah-buah kecil berwarna merah berjatuhan ke tanah. Ayaka tak pernah melihat dan memakannya. Baru ini. Warnanya merah, seperti apel tapi jelas bukan apel. Bentuk kecil-kecil, mungkin sejenis berry, entahlah, Ayaka tak tahu.

Yang jelas, ketiga manusia modern yang sedang terduduk beristirahat itu melihat bagaimana Kasa mengupas buah merah itu lalu mulai makan. "Hmm!" Ayaka menyeru. "Enak! Manis!" Walau agak sedikit sulit untuk dikupas, Ayaka harus memakai pisaunya untuk mencongkel kulit buah yang keras. Tapi, begitu empuk dan basahnya daging buah menyentuh lidah, rasanya menyegarkan sekaligus memenuhi tuntutan gula darah yang membuat lapar.

HIDDENVIEWWhere stories live. Discover now