11. Perjodohan ✔

8K 867 111
                                    

Jangan lupa vote & komen!
Happy Reading!

***

11. Perjodohan

Alana melangkahkan kakinya dengan gontai ke dalam rumah, hari ini benar benar sangat melelahkan bagi jiwa dan raganya.

"Oi, napa lu?" tanya Gara yang tengah membaca koran di teras rumah.

Tak mau menjawab Gara, Alana lebih memilih masuk ke dalam rumah dan membersihkan badannya dari pada harus berbicara kepada abangnya.

"Tu bocah napa dah, moga aja kaga kesambet."

Alana melempar tas nya ke sembarang arah, lalu merebahkan tubuhnya ke atas ranjang besarnya.

Ia menatap ke arah langit langit kamar, suasana begitu hening dan hal tersebut membuat Alana lebih mudah mengontrol emosi.

"Kenapa jadi gue yang galau gini? Kan dia yang salah, kenapa gue yang kepikiran?" celotehnya pada diri sendiri.

"Alana.. Jangan bodoh deh! Bukan lu kok yang salah."

Akhirnya, Alana beranjak dari kasurnya dan mengambil handuk untuk segera mandi. Dia harus mendinginkan kepalanya segera.

Selang beberapa menit di dalam kamar mandi, Alana keluar dengan style rumah biasa. Celana selutut dengan kaos berwarna biru muda, dan rambut yang ia kuncir kuda.

Alana keluar dari kamar untuk segera pergi ke arah meja makan, jujur dirinya sudah sangat lapar.

Di sekolah ia sama sekali tidak pergi ke kantin karena menghindari Azka, dan dirinya pun harus lupa membawa bekal.

"Loh, kamu kapan pulang sayang?"

Suara itu datang dari arah pintu belakang rumah, itu mamah Violet yang baru selesai membersihkan kebun.

"Tadi mah, Alana pengen makan ya," ujar Alana yang sudah mengambil nasi juga lauk pauk.

"Iya, abis makan mamah mau bicara sama kamu boleh?"

Alana terkekeh kecil. "Ya boleh mah, lagian Alana juga penasaran sama yang mau mamah bicarain."

"Oke, kamu makan dulu aja ya.. Mamah mau bersih bersih."

Alana mengangguk seraya mengacungkan jempolnya, gadis itu kembali melahap makanannya. Jujur, dia benar benar sangat lapar.

***

Azka tengah memikirkan keputusan yang harus dia pilih malam ini, apakah dia harus menerima perjodohan yang di nyatakan bundanya?

Tapi, perjalanan dia masih sangat jauh dan dia harus menikah karena permintaan dari bundanya.

Tok tok tok

Ketukan pintu membuyarkan semua pikiran Azka, lelaki itu tau siapa yang datang. Itu pasti bundanya.

"Azka, jangan terlalu di pikirkan, kamu bisa putuskan nanti sayang.." tutur bunda Nazwa yang langsung duduk di samping anaknya.

Story Alana [END]Where stories live. Discover now