delapan

740 170 48
                                    

Y/N mengajak Draco ke lapangan rumput di belakang, rerumputan terasa lembab karena cuaca dingin, tapi mereka berdua tidak peduli, duduk santai di tanah. Y/N bisa lihat lapangan bola di kejauhan.

"Lihat," gumam Draco, bergeser mendekat dan melingkarkan lengannya di bahu Y/N. Y/N hampir lupa cara bernafas saat menyadari jarak mereka yang sangat dekat, Draco menunjuk ke atas, ke arah langit, Draco menoleh untuk memberi Y/N senyuman kecil. "Itu adalah rasi bintangku."

"Rasi bintangmu?" tanya Y/N, ikut memandang pola bintang yang jari Draco buat di udara dan mencoba lihat yang mana yang ia sebenarnya sedang tunjuk.

"Yes. Lihat? Naga." Draco mengulang gerakan tangannya, dan Y/N mengikuti arah jarinya agar dia bisa membayangkan bentuknya. "Tradisi dari sisi keluarga ibuku untuk memberi nama anak dengan nama rasi bintang."

"Kedengaran mewah," goda Y/N, menatap Draco dari ujung mata. "Dan apa yang akan mereka pikir tentangku, orang biasa?"

"Aku tidak peduli," jawab Draco, mendekatkan kepala ke lehernya untuk menarik nafas.

Gerakan Draco selalu lambat, dan sedikit ragu, dan Y/N mencoba untuk memberinya sebanyak mungkin waktu yang ia butuhkan dan untuk tidak membuat gerakan tiba-tiba. Dia tidak mau menyakiti Draco. Tapi kemudian Draco melepas jaketnya, mengundang Y/N untuk berbagi dengannya dan saat Y/N memposisikan diri, Draco menyampirkan jaket dan lengannya di sekitar badan Y/N. "Hangat?" gumam Draco.

Y/N menyandar makin dalam pada Draco. Lengannya masih melingkarinya dan kepalanya ia sandarkan ke bahu, Y/N menghela nafas senang. "Mhm. Sangat."

Ini terasa sempurna. Draco terasa sempurna, disini bersamanya.

Dan ini semua tidak adil, sangat tidak adil.

"Aku senang mendengarnya," jawab Draco sangat lirih tapi dengan kebahagiaan di ujung kata. "Aku senang aku bisa mengahangatkanmu untuk pertama kali. Aku benci karena aku selalu membuatmu menggigil."

"Kenapa kau tidak bisa disini terus?" Y/N bertanya sedih.

"Aku harap juga bisa, Y/N," ujar Draco penuh sesal. "Kau tidak tahu seberapa aku ingin tetap disini. Tapi setidaknya kita bisa menikmati ini untuk sekarang."

Kemudian jemari Draco meraih dagunya, mendongkakkan kepalanya dan dia menunduk untuk menyatukan bibir mereka berdua. Y/N tidak pernah mencium siapapun sebelumnya, dan semua ini mengejutkannya. Tapi dia menyukainya, dan tampaknya ciuman mereka jauh lebih mempengaruhi Draco, karena hampir seketika begitu bibir mereka bertemu, dia harus berhenti sekejap untuk menghela nafas dan menyandarkan dahi padanya sebelum bisa melanjutkan lagi.

Saat Draco menyatukan bibir mereka lagi, Y/N menunggu beberapa saat sebelum melingkarkan tangan ke lehernya dan bergerak mendekat; jemari Draco mencengkramnya sebagai balasan.

Y/N mencoba untuk menghargai semua ini. Setiap saat yang mereka habiskan disana, sendiran dan bersama di lapangan. Rasanya jauh lebih menyanangkan daripada di pesta, bersama dengan Draco dan merasakan tangannya di pinggang dan di punggung dan di wajahnya sebelum menyisir rambutnya perlahan. Ada banyak waktu berhenti untuk sekedar saling peluk dalam keheningan sambil memandang langit, menikmati kedekatan dan kehangatan dari satu sama lain dan beberapa kali bertukar kata sana sini; ada juga banyak waktu dimana mereka bertukar ciuman panas.

Satu-satunya yang tidak banyak mereka lakukan adalah mengobrol. Ada banyak waktu untuk itu – satu-satunya yang bisa mereka lakukan bersama sebenarnya – kalau Draco sudah kembali.

Yang mana, kebetulan, sebentar lagi.

Waktu berlalu cepat, terlalu cepat, dan Y/N melihat Draco mengecek arloji di pergelangan tangannya lebih sering dari sebelumnya, setiap dia mengecek dia akan kelihatan makin sedih, sampai akhirnya Y/N menutupi arlojinya dengan tangan dan mengecupnya pelan. "Berhenti mengecek," bisiknya.

INCORPOREAL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang