20. Kotak

1.2K 146 0
                                    

Jangan lupa Vote + coment ya 😇
Happy Reading 🤗
.
.
.

__________________________________

Tidak terasa perjalanan Arsyila dan Anggi harus berhenti. Perjalanan yang penuh rahasia takdir bagi Arsyila. Dia tidak tau kapan lagi akan mendapat kesempatan untuk datang ke Negara kesulatanan itu. Arsyila maupun Anggi sangat bersyukur bisa mendapat kesempatan yang sangat menakjubkan. Ada begitu banyak pembelajaran berharga selama perjalanannya di Negara itu. Perjalanan mereka bukan hanya soal seminar, melainkan bertemunya dengan orang-orang baik seperti Neara dan juga Ansel.

Ansel adalah orang yang sama seperti mereka, berasal dari Indonesia, tetapi justru Allah pertemukan di tempat asing yang penuh sejarah perjuangan Islam pada masa kesultanan. Berjalan bersama-sama menyusuri keindahan Turki dengan berbagai makanan khas yang begitu menggoda. Bertemu dengan keluarga baru meskipun berbeda keyakinan. Terkadang rencana Allah itu memang tidak terduga bagi setiap orang.

Kini Arsyila sudah bersama dengan Anggi dan tidak lupa juga Prof.Andri berada di dalam pesawat. Arsyila menoleh ke arah jendela pesawat, tidak menyangka perjalanannya begitu indah dan menakjubkan. Rasa syukur terus terucap dalam hatinya.

"Nggi, tidak menyangka ya kita bisa sampai ke negara ini," ucap Arsyila seraya tersenyum.

"Iya Syil, Allah itu sungguh Maha Baik dan Perencana terbaik. Aku sungguh bersyukur bisa ke sini dan mendapat pengalaman yang sangat berharga."

"Iya, kamu benar. Huft, rasanya kok sedih ya buat ninggalin Negara ini. Aku ngerasa ada yang hilang dan tidak ingin pergi, tetapi perjalanan sudah harus terhenti." Arsyila mengusap air mata yang keluar dari sudut matanya.

"Hm, Ada pertemuan dan ada perpisahan Syila, haduh aku ngomong apa sih. Kita berdoa aja semoga kelak punya kesempatan untuk datang lagi ke Negara ini." Anggi memeluk Arsyila dengan mengusap punggung sahabatnya itu.

"Iya Nggi," ucap Arsyila membalas pelukan temannya.

°°°

#Flashback On

Ansel kini mengantarkan mereka sampai di Ataturk International Airport Istanbul. Ia benar-benar kecewa, namun ia tidak punya hak. Perasaan itu sungguh datang hanya sepihak—pikirnya.

"Ans, Are you oke?" tanya Neara menepuk bahu Ansel.

"Yes, I am Oke." Ansel menoleh dan tersenyum.

"Ansel kenapa memangnya?" kini giliran Arsyila yang bertanya.

"'Gua nggak baik-baik aja, tadi hanya kurang enak badan aja," jawab Ansel melebarkan senyumnya memberi tanda bahwa dirinya baik-baik saja.

"Kalau kamu kurang sehat, kenapa kamu nganterin kami ke Bandara, Ans? Ada baiknya kamu istirahat di hotel bukan?"

"Sudahlah, gua baik-baik aja. Syila, lo pernah bilang kalau semua terjadi atas kehendak Allah bukan?" tanya Ansel bertanya serius.

"Iya, kamu benar. Semua terjadi atas kehendak Allah."

"Apa sebagai hamba-Nya, Dia akan mengabulkan segala yang kalian pinta?" tanya Ansel dengan sura muka yang serius.

"Pasti Ans, Ketika kita berdoa dengan sungguh-sungguh maka Allah akan memberikan apa yang kita pinta dalam Doa itu," jawab Arsyila mengangkat kedua tangannya mempraktikkan cara berdoa.

"Oke, thanks ya."

"You're welcome. By the way, kenapa tiba-tiba nanya itu?"

"Nothing."

Turkish Airlines-67 (END)Where stories live. Discover now