36. Perkara petir ✔

3.2K 456 61
                                    

Jangan lupa vote & komen!
Happy Reading!

***

36. Perkara Petir

Minggu minggu berlalu, dan liburan pun akhirnya datang. Besok, adalah hari yang paling Nina tunggu sejak lama. Karena, sekolah memutuskan untuk membuat liburan kelas 11 dan 12 bersama.

"Aaa!!! Senangnya dalam hati~~" Nina berjingkrak jingkrak tak jelas membuat Alana menghela napas berkali kali.

"SETELAH PERJUANGAN GUE DI KELAS 11 AKHIRNYA GUE NAIK!!! LAN, EMAK GUE PASTI BANGGA!!" teriaknya di tengah tengah Mall.

Ya, mereka bertiga kini tengah berada di Mall terbesar di kotanya. Alana sedari tadi menahan malu karena mereka menjadi pusat perhatian.

"Diem lu Nina, lama lama gue masukin ke tas belanjaan juga lu!" geram Alana yang menarik telinga Nina dengan sengaja.

"Iya iya, abisnya gue seneng Lan!!"

"Stoberi mangga ceri, sorry gak peduli!" ucap Alana yang langsung melenggang pergi bersama Nasya.

Mereka berbelanja kebutuhan untuk nanti di Bogor. Menurut info, mereka akan menginap 2 sampai 3 hari di sana. 

Nina membeli koper yang sangat besar, entah gadis itu akan membawa apa dengan koper super besar.

"Lu gila, sinting, apa emang gak waras sih?! Lo mau pindah rumah? Atau lo mau simulasi di pluto?" geram Alana saat melihat Nina mengambil satu koper pink berukuran besar.

"Perlengkapan gue banyak, gak akan muat kalo bawa koper kecil, " ucap Nina yang kesulitan membawa banyak barang.

"Nina, kita cuma 3 hari di sana. Bukan selamanya." Nasya ikut berbicara.

"Lu kaya gak tau cewek aja Nin, kan gue cewek makannya gini," tutur Nina tak mau kalah.

"Gue juga cewek dodol! Lu kira gue waria?!" Alana semakin kesal dengan tingkah manusia dihadapannya ini.

Nina menampilkan senyum giginya. "Yaudah ayo lah makan, laper gue."

Alana menatap horor Nina yang main pergi saja, akhirnya ia juga mengikuti gadis itu bersama Nasya disampingnya.

Mereka sampai di salah satu restoran lokal yang ada di Mall itu. Banyak sekali makanan khas Indonesia yang tersedia di sana.

Dari makanan sampai minuman benar benar khas Indonesia. Bahkan terlihat dari desain restorannya, memiliki tema tanah air.

Mereka memilih tempat duduk di dekat jendela, karena Restoran berada di lantai 3 terlihat pemandangan yang sangat indah dari atas sana.

"Selamat datang! Silahkan, ini menu yang ada di restoran kami," ucap seorang pelayan sambil memberikan daftar menu.

Alana melihat menu di daftar, lalu menunjuk ke salah satu makanan khas Indonesia.

"Rendang sama es teh manis, untuk dessert saya mau cheesecake ya," ujar Alana.

"Baik." Pelayan itu mengangguk ramah sambil menulis menu yang di pilih.

Nina berbicara, "Saya juga samain kaya dia, lo Sya gimana?"

"Samain aja."

Pelayan tadi kembali mengangguk. "Baik, ditunggu ya."

Setelah pelayan pergi, Nina menghela napas panjang yang membuat Alana dan Nasya mengerutkan keningnya.

"Kenapa lo?" tanya Alana.

"Gue gak bisa satu bus sama Kak Ikbal dong, padahal gue pengen bareng," rengek Nina.

Story Alana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang