Tús Rud ar bith agus Athbhreithe

25 7 3
                                    

Hai, aku Arslanoir. Narator dari kisah ini. Sekarang kalian akan membaca babak kedua dari epik panjang petualangan para leveler. Melalui chapter berjudul...

"Tús Rud ar bith agus Athbhreithe."

Apa itu? Atau... siapakah itu? Temukanlah jawabannya dan... selamat menikmati.

+++

Wirya mengerjapkan mata. Ia merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Dengkul kiri. Pangkal pahal kanan. Perut bagian kiri. Perut bagian kanan. Ulu hati. Dada. Pundak bagian belakang. Tulang selangka. Kepala depan. Kepala bagian samping. Kepala bagian belakang. Semua terasa sakit dan nyeri. Membuatnya enggan untuk mencari kesadaran. Ia hanya ingin kembali tertidur sampai semua rasa sakit hebat di tubuhnya itu sirna.

"Wass... wess... wass... wess..."

"Wass... wess... wass... wess..."

"Wass... wess... wass... wess..."

Aaargh, kenapa berisik sekali? Sebenarnya aku ini sedang berada di mana? Kenapa hanya suara orang dewasa yang terdengar? Apa aku sedang di rumah? Tapi, Bunda tidak akan membiarkanku tidur di lantai keras begini. Apa itu suara adik-adikku?

Aku tidak paham.

Penuh keterpaksaan karena didera oleh rasa penasaran. Wirya pun beranjak duduk dengan kedua mata yang masih terpejam. Ia seimbangkan cairan di otaknya agar tidak keliyengan. Ia buka mata sedikit. Melihat puluhan... entahlah... ratusan mungkin. Atau ribuan orang bisa jadi. Ada di depannya. Berkumpul membentuk kelompok demi kelompok.

Kedua matanya kini terbelalak. Diatur nafasnya yang turun naik. Hoosh hoosh hoosh. Ia sama sekali tidak ingat apa yang terjadi pada dirinya. Sehingga bisa kehilangan kesadaran. Dan terbangun di dalam suatu ruangan putih besar. Bersama orang lain yang tak ia kenali sebanyak ini.

Di mana aku? Apa yang sudah terjadi padaku? Siapa mereka semua? Bagaimana aku bisa sampai di sini? Ia tatap kedua telapak tangannya. Tak berkeringat seperti biasa saat umumnya ia merasakan perasaan cemas, takut, atau grogi. Tempat ini seperti memiliki suatu atmosfer yang aneh dan menekan.

Ia benar-benar tidak ingat pada apa yang terjadi sebelum kehilangan kesadaran!

Ditekuk kakinya. Dipeluk lututnya. Ia menggunakan celana berwarna abu-abu dengan kemeja lengan pendek berwarna putih. Ada sebuah jaket kulit hitam yang ia gunakan untuk alas kepala saat tak sadarkan diri.

Apa yang membuat ia sampai bisa berada di sana?

Merasa tak akan mendapat kejelasan apa pun jika hanya terus berdiam diri. Wirya pun beranjak mendekati seorang pemuda yang duduk menyender sendirian di dekat sana.

Ia berkata, "Undskyld mig..." Hah??! Langsung ia tutup mulutnya. Bahasa apa yang baru saja dia gunakan? Keluar dari rongga mulutnya? Detik itu juga Wirya baru sadar bahwa ia telah melupakan bahasa ibunya. Bahasa Indonesia. Satu buah kata pun ia tidak ingat. Sebagai gantinya ia bicara menggunakan suatu bahasa yang benar-benar asing.

Pemuda itu membalas, "Ah, du skal være chokeret. Tag det roligt. Først var jeg også forvirret. Men nu er jeg vant til det." Atau yang bermakna, ah, kau pasti kaget. Tenang saja. Saat pertama aku juga bingung. Tapi, sekarang sudah terbiasa.

"Hvor er vi alle sammen? Hvorfor er vi her?" tanya Wirya kalut. Pertanyaan itu bermakna, sebenarnya kita semua sedang berada di mana? Kenapa kita ada di sini?

METANOIA LEVELER (Perjalanan para Leveler)Where stories live. Discover now