26

11.1K 931 58
                                    

Maaf banyak typo:(
.
.
.

Haechan melewati kantor Mark untuk pertama kalinya. Sejak ia kembali dari Jepang, belum sekalipun ia menemui mantan kekasihnya, atau masih menjadi kekasihnya. Huh, ntah lah Haechan bingung menyebut Mark itu apa, tapi intinya ia ingin melihat wajah Mark sekali saja, hanya memastikan bahwa mantan kekasihnya dalam keadaan baik.

"Haechan?"

"Jungwoo hyung?"

"Sejak kapan disini?" Jungwoo nampak keheranan dengan Haechan yang sedang sembunyi.

"Sejak beberapa detik lalu hyung" Haechan menyengir ke arah Jungwoo.

"Ya Tuhan. Kau tak pernah berubah tetap mengemaskan" Jungwoo mencubit pipi chubby Haechan, hingga membuat sang empu mendelik tak suka.

"Hyung, ini sakit jangan di cubit" Jungwoo malah tersenyum menampakkan gigi rapi nya.

"Ayo masuk bertemu , Mark" Ajaknya.

"Aku sudah bertemu hyung, aku pergi dulu" Bohong nya.

Jungwoo menatap kepergian Haechan, ia sedikit tak percaya kalau Haechan sudah bertemu dengan Mark, namun ia sendiri tak enak menanyakan hal berlebihan.

Dari kejauhan Lucas nampak tersenyum melihat suaminya berdiri di depan gedung tempat kerjanya.

"Uwu"

"Ah~ Lucasee ku kira siapa"

"Hmm apa yang kau pikiran by?" Lucas mengelus rambut halus milik suami cantik nya.

"Ayo masuk" Jungwoo menyeret tangan Lucas.

Haechan sendiri sekarang menatap Lucas dan Jungwoo memasuki kantor Mark. Tak lama ia melihat sosok yang cukup familiar untuk nya, yaitu Mark yang berjalan begitu angkuhnya.

"Kau angkuh sekali dad?" Gumamnya.

.
.
.

Chenle mengikuti pelajaran terakhir hingga selesai. Ingat teringat dengan gelang pemberian Papa nya yang rusak, dan ia juga menemukan kamera. Chenle yakin Papa nya sudah curiga padanya karena memar di kakinya beberapa hari lalu.

"Ini sangat menyulitkan" Chenle memasukkan satu per satu bukunya saat guru di depan sudah mengakhiri pembelajaran.

Jisung sudah sampai di depan kelas Chenle seperti biasa.

"Lele"

"Iya Jiji. Ayo pulang"

"Ah maaf, hari ini aku ada pemilihan kapten basket. Bisa kau pulang sendiri?"

"Ah baiklah, tak masalah Jiji. Semoga kau terpilih"

"Terimakasih Lele"

Cup.

Jisung mencium bibir Chenle, dan langsung berbalik arah meninggal Chenle.

"Akhh panas" Gumamnya sembari menyentuh area pipi nya ya sudah merah.

Chenle berjalan menuju gerbang depan dengan gontai. Ah ia masih ingat ciuman itu, ia masih mengigat aroma maskulin milik Jisung.

Chenle menengok kanan kiri yang terlihat cukup ramai.

"Huh, biasanya Jiji yang akan membantuku" Grutunya.

Chenle itu tak pandai menyebrang jalan, tapi untungnya ada rambu rambu yang bisa membantu nya seperti saat ini.

Di tempat lain Haechan sedang menyiapkan makanan untuk kedua buah hati nya. Ia sangat suka jika bisa memasak untuk anak anak nya, ia cukup bersyukur memiliki anak yang sangat baik dan pengertian seperti Chenle dan Jisung.

Pyaarrr...

Haechan menjatuhkan gelas yang ia pengang.

.
.
.

Awass....

Brakkk....

Seketika penglihatan pemuda itu mengelap, tercium bau anyir dan juga suara orang orang yang membantunya.

"Chenle!!"  Teriak Jisung.

Ia merasa khawatir karena harus menyuruh Chenle pulang sendirian. Perasaan nya menjadi resah dan gusar, walau hari ini pemilihan kapten basket ia masih memikirkan Chenle. Akhirnya ia mengambil jatah nomor satu dan pergi tanpa tahu hasilnya.

Saat ia mencari Chenle, ia melihat Lia dan Yeji berlari dari arah berlawanan. Ia yakin pasti terjadi sesi pada Chenle, dan benar saja Chenle di dorong oleh dua pelajar yang menggunakan sragam yang sama dengan nya namun orang itu memakai masker dan cepat berlari saat melihat Chenle tertabrak.

Chenle terus mengiau menyebut Papa, sepanjang perjalanan menuju rumah sakit. Sedang Jisung masih dalam keadaan khawatir karena Chenle kehilangan banyak darah.

Sesampainya di rumah sakit Chenle langsung di bawa ke ruang UGD.

"Maaf keluarga korban?" Tanya suster yang keluar dari ruangan Chenle.

"Saya sus"

"Korban kehilangan banyak darah golongan AB+, dan golongan darah korban sangat langka serta bank darah sudah kehabisan stok nya. Jika korban tidak mendapat donor darah maka bisa mengakibatkan hal yang fatal"

Jisung lemas seketika mendengar penuturan Suster.

"Jiji" Teriak seseorang dari kejauhan.

Jisung bisa melihat Papa nya yang berlari ke arahnya. Jisung merasa gagal menjaga Chenle hingga sang kaka masuk UGD.

"Jiji bagaimana keadaan Chenle?"

"Chenle butuh donor darah, bank darah sedang kehabisan stok darah itu, Pa"

"Golongan darah nya AB+" Lanjut nya.

Haechan langsung pergi ntah kemana meninggal Jisung yang sedang gusar dengan pikiran nya.

.
.
.

"Lia, nanti kalau ketahuan bagaimana?" Ujar Yeji panik.

"Pasti daddy gue bakal bantuin, gue kan anak tunggalnya" Ujarnya enteng.

Yeji tahu bahwa Mark yang tak lain adalah Daddy Lia itu sangat sayang pada anaknya. Mark slalu menjaga Lia bagai manapun caranya, bahkan soal Chenle yang gagal ikut Olimpiade itu juga ulah Lia yang merengek pada daddy nya untuk ikut Olimpiade biologi

.
.
.

TBC

Masalahnya di tambahin atau end? :v

Eh , kalau ada kata-kata yang kurang tepat kasih tahu saia:3 biar bisa jadi kritik biar nulis nya makin bagus dan teratur >////<

Posesif Daddy || MARKCHAN (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang