8. Permintaan Maaf dan Janji

1.9K 214 7
                                    

Takdir kehidupan itu terkadang unik. Apa yang tidak kita inginkan kerap kali terjadi dalam hidup, namun sebaliknya sesuatu yang kita inginkan justru tidak terjadi. Setelah kejadian pada jam 4 dini hari di loby hotel, membuat Arsyila enggan menemui Ansel lagi. Ia benar-benar takut jika mengingat Ansel yang saat itu hendak mendekatinya dalam keadaan pengaruh minuman keras. Jika saja Profesor Andri tidak datang, ia tidak tau apa yang akan terjadi dengan dirinya.

"Hei ngelamunin apa kamu, Syil?" Anggi mencoba menepuk pundak Arsyila yang terlalu fokus memikirkan sesuatu.

"Hah? Bukan apa-apa. Oh iya Nggi, aku harap hari ini kita nggak ketemu si Ans ya," ucap Arsyila.

"Kenapa? Kamu masih takut soal subuh tadi? Aku yakin Ansel juga nggak bermaksud aneh-aneh kok Syil." Anggi meyakinkan Arsyila seraya merangkul temannya itu.

"Sedikit sih Nggi,"

"Ya sudah deh, oh iya habis makan siang kita nanti keliling lagi 'kan? kita masih ada 2 hari lagi di sini, jadi please aku pengen keliling Syil."

"Tenang aja, kita akan keliling Istanbul. Kan ada Neara yang akan nunjukin jalan. Right Neara?" ucap Arsyila yang kemudian tersenyum ke Neara.

"Yups, Aku akan ajak kalian ke beberapa tempat yang ada di sini," antusias Neara.
(#anggap aja balasnya pakai bahasa Turki ya, Asli capek juga ngetik latin turki dan kasian kalian ntar keseleo bacanya 🤭)

Mereka bertiga kini melanjutkan langkah mereka untuk menuju tempat makan. Seminar mereka memang hanya sampai setengah hari dan sisanya mereka akan free. Mereka makan di kantin yang tersedia di Universitas Istanbul.

Usai makan siang, Arsyila maupun Anggi tidak ingin kehilangan kesempatan untuk bersua foto di Universitas tersebut. Hari terakhir seminar yang artinya berakhir juga mereka datang ke Universitas itu, sisa waktu mereka akan mereka gunakan untuk mengelilingi tempat-tempat yang menarik dan banyak sejarah di Negara itu khususnya sejarah Islam.

Arsyila berharap, Negara ini akan memberikan kenangan indah bagi dirinya. Kenangan yang tidak pernah dilupakan olehnya.

***

"kenapa jam segini dia belum kembali ke hotel? Padahal dosennya bilang dia akan free di siang hari dan seminarnya sudah selesai," gerutu laki-laki yang telah berpakaian rapih. Setelan celana jins hitam dipadukan dengan kaos putih yang dibalut jaket denim.

Laki-laki itu adalah Ansel yang kini sudah bersiap menunggu Arsyila kembali ke hotel bersama Anggi. Ansel menunggu dengan harap-harap cemas, pasalnya ia telah berbuat kesalahan dengan gadis itu. Ansel tidak hentinya melihat jam di tangannya yang kini sudah menunjukkan pukul 2 siang, tapi tidak ada tanda-tanda Arsyila datang.

Pandangan Ansel tiba-tiba terhenti ketika melihat laki-laki yang kisaran berusia memasuki 40 tahunan yang ia temui di kamarnya pagi tadi. Ya, dia adalah professor Andri-dosennya Arsyila. Ansel segera bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri professor Andri yang baru saja memasuki hotel.

"Excuse me, sorry sir. Anda tidak bersama dengan Arsyila dan Anggi?" tanya Ansel seraya menjabat tangan professor Andri.

"Oh hai, mereka masih di Universitas Istanbul bersama dengan Neara teman mereka. Arsyila bilang ke saya kalau mereka akan berkeliling ke beberapa tempat hari ini dan mungkin akan kembali ke hotel pada malam hari," jelas prof. Andri

"Hah? Oke baiklah Sir, thank you. Saya akan ke sana dan semoga mereka masih di sana," ucap Ansel segera berlari menuju parkiran.

Ansel masih menggunakan mobil yang ia sewa selama dirinya masih di Negara itu. Ansel benar-benar berharap kali ini takdir masih berpihak padanya. Setidaknya, ia ingin meminta maaf atas perlakuannya ke Arsyila.

Turkish Airlines-67 (END)Where stories live. Discover now