Bagian Satu

300 56 17
                                    

Maret 2015

🎵 So it breaks my heart
When you say I'm just a friend to you

Cause friends don't do the things we do
Everybody knows you love me too
Tryna be careful with the words I use
I say it cause I'm dying to
I'm so much more than just a friend to you
Mmm, mmm, mmm

When there's other people around
You never wanna kiss me
You tell me it's too late to hang out
And you say you miss me
And I loved you from the start 🎵


Lagu yang Cafe ini putar akan segera merusak gendang telingaku jika si operator tidak menghentikannya segera. Liriknya terlalu memporak-porandakan hati.

Bagaimana tidak, lagu tersebut menceritakan tentang perasaan seseorang yang tak diterima dan malah dianggap teman. Cocok sekali dengan keadaanku saat ini.

Aku mengatupkan bibirku yang hendak mengumpat, lalu kutarik napas sepanjang-panjangnya. Lagu yang berjudul Just A Friend To You milik Megan Trainor itu akhirnya berhenti.

"Pfft..." Aku mengusap peluh kering di dahiku. Lalu menantikan lagu apa yang akan diputar setelahnya.

🎵 When I look into your eyes
It's like watching the night sky
Or a beautiful sunrise
Well there's so much they hold
And just like them old stars
I see that you've come so far
To be right where you are
How old is your soul? 🎵


Intro dari lagu kedua baru saja diputar, aku menghela napas lagi. Kenapa lagunya membuat suasana hatiku semakin berat saja.

Aku meninggalkan kursi tempat aku duduk, lalu menghampiri seorang barista yang sibuk membuat kopi.

"Mas ganti lagu yang lebih asik, dong." Pintaku memelas. Iya, aku memang senang mengganggu pekerjaan orang.

"Oh iya sebentar, mbak."

"Makasih ya mas." Aku memaksakan senyum, lalu kembali ke tempat dudukku.

Well, bercerita tentangku yang hanya sendiri sekarang, di dalam cafe dekat kampus, mengerjakan tugas Vocabulary 1 dari dosen perempuan killer yang tak berkeprimanusiaan.

Nasibku menjadi mahasiswi semester II di salah satu universitas negeri di kotaku. Aku mengambil jurusan Pendidikan Bahasa Inggris karena aku suka menyanyikan lagu orang Barat tersebut. Salah satunya adalah lagu-lagu seperti tadi, lagu yang mengandung bawang, yang bisa membawaku ke tempat lain bernama kesedihan.

Walau sebenarnya aku juga memiliki mimpi yang lain, yang kusembunyikan dari dunia nyataku. Aku diam-diam ingin menjadi seorang penerjemah novel.

Herannya, aku malah berada di dunia pendidikan sekarang. Mungkin karena aku pun memiliki bakat mendidik anak orang ya, contohnya sekarang saja aku sebenarnya sambil lalu menunggu anak didikku.

"Yasna!"

Aku menoleh saat namaku dipanggil, seorang siswa SMA mendekatiku dengan senyum lebarnya. Di tangannya dipenuhi kertas folio berlembar-lembar yang aku yakini akan sangat menyita waktuku ke depan nanti.

"I won't give up on us, even if the skies get rough. I am giving you all my love, I'm still loo-"

Aku melempar sedotan pada siswa yang sedang kubicarakan, yang juga sedang ikut bernyanyi dan menari mengiringi lagu yang Cafe ini putar.

Pensil WarnaМесто, где живут истории. Откройте их для себя