17. LoE

91 55 11
                                    

Hay...
Maaf di part ini ada adegan kissing nya😆

Selamat membaca, jangan lupa vote Coment nya... itu sangat berarti buat aku...

Tidak sampai sepuluh menit Tyaga dan Btari untuk sampai di mobil, karena parkiran nya terletak di depan resto hidangan laut di tepi pantai ANCOL. Tyaga sudah lebih dulu masuk kedalam mobil. Btari membuntuti Tyaga, tapi ketika telah sampai di samping mobil mobil Btari bergeming, berdiri tertegun menatap Lelaki yang hanya tampak badannya saja, duduk terdiam seolah tidak ada seseorang bersama.

"Tyaga... " Teriak Btari tak tahan, entah sampai kapan kalau menunggu lelaki itu peka.

Tyaga turun dari mobil dengan wajah tanpa salah dia membuka kan pintu untuk Btari. Angin laut bertiup kencang, Rambut se bahu Btari kembali berantakan, pulpen yang Tyaga berikan sudah terlepas entah jatuh dimana. Tyaga menahan diri melihatnya. Ada sesuatu yang ingin di lakukan Tyaga tapi dia menguatkan menghampiri Btari lalu bertanya, "Kenapa kamu enggak naik?"

"owhh kamu sadar ada aku?" Btari menimpuk Tyaga dengan tas hitamnya. Tyaga menangkap tas yang mengenai perutnya, pukulan tas itu tak seberapa sakit baginya tapi ada sisi dirinya yang kecewa.

"Jangan kekanak-kanakan. Ayo aku antar pulang." Ucap Tyaga. Merangkul bahu Btari dan sedikit mendorongnya untuk masuk ke mobil.

Btari sempat menurut tapi dia berbalik sehingga mereka berhadapan. Btari sedikit mendongak menatap iris mata Tyaga. "Siapa yang kekanakkan? Aku atau kamu? kenapa tiba-tiba bersikap seperti itu?"

Tyaga celingukan merasa risih orang-orang di sekitar mulai memperhatikan mereka, saling berbisik entah berkata apa.

"Orang-orang akan berpikir kita sedang bertengkar." Bisik Tyaga lalu mendorong Btari untuk duduk di mobilnya. Tyaga menutup dan segera duduk di samping Btari dan mengemudikan mobilnya.

"Emang aku salah apa?" Tanya Btari setelah Tyaga menepikan mobilnya di pinggir jalan. Kali ini mereka berada di pinggir jalan menuju pintu keluar. Btari memaksa Tyaga untuk berbicara sebelum mereka melewati pintu keluar dan Btari tidak akan punya kesempatan mengorek isi hati Tyaga karena jalanan yang bising dan macet.

"Siapa yang menyalahkan kamu? kamu enggak salah." sahut Tyaga dengan duduk miring menghadap wanita di sebelahnya.

"Trus kenapa sikap kamu langsung berubah. kamu makan sendiri terus bayar sendiri?" hembusan angin masih terus membuat rambut Btari berantakan.

"Karena aku menjemput kamu untuk menemani aku makan."

"Bohong." ucap Btari dengan nafas yang naik turun, dia lelah sendiri ingin marah tapi tidak tau alasan untuk marah.

"Mmm begini." Tyaga akhirnya memutuskan untuk menjelaskan meski dia malu untuk mengakuinya, dia menerka Btari akan menertawakannya karena mengaku sok dekat dengan Calysta.

"Kenapa aku yang membayar sendiri? itu karena aku lelaki aku yang harus membayar, lagi pula kamu tidak perlu berterima kasih padaku."

"Tadi di awal tidak begitu, kamu keliatan antusias, terus tiba-tiba ekspresimu berubah membuat aku bingung." Btari tertawa mengejek. "Kenapa aku tak perlu berterima kasih padamu?"

"Karena. Kalau Calysta mau menerima tawaranmu berarti karena dia percaya sama kamu. karena produk kamu bagus. Jadi tidak perlu berterima kasih padaku."

"Ah tidak. ini membuatku gila." Btari menggelengkan kepala nya sendiri, menyangkal pikiran-pikiran yang ada di kepala nya. "Jangan bilang sikapmu berubah karena kamu tidak di beri tahu oleh Calysta, tapi kamu tau lewat aku."

Tyaga tidak menyangkal dan itu membuat Btari semakin frustrasi.

"Aku berpikir keras dan sempat menyalahkan diri sendiri. Tapi ternyata masalahnya sepele, hanya karena Calysta tak memberi tahu mu." Btari menyatukan tangan di depan wajah untuk menutup hidungnya.

"Ini bukan masalah sepele, Btari kamu tidak mengerti."

"Iya benar aku memang tidak mengerti hubungan macam apa kalian itu. Aku benar-benar tidak mengerti."

"Sudah aku katakan kami bersahabat sejak Calysta SMA, bukan cuma aku sahabat pria nya, ada Alexi, Bryan, Rysz dan romeo, ada juga jovita." Tangan Tyaga reflek menarik sebelah tangan Btari agar menatapnya. "Jangan bilang kamu cemburu."

Wajah Btari memerah, dia menarik tangan untuk menutupnya lagi, dia sendiri tidak mengerti, ketika Nathan berselingkuh, dia tak sekesal ini, dia hanya merasa sedih dan bingung bagaimana cara menjelaskan pada orang tuanya.

Tyaga memberanikan diri, perasaan yang sedari tadi dia tahan akhirnya tak bisa dia kendalikan. Tyaga mengumpulkan helai demi helai rambut Btari lalu mengumpulkan pada satu genggaman tangan besarnya di belakang tengkuk Btari.

Satu tangan yang lain menyingkirkan tangan Btari yang menutupi wajahnya.

"Mau apa kamu?" tanya Btari, suaranya di buat seberani mungkin.

"Biar kulihat." Tyaga menyatukan sisa-sisa rambut yang di depan wajah Btari sampai benar-benar dia bisa melihat wajah berkulit putih, hidung kecil yang mancung. Tyaga mengusap pipi Tirus Btari lalu mendekatkan wajah.

Ditengah-tengah perasaan yang dia dambakan, Btari terkekeh saat tinggal sedikit lagi bibir mereka menyatu. "Jadi kamu mendekati aku karena di abaikan oleh Calysta?"

Bibir Tyaga sedikit mundur dengan dahi keduanya tetap menempel, dia mengerang frustrasi. "Tidak bisakah wanita ini tetap diam? sedikit lagi."

"Sama kan? Kamu juga tidak menolak di dekati karena di campakkan." Ucap Tyaga setelah menguasai nafasnya.

Btari mendorong bahu Tyaga sedikit mundur.

"Brengsek." Umpat Btari.

Tyaga menarik dirinya, menyisakkan jarak di antara mereka.

"Maaf." Ucap Tyaga. "Tapi perasaanku padamu dan pada Claysta berbeda. Aku hanya mengagumi Calysta karena dia baik padaku dan keluargaku. Pada Calysta aku tidak pernah ingin melakukan ini." Tyaga mendekatkan wajahnya dengan cepat dan mengecup bibir Btari dengan lembut. Btari diam tapi tanpa penolakan. Matanya mengerjap antara menilai benar dan salah. Tapi dia sudah telanjur terbuai akan perlakuan Tyaga.

"Mesum." Ucap Btari ketika wajah Tyaga hanya mundur sekitar dua senti.

"Kalau mesum, aku menginginkan pada semua wanitu, tapi aku hanya ingin mencium kamu." ucap Tyaga lalu mencium Btari lebih rakus lagi, dia masih diam dan hanya menerima perlakuan. "Apa lagi ketika kamu, marah, menangis dan ragu, aku ingin menciummu untuk menghentikan pemikiran itu." Tyaga mencium pipi dan bibir Btari yang membengkak. Tyaga melihat sekeliling dan tersadar dia berada di pinggir jalan. Dengan menggunakan mobil Phorce tanpa atap memungkinkan orang yang melintas bisa melihat aktifitas mereka.

"Sudah?" Tanya Btari dengan nada kecewa karena dia baru saja mau membalas ciuman mereka.

"Haruskah aku melakukannya lagi?" tanya Tyaga yang membuat Btari malu setengah mati. "Tapi kamu sudah tak terlihat sedih marah ataupun ragu." ucap Tyaga membuat Btari memalingkan wajah dan mengumpat.

"Brengsek."

Belaian tangan Tyaga, mau tak mau membuat Btari menatap wajahnya lagi. "Aku bukan brengsek. aku hanya ingin melakukannya perlahan." ucap Tyaga yang hanya di bales dengan umpatan. "Dan jangan berpikir untuk bersikap tidak ada apa-apa di antara kita, ketika kamu tidak ingin menyudahi ciuman ku." Btari pun tak yakin apakah bisa berpura-pura mengatakan tidak ada rasa seperti yang sebelumnya.

Btari tak percaya makin kesini Tyaga makin berani dan makin berbahaya untuknya.

Menurut kalian Tyaga emang brengsek nggak sih? ramaikan di komentar ya

terima gajih...

Love or Escape | LoE |  [End] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang