29.LOE

57 40 4
                                    

Hai...
Selamat membaca...

Vote dan komen sangat berarti buat author..

Bughhh  Betari memukulnya berkali-kali. Ngoceh-ngoceh enggak jelas membuat Tyaga cengok.

"Dasar sama saja"
"Hanya karena seksi?"
"Memang tidak ada sisi lain yang bisa dia sukai?"
Bahkan ketika sudah duduk si mobil Betari terus mengoceh lirih tapi tetap terdengar membuat Tyaga menggaruk kepalanya.

"Kenapa? Kenapa lagi sekarang?" Tyaga penasaran dengan sikap absurb
wanita di sebelahnya. Mempunyai 2 sahabat absurb dan seorang anak perempuan tetap tak bisa membuat Tyaga memahami tingkah aneh dan sikap yang berubah-ubah. Ibarat ramalan cuaca yang seringkali meleset kali ini Tyaga gagal menerka suasana hati Betari.

"Tidak ada." sahutnya disertai gelengan kepala.

"Huft....," hembusan nafas kasar lolos dari saluran pernafasan terluar Tyaga. "Betari aku tidak bisa membaca pikiranmu, tapi aku cemas dan merasa sesuatu terjadi padamu. Tolong cerita sama aku. Apakah sesuatu yang buruk telah terjadi?" tanya Tyaga dengan tatap mata yang mengunci gerak Betari.

Betari mencoba lolos dari tatapan itu dan melihat ke jalan aspal panas di depan. Beberapa sepeda motor sudah mendahului mobil mereka.

"Fokus menyetir melihat ke depan."

"Tidak. Aku tidak mau kalau kamu enggak cerita." Tyaga keras kepala dan wajahnya masih condong ke Betari.

"Baiklah. Cepat lihat ke depan sambil dengar aku bercerita." Betari mengalah karena memang tak ada yang perlu di tutupi. Mungkin Betari ingin memulai dari masalah tentang dirinya, tentang mantan tunangannya, masalah Ara dan Anye menyusul nanti, atau tidak usah di ceritakan?

"Oke." Tyaga mengangguk dengan salah satu telunjuk menepuk-nepuk di stirnya.

"Kau ingat Nathan mantan tunangan ku yang berbuat ulah saat pertama kali kamu ke klinik ku?"

"Ah ya bedebah itu." Tyaga mengangguk suasana hati nya mulai memburuk mendengar Betari menyebut nama seorang pria apalagi pernah dekat dengannya.

"Apa bedebah?" ulang Betari dengan kernyitan di alisnya.

"Mmm maksudku kamu bilang dia bedebah waktu itu." Tyaga beralasan.

"Jangan lupa aku juga sering memanggilmu brengsek." sindir Betari menoleh sekilas kesebelah nya.

"Ahhh kamu jangan bandingkan aku dengan dia. Jelas kami berbeda."

"Sama tingkat kegenitannya, aku masih belum menerima cara kamu bersahabat dengan Calysta."

Tyaga menggaruk kepalanya, beberapa menit yang lalu Betari memeluknya seolah semua baik-baik saja, lalu memukulnya, lalu baik-baik saja lalu sekarang mengungkit lagi tentang Calysta. Sambil melirik sosok cantik di sebelah, Tyaga menggelengkan kepala.

"Kenapa? Kenapa sekarang kamu membahas tentang aku? Tadi katanya mau cerita, ada apa sama mantan kamu? Dia mendatangi kamu? Seharusnya aku menghajarnya."

"Dia tidak menggangguku. Tidak akan berani, hanya saja Bapak dan Ibu dan juga orang tuanya belum tau kalau kami berpisah."

Tyaga segera menepi dan mengentikan mobilnya, "Kenapa kamu belum memberi tahu mereka? Kamu masih menyukainya?"

Betari menatap sinis ke arah Tyaga, "Bisa-bisanya kamu mengatakan itu?"

"Lalu apa? Lalu kenapa? Bilang saja sudah putus dan kamu sudah punya calon lagi."

"Enggak semudah itu, Aku enggak tega sama orang tua kami, orang tua dia juga sangat baik. Mereka pasti kecewa. Dan Calon? Calon apa  maksudnya?"

"Calon apa?" ulang Tyaga, raut wajahnya nampak kecewa. "Calon suami."

Love or Escape | LoE |  [End] ✔️Where stories live. Discover now