7

21.8K 1.6K 39
                                    

Banyak typo maaf:(
.
.
.

Haechan sedang berkutat dengan alat masaknya, ia akan membuat makan malam untuk nya dan Mark.

Tiba-tiba ia merasa ada tangan kekar memeluk nya sangat erat dari belakang.

"Eoh dad."

"Diam, biarkan aku menghirup aroma Vanila milikmu sebentar."

Hembusan nafas Mark membuat Haechan mati matian menahan desahannya dengan mengigit bibirnya sendiri.

"Eughhh aahh." Desah Haechan.

Bukannya berhenti kini Mark malah mengulum daun telinga Haechan, dan tangan satunya mematikan kompor. Mark turun ke area leher jenjang milik Haechan, ia menjilat serta mengigit kecil pada leher mulus milik subnitive di depannya.

Tangannya menelusup memasuki kemaja hitam kebesaran yang di pakai Haechan, tangan nya kini sudah di puting Haechan yang menegang. Seakan tidak tahu tempat Mark sudah membuka tiga kancing atas kemeja Haechan, tak lupa tangannya memainkan puting pink milik Subnitive di depannya.

"Euggh dad, ini masih sore." Haechan mencoba meraih kesadaran nya yang tersisa belum di bawa oleh kabut nafsu miliknya, mengigat pantatnya masih nyeri untuk berjalan.

"Huh, baiklah." Mark nampak kecewa, tapi ia lemah jika Haechan yang berbicara.

Mark meninggalkan Haechan yang kembali berkutat dengan alat masaknya, ia berjalan ke arah kasur empuk nya.

Huh apa aku jatuh cinta?, Batin mark

Haechan masih berdiri di depan kompor, tanpa peduli detak jantung nya yang menggila.

"Uhh sebentar lagi aku gila." Ujarnya cukup lirih namun bisa di dengar orang di samping nya.

"Eoh, kenapa kau gila ,Baby." tanya Mark keheranan.

"Ah tidak dad, aku hanya asal bicara." Haechan melangkah ke arah meja makan, dan menghidangkan makanan untuk Mark.

Setelah selesai menghidangkan makanan untuk Mark, ia masih berdiri di samping Mark.

"Duduklah ,Baby."

"Tidak sopan Dad, aku budakmu kau tuanku."

Nafas Mark terasa tersenggat karena ucapan Haechan.

"Lupakan itu untuk sesaat, dan makanlah bersama ku. Aku ingin melihat kedua mata indah mu itu." Mark menarik tangan Haechan agar duduk di sampingnya.

Haechan pun mengambil lauk pauk, dan di taruh nya ke piring putih polos miliknya.

Detingan sendok garpu beradu cukup terdengar jelas di ruangan itu, tidak ada suara yang membuka.

"Besok kau akan sekolah." Ucap Mark memberhentikan kegiatan makannya.

"Sekolah?"

"Aku tahu kau masih kelas 12, lebih baik kau selesaikan sekolah mu dan berkuliah di Universitas nanti."

Mata Haechan ber kaca kaca mendengar penuturan Mark, semua pikiran buruk tentang hidup nya seakan hilang begitu saja.

Ia dulu bepikir akan hidup membusuk dalam apartemen ini, dan akan mati saat Mark menginginkan nya.

"Kau tidak suka ,Baby?"

"Ahh, tidak dad. Haechan sangat suka sangat."

Haechan tiba tiba memeluk Mark sangat erat, hingga jantung Mark kembali tidak normal.

Setelah menyelesaikan makan malam nya Mark menemui Haechan yang sedang asik menonton TV, dan memberikan paper bag yang berisi baju baju dari butik Winwin.

"Nah, ini untuk mu."

"Apa ini ,Dad?"

"Lihatlah."

Mata Haechan berbinar saat mendapatkan beragam model baju, namun ia tak memiliki uang untuk membayarnya bukan?

"Tapi aku tak memiliki uang dad, untuk membelinya."

Mark pun tertawa ringan sangat mendengar penuturan Haechan, memang Haechan sangat polos dan lugu.

"Kau tak perlu membayarnya dengan uang baby, cukup malam yang panas saja." Reflek Haechan memukul lengan Mark cukup keras hingga membuat sang empu meringis kesakitan.

.
.
.

Pagi ini Haechan sudah rapi di dalam mobil Mark.

"Sudah siap ,Baby?" Tanya Mark sembari mengelus pucuk rambut Haechan.

"Siap ,Dad"

Mark melajukan mobilnya membelah kota Seoul pagi pagi sekali, di dalam mobil tidak ada perbincangan yang berlebih.

Mark yang fokus melihat ke jalan raya, sedang yang asik dengan segala kupu-kupu terbang di perutnya.

Setelah 20 menit mobil Mark berhenti di sebuah butik mewah, di depan butik itu ada nama Winwin.
Mark dan Haechan segera memasuki butik itu secara beriringan.

"Siapa ini ,Mark?" Tanya Winwin yang baru keluar dari ruangan.

Winwin yang gemas ingin mencubit dua pipi gembil Haechan.

"Jangan menakutinya Hyung, kau tidak lihat dia ketakutan"

"Eh maaf habisnya dia menunduk aja udah imut, eh matamu."

Winwin menyadari bola mata Haechan yang berbeda dari dirinya ataupun Mark.

Haechan mencoba mengangkat wajahnya untuk melihat orang di depannya yang tak lain adalah Winwin.

"Woah kau manis sekali, ah imutnya pantas saja Mark_" Sebelum Winwin melanjutkan ucapannya ia sudah mendapatkan tatapan maut dari Mark Lee.

"Berikan pesananku hyung, sisanya kau kirim saja ke apartemen ku.."

"Baiklah Mark, tapi siapa nama pemuda manis di samping mu eoh?" Tanyanya sembari menaikkan satu alisnya.

"Namaku Lee Haechan, Hyung," ujar Haechan lirih.

"Wahh suaramu sangat halus, ah anggap bagaimana kalau menjadi anakku?" Mark sudah siap untuk memukul Winwin di depannya namun di urungkan mengigat Winwin pacar dari sahabat Jepang nya.

"Memang bisa ,Hyung?" Haechan bertanya.

"Sekarang panggil aku mommy Winwin oke?, sebentar aku ambilkan bajumu."

Winwin pun meninggalkan mereka berdua dan mengambil setelan seragam yang di minta Mark, tak lupa dengan sepatunya.

Setelah mendapatkan setelan itu Haechan langsung di suruh berganti pakaian oleh Mark, dan segera menuju sekolah barunya.

.
.
.

TBC

Posesif Daddy || MARKCHAN (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang