part 36

8K 237 9
                                    

Happy Reading.

•••

Seorang gadis kini tengah berbaring antara hidup dan mati di sebuah ruangan yang berdominasi warna putih. Bunyi alat medis memenuhi ruangan tersebut.

Kedua keluarga dengan sabar menunggu kabar dari sang dokter yang tengah menangani gadis tersebut.

Cklek

"Bagaimana keadaan anak saya dok?" Tanya Nova, setelah dokter keluar dari ruangan.

"Anak anda sangat kuat, dia mampu melawan rasa sakitnya," Nova dan yang lainnya tersenyum mendengar perkataan sang dokter, "Tapi tuhan berkehendak lain, anak anda menghembuskan napas terakhirnya pada pukul 13:20 siang. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan oleh Allah."

Deg

Naya memundurkan langkahnya menjauh dari keluarganya. Apakah ini salahnya? Apa dia yang secara tidak sengaja membunuhnya? Pertanyaan pertanyaan itu selalu saja berputar di pikiran Naya.

"Nay," panggil Revan, saat ia sadar jika Naya sudah tidak berada di sampingnya.

Revan menghampiri Naya ketika Naya mundur tanpa melihat apa yang ada di belakangnya.

"Lo kenapa?" Tanya Revan.

"Gue jahat banget yah?" Balasnya racau.

Revan yang paham maksud Naya pun menggelengkan kepalanya, "Takdir Nay, semuanya udah di atur sama yang di atas. Kita gak pernah tau kejadian nya bakalan seperti apa."

"Kalau tadi gue gak kejar Dinar, pasti gak bakalan seperti ini kan?"

"Kalau lo tadi gak ngejar Dinar, mungkin aja Dinar bakalan mati di tempat karena kita gak ada yang tau. Lo liat kan, para warga tadi gak ada yang berinisiatif buat nolongin dia. Setidaknya Dinar gak akan ngerasain sakit," balas Revan.

Revan memeluk Naya untuk sekedar mengutkan gadisnya. Ia tahu persis perasaan Naya saat ini seperti apa, tinggal serumah selama bertahun-tahun, dikecewakan, lalu berpisah selama tiga tahun, dan bertemu lagi tapi hanya dalam waktu satu minggu. Kehilangan seorang yang pernah ia jaga dan selalu ada ketika dia ada masalah, memang sangat menyakitkan.

"Kehilangan Dinar ternyata sebegitu sedihnya ketimbang kehilangan lo. Seburuk apapun sifat Dinar, dia pernah ada ketika gue lagi sedih. Dinar itu panutan gue dulu karena kecerdasannya, pikiran Dinar juga dewasa walaupun aneh. Dinar anak yang baik, tapi hasutan yang membuatnya jadi seperti ini."

"Jangan nangis, semuanya sudah di atur. Dinar pasti udah bahagia disana. Sekarang kuatkan hati lo kita harus urus pemakaman Dinar."

•••


Pemakaman berjalan dengan lancar. Tangisan sedih turut mendampingi saat pemakaman. Orang tua kandung Dinar pun datang untuk mengantarkan anaknya ke peristirahatan yang terakhir.

Banyak yang datang untuk mengantar Dinar ke pemakaman, seperti teman kampusnya dan teman semasa SMA. Tentu saja banyak yang merasa kehilangan Dinar, dia adalah seorang gadis yang dikenal akan kecerdasannya, kepolosannya, kecantikannya, dan kebaikannya, tapi tetap saja itu semua tidak berlaku bagi keluarga Wijaya.

NAYARA [Proses Revisi]Where stories live. Discover now