31. Hari Raya Pertama Ansel

1.9K 178 3
                                    

_____________________________________
"Tidak ada yang lebih indah pada suatu hubungan, kecuali hubungan pernikahan yang Allah Ridhoi" 
___________________________________

"Assalamu'alaikum, Arsyila," ucap Ansel menoleh ke belakang setelah usai sholat tahajud bersama untuk pertama kalinya bersama dengan wanita yang kini menjadi teman hidupnya.

"Wa'alaikumsalam, Ans," jawab Arsyila menyalami tangan Ansel dengan sebuah senyuman yang begitu lembut.

Keduanya tersenyum dengan perasaan yang tidak dapat digambarkan hanya dengan sebuah kata-kata. Perasaan yang begitu menakjubkan bagi pasangan yang Allah takdirkan untuk hidup bersama saling melengkapi.

"Syila, bolehkah saya memanggilmu dengan sebutan sayang?" tanya Ansel memegang tangan Arsyila.

"Emmm boleh Ans, kalau aku panggil kamu apa?" Arsyila mengangguk dengan tersipu malu kemudian balik bertanya.

"Kalau kamu mau panggil aku dengan kata sayang juga boleh, tapi kamu lebih nyaman panggil aku apa?"

"Boleh aku tetap panggil kamu dengan sebutan seperti biasanya?"

"Iya boleh kok. Eh iya hari ini adalah lebaran pertama untukku dan kamu adalah hadiah terindah di hari Idul Fitri pertamaku," ucapnya kemudian memajukan wajahnya dan mengecup lembut kening kekasih halalnya.

"Alhamdulillah, selamat untuk kamu ya Ans. Mohon maaf lahir batin ya suamiku." Arsyila memegang rahang Ansel dan tersenyum lembut pada suaminya dengan perasaan yang sangat gugup.

Sama halnya seperti Ansel yang begitu bahagia karena telah menikahi wanita yang sangat ia cintai, Arsyila pun merasakan hal yang sama. Takdir jodoh itu memang rahasia Allah semata, tidak ada siapapun yang tau kecuali Dia (Allah). Semua rencana pernikahan yang telah matang dipersiapkan dengan akad di depan mata tiba-tiba saja hancur.

Sebuah kehidupan yang seharusnya beberapa waktu lagi menjadi kebahagiaan, harus bertolak belakang dengan kenyataan yang datang dengan begitu tiba-tiba. Sebuah takdir berubah dengan begitu cepat dan menguras energi bagi siapa yang tidak sabar atas kedatangannya. Namun, terasa sangat ringan apabila dijalankan dengan penuh kesabaran dan rasa ikhlas.

Kini semua tergantikan dengan hal yang begitu indah.

"Sayang," Ansel memegang kedua tangan Arsyila, mengusapnya dengan lembut.

"Iya, Ans?"

"Huft, aku gugup kalau dekat dengan kamu, tapi aku juga tidak mau jauh darimu. Do'akan aku agar bisa menjadi imam yang bertanggung jawab ya, jika aku salah langsung tegur aku. Aku akan terus belajar dan berusaha menjadi imam terbaik dalam rumah tangga kita," ucapnya menatap manik mata Arsyila dengan penuh harap.

"Jangan gugup terus dong, aku 'kan istri kamu. Aku akan selalu berdo'a agar suamiku ini si anak nakal bisa selalu istiqomah untuk semangatnya dalam belajar dan selalu jadi suami yang terus bertanggung jawab," ujar Arsyila menyebut Ansel dengan sebutan anak nakal untuk memecah kecanggungan antara keduanya.

"Mulai ya kamu, udah berani manggil aku dengan sebutan anak nakal?" tanya Ansel menarik pelan hidung istrinya.

"Ei jangan ditarik dong, kan itu sebutan Oma kamu buat cucunya yang nakal ini." Arsyila membalas menarik hidung mancung Ansel.

Mereka berdua bercanda saling menyalurkan kebahagiaan dengan bentuk gurauan. Arsyila sangat bahagia, walaupun ini masih awal tapi dirinya yakin bahwa pernikahan ini adalah salah satu berkah bulan ramadhan.

"Ans? Jika suatu saat nanti, aku berubah atau aku tidak bisa menjadi istri yang baik untukmu, apakah kamu akan menikah lagi?" tanya Arsyila yang kini menyandarkan kepalanya pada bahu Ansel.

Turkish Airlines-67 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang