lima

770 159 8
                                    

"Kau diam sekali hari ini," Draco bilang pada Y/N seminggu menuju akhir Oktober.

"Aku selalu diam setiap sedang membuat sketsa, Draco, kau tahu itu," kata Y/N, tiba-tiba menyadari kalau lidahnya terapit keluar, menggigitnya sedikit karena konsentrasi dan Y/N dengan segera mengubahnya.

"Oh, please tidak perlu menormalkan wajahmu hanya karena kehadiranku," Draco berkata menggoda, dan Y/N menatapnya untuk menemukan mata Draco bersinar memperhatikannya. Y/N meraih satu pensil yang menganggur di sisinya di atas ranjang dan melemparkannya pada Draco, yang mana tentu saja tidak menghasilkan apapun dan malah membuat Draco makin terhibur, melihat pensilnya menembus kepala Draco dan mendarat di lantai dengan suara gemerincing. "Kapan kau akan belajar bahwa usahamu untuk menyakitiku tidak akan berpengaruh apapun?" tanya Draco, membuat Y/N menjulurkan lidah padanya.

"Aku sedang mencoba membuatmu indah disini, jadi coba tahan untuk tidak menggoda sekali saja," ujar Y/N, mengambil lagi pensilnya dan memperhatikan Draco dengan memmampangkan wajah serius.

"Ah ya, tidak boleh membuatmu mengacaukan keindahanku," kata Draco, dan Y/N hanya memutar bola mata seraya menunduk kembali ke buku sketsanya, membuat beberapa garis dengan teliti meski Y/N masih bisa merasakan tatapan Draco padanya. "Dan apa yang akan kau perbuat kalau ibumu menemukan gambarku yang indah ini, hmm? Apa yang akan kau katakan padanya?"

"Oh, dia sudah lihat," gumam Y/N, merasa pipinya memanas.

"Oh?" mata Draco menyapu seluruh wajah Y/N saat dia mengangkat wajah. "Dan?"

"Dia berkomentar tentang kau bukan cowok dari sekolah," Y/N menjawab, menunduk kembali ke gambarnya dan menambahkan beberapa shading di pipi Draco dalam gambar, bergantian menatap wajah Draco dan gambarnya beberapa kali untuk memastikan dia menggambarnya dengan benar. "Kota kecil bodoh. Dan aku jadi agak ... panik dan aku bilang saja padanya kalau aku lihat kau di mimpiku biar dia berhenti bertanya."

"Di mimpi?" Draco terdengar sangat terhibur sekarang. "Jadi apa kau coba bilang kalau aku dreamy, apa begitu maksudmu?"

"Kita sudah pernah membicarakan tentang keangkuhanmu, kan Draco?" tanya Y/N manis, mengangkat alis. "Lagian, kau tidak bisa disebut normal." Y/N menunjuk Draco ke atas sampai bawah. "Apa yang kau ingin aku lakukan, menjelaskan situasinya pada ibuku?"

"Tidak," jawab Draco, terlihat sangat berpuas hati. "Nanti aku jadi susah kalau mau menguping siang-siang, dong?"

Y/N mengerang. "Kau menyebalkan."

"Kau menyukai kehadiranku, jangan coba-coba membantah," Draco berkata sombong. "Tapi kenapa kau tidak mengatakan apa yang sebenarnya sedang kau pikiran, karena aku tahu ada sesuatu. Aku tahu kau memang diam kalau sedang menggambar, tapi kau senyum-senyum sendiri ke buku gambarmu dengan mata bulat macam donat. Apa sebegitu indahnya aku?" Draco menyeringai, dan Y/N mengangkat wajah untuk menatap Draco kesal.

"Fine," jawab Y/N akhirnya. "Aku akan beritahu. Aku sudah dapat kencan untuk pesta dansa Halloween besok."

Seringaian di wajah Draco segera menghilang. "Tunggu, apa?"

Y/N kembali menundukkan badan untuk mulai proses shading pada gambarnya dengan seksama. "Bagian mana yang kau tidak paham?" goda Y/N, masih tidak mengangkat wajah.

Agak bodoh saat dia sadar detak jantungnya mulai berdegup cepat. Y/N tahu itu. Tapi dia mengabaikannya, karena itu sangat tidak masuk akal.

"Dengan siapa?" desak Draco.

Y/N mengangkat wajah sambil menghela nafas. "Kau tidak kenal siapapun di sekolah, Draco."

"Kau akan terkejut seberapa banyak aku tahu," ujar Draco. "Siapa, beritahu aku." Draco melihat Y/N sambil merengut.

INCORPOREAL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang