3

5.9K 580 3
                                    

Abdul baru saja pulang dinas ketika menerima pesan dari sang ibu.

Umi :

Nak, bisa ke rumah sekarang?

Dengan segera Abdul membalas pesan sang ibu dan menyanggupi untuk datang ke rumah orang tuanya.

Setelah selesai mandi dan berpakaian, Abdul segera meninggalkan asrama dengan sepeda motor miliknya menuju kediaman orang tuanya.

Ketika tiba dan memasuki halaman rumah kedua orang tua lelaki itu, Abdul melihat ada sebuah mobil yang terparkir disana. Dia tidak mengenali mobil tersebut, setelah memarkirkan sepeda motornya, Abdul segera berjalan menuju pintu depan yang terbuka.

"Assalamualaikum." Ucapnya diambang pintu.

"Walaikumsalam." Terdengar suara yang kompak menjawab salamnya.

Abdul cukup terkejut ketika menemukan kedua orang tuanya tengah duduk bersama beberapa orang asing yang tidak dikenalnya, mungkin teman kedua orang tuanya.

Lelaki itu masuk, dengan sopan menyalami tamu-tamu kedua orang tuanya, lalu tidak lupa menyalami ayah dan ibunya.

Karena tidak ingin mengganggu perbincangan, Abdul memilih beranjak menuju ruang keluarga dan menemukan sang adik tengah asik menonton televisi sambil memakan rujak di piringnya.

"Eh abang." Nur, sang adik segera mencium tangan Abdul.

"Abang mau rujak juga Nur." Abdul berkata sambil duduk di samping Nur.

"Bentar, Nur ambilin dulu."

Nur memang sangat menghormati dan menyayangi Abdul, ketika pulang ke rumah, Abdul memang akan dilayani dengan sangat luar biasa oleh ibu dan adik satu-satunga itu.

Dengan sepiring rujak ditangannya, Nur datang dan segera memberikannya pada Abdul.

"Enak lho, bang."

"Umi yang buat?" Tanya Abdul sambil menyuap rujak kedalam mulutnya.

Nur menggeleng. "Dikasi sama calon besan."

"Calon besan?" Mendengar itu, Abdul mengerutkan keningnya kearah Nur. "Kamu mau nikah?"

Nur langsung memukul lengan sang abang. "Bukan Nur, tapi abanglah! Tuh calon besan abang yang didepan."

Abdul semakin tidak mengerti, siapa calon besannya? Dia malah menjitak kening sang adik karena berkata sembarangan.

"Jangan asal kamu."

Abdul melanjutkan memakan rujak itu sambil menonton televisi.

"Tapi aku heran bang, memangnya abang sudah putus dari mbak Tatinia? Kok abang dijodohkan dengan kak Yuli?"

"Jangan ngaco kamu, Nur." Abdul tidak terlalu peduli dan masih fokus pada layar televisi didepannya. "Yuli siapa juga abang tidak kenal."

"Itu yang didepan." Nur kembali berkata.

Tapi Abdul tidak lagi menanggapi dan memilih diam sambil menikmati rujaknya.

Tidak berselang lama, terdengar tamu yang tadi datang berpamitan untuk pulang.

"Nur, masuk dulu ke kamar kamu. Abi sama Umi mau bicara sama abang." Sang ayah berkata ketika masuk ke ruang keluarga.

Perempuan berusia dua puluh tahun itu menurut dan segera masuk kedalam kamarnya.

Setelah Nur pergi, kedua orang tua mereka duduk tidak jauh dari Abdul. Sang ayah yang kembali membuka percakapan.

"Dul, bagaimana hubungan kamu dan Tatiana?" Tanya sang ayah.

Truely, Madly in Love!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang