LOE 27

63 42 2
                                    

Hai....
Selamat membaca

Jangan lupa tekan Bintang dan coment yang banyak ...

Tyaga pulang dengan pikiran yang kacau sekali. Peluru-peluru pertanyaan Ara yang bertubi-tubi hanya di jawabnya dengan gelengan kepala dan kecupan di kening, agar anak gadisnya segera tidur.

Tyaga menghisap lagi lintingan tembakau di balkon kamarnya. Meski sekarang banyak jenis rokok elektrik, Tyaga lebih suka gulungan rokok seperti biasanya. Dia berharap sedikit demi sedikit masalahnya menghilang, seperti terbakarnya sedikit demi sedikit rokok yang dia nyalakan. Menghisap lalu menghembuskan kepulan asap dengan tatapan menerawang ke atas kepala, nyatanya masalahnya tak turut menguap. Malah makin tak terpecahkan.

Tyaga melihat layar ponselnya, ingin menghubungi wanita yang menyiksanya karena kerinduan dan rasa bersalah, tapi Tyaga tidak punya keberanian untuk melakukannya. Jelas terlihat dari sorot matanya, Wanita itu memiliki banyak keraguan. Tyaga mengelus dada, Keyakinannya pada Betari di balas dengan tatapan keraguan yang menghunus nya.

Iseng-iseng Tyaga menekan tombol dial pada kontak Calysta.
Terdengar bunyi tut ... tut beberapa kali sampai akhirnya panggilan itu berhenti.

Tyaga tertawa meledek diri sendiri. Dia tak tau jam berapa pastinya, saru hal yang pasti adalah ini telah tengah malam. Calysta mungkin baru perjalanan pulang dari restonya atau mungkin sudah terlarut dalam tidur panjang.

Tak berapa lama berselang saat Tyaga hendak menyalakan rokoknya yang kesekian kali, bunyi phonsel nya berdering. Calysta menelponnya, Tyaga bersyukur meski sudah cukup lama tak menemui Calysta setelah munculnya Betari dalam hidupnya. Calysta masih melakukan hal yang sama. Menelpon balik ketika tak mengangkat telpon Tyaga.

Calysta mengucapkan salam yang juga di balas oleh Tyaga. Suaranya masih terdengar stabil untuk ukuran tengah malam.

"Apa kabar?" tanya Calysta.
"Buruk."
"Kamu memang enggak pandai berpura-pura." ucap Calysta, Tyaga membayangkan seringai manis sahabatnya. "Calysta apa kabar?"

"Baik. Tapi aku yakin kamu menelpon bukan buat itu kan?"

Tyaga menyesap dulu kopinya lalu meletakkan sembarang rokok yang masih menyala, membiarkan asapnya terbuang sia-sia. "Aku beneran sering ingin menghubungi kamu, tapi takut ketahuan pacar posesif mu."

"Posesif?" Calysta terdengar terkejut, "Hey... Dia tidak seburuk itu, yang terakhir saat kita ketemu karena melihat kamu terlalu menempel, makanya salah paham."

"Emang posesif seburuk itu Cal?"

Terdengar helaan nafas, "Ya kalau berlebihan, pasti membuat Betari enggak nyaman."

"Ah sial tadi aku terlalu memperlihatkannya, kau tau Romeo dan Rysz sengaja mengganggu makan malam kami." Tyaga dengan nada datarnya. Lalu terdengar Calysta cekikikan.

"Ah sial!" umpat Tyaga yang kedua kali, "Aku terjebak, aku kan belum cerita tentang Betari kok Calysta tau sih?"

Terdengar tawa renyah Calysta, "Cuma iseng nebak-nebak, ternyata bener Betari yang membuat kamu se galau ini."

"Kamu kan tahu kelakuan Romeo dan Rysz yang enggak terima kamu bahagia, pasti di isengin lah. Jarang kumpul sih sibuk sama Betari. Belum juga di gangguin Bryan, alexi dan Jelita udah bikin kamu frustrasi." Calysta lanjut menertawakannya tapi tak membuat Tyaga kesal. Mengeluarkan unek-unek dan menertawakan diri sendiri terkadang menyenangkan.

"Kamu enggak liat sih kelakuan Romeo, mengganggu banget. Kalau bisa memutar waktu aku enggak bakal kenalin Betari ke mereka."

"Loh loh... Noh kan posesif parahnya kelihatan. Betari enggak akan tergoda kok dengan playboy macam Romeo, dia udah dewasa dan cukup pintar buat menilai seseorang. Hanya... Namanya perasaan ya tetep butuh di yakinkan."

"Entahlah Cal.... Dia semakin ragu ketika dia mendengar cerita tentang kamu." Suara Tyaga semakin tak bersemangat.

"Tentang aku? Wait kenapa melibatkan aku?"

"Ulah Romeo dan sepupu mu itu menyebut nama kamu di depan Betari, aku engga bisa bohong ketika Betari terus bertanya hubunganku dengan kamu."

"Aishhh... Jangan bilang kamu menjelaskan sesuatu yang membuat dia marah?"

"Aku ceritakan semua. Tidak ada cerita tentang kamu yang membuat dia enggak marah soalnya."

"Good job Tyaga... Huh bagaimana aku bisa bersikap saat bertemu Betari?" Kali ini suara Calysta lebih terdengar frustrasi.

"Yah maaf... Aku terdesak. Faktanya memang aku suka ngajak kamu nikah dan menganggap Romeo dan Alexi sebagai rival."

"Buruk. Kamu yang terburuk dalam menjelaskan." Calysta lebih terdengar seperti marah.

"Ya aku harus bilang apa coba?"

"Kalau kamu bilang mau menikahi aku karena aku cantik dan baik ke keluarga kamu ya pasti Betari marah dia merasa jauh dari start."

"Wah kamu bisa narsis juga." Tyaga menyindir.

"Serius kamu mengatakannya?"

Tyaga mengangguk, terlupa kalau Calysta tak melihat jawabannya jika dia tak bersuara.

"Seharusnya kamu bilang Calysta adalah wanita yang malang, kedekatannya dengan lima sahabat termasuk dua saudara sepupunya membuat kehidupan percintaannya menyedihkan karena enggak ada cowok yang enggan mendekatinya."

"Calysta yang malang?"
"Apa-apaan?
"Sungguh aku harus bercerita seperti itu?"
"Tapi bener juga harusnya aku bilang begitu." Tyaga berucap berkali-kali tanpa memberi kesempatan Calysta berbicara.

"Becanda Tyaga... Ya enggak gitu juga, di sindir malah enggak peka." Calysta mendengus sebal. "Kamu harus bilang fakta yang sesungguhnya, Calysta sama seperti Romeo, Rysz, alexi atau bahkan Jelita. Hanya sahabat. Meski sangat dekat tapi Calysta adalah seseorang yang mustahil aku cintai."
Calysta melakukan penekanan pada setiap katanya mengharap Tyaga paham.

"Jleb! Kok aku ngerasa itu isi hati kamu ya? Seolah kamu menjawab aku ataupun Romeo yang becandain mesra ke kamu?"

"Tanyakan sama isi hati kamu Tya.. sama atau enggak seperti yang aku ucapkan. Kamu cuma becanda perkara romansa denganku, kamu pasti lebih memahami setelah ketemu Betari, kamu sungguh-sungguh menginginkannya karena sampai se frustrasi ini."

Ucapan Calysta di iyakan oleh suara hatinya, ia pun sudah menyadari betapa dia menginginkan Betari, berbeda saat dengan Calysta hanya sekedar karena dia baik. Tapi Betari? Wanita yang baru beberapa bulan di kenalnya, Tyaga menerima baik buruknya, cantik dan galaknya, cemburunya, segalanya tentang Betari.

Calysta terdengar menguap di buat-buat, Tyaga mendengar dering panggilan masuk di phonsel Calysta yang lain.

"Ya udah tidur dulu gih, makasih ya pencerahannya." Tyaga berpura-pura padahal dia meyakini Calysta akan berbincang dulu dengan pacarnya.

"Hmmm kamu juga istirahat. Bye ..." tutup Calysta.

Tyaga sedikit tersenyum, melegakkan berbicara dengan sahabatnya, satu-satunya yang bukan biang kerok seperti Rysz dan lainnya.

Tyaga hendak masuk dan berniat mematikan rokok yang tadi tergeletak menyala. Tyaga tersenyum saat melihat rokok itu tinggal abu seluruhnya. Sudah lama dia bercengkrama dengan Calysta tapi tidak terasa. Tyaga masih bertanya-tanya, akankah Betari besok akan memaafkannya?

Bersambung.....

Sampai sini dulu, makasih buat yang baca, makasih buat yang udah vote dan meramaikan dengan komen.

Love, Diistanti

Sen, 24 Mei jam 02:06
Bobok lagi after nge halu...









Love or Escape | LoE |  [End] ✔️Where stories live. Discover now