sepuluh

1.5K 212 44
                                    

Ruang tunggu selalu buruk di segala situasi, tapi ini.

Selama tiga jam selanjutnya – karena waktu tunggu makin bertambah begitu dia berada disana – terasa seperti siksaan spesial. Y/N menemukan dirinya berharap kalau ada sesuatu semacam neraka, dia lebih memilih masuk sana dari pada di di tempat mengerikan di-antara ini tanpa pengetahuan apapun, tepat setelah kehilangan Draco lagi...

Orang-orang datang dan pergi, tapi Y/N mengabaikan mereka semua. Dia tidak begitu peduli untuk memperhatikan apapun. Tidak saat dia merasa menyedihkan karena bingung dan rasa kehilangan.

Tapi akhirnya, akhinya – setelah serasa seumur hidup – Y/N mendengar namanya dipanggil.

"Y/N Y/L/N." pekerja sama dari yang sebelumnya dan masih dengan jejak ketakutan, Y/N bangkit dan masuk mengikuti jalan yang sama dengan Draco sebelumnya, menuju persimpangan di pintu dan ke ruang selanjutnya.

Y/N tahu Draco sudah pergi dari berjam-jam lalu, tapi dia tidak bisa menahan untuk tidak melirik ke sekitar ruangan mencarinya. Tentu saja tidak berhasil. Draco tidak ada disana.

Yang ada adalah ruang tak berujung.

Atau mungkin waktu.

Ketiadaan?

Y/N tidak begitu yakin.

Kelihatannya seperti ruangan biasa tapi disaat yang sama juga kelihatan seperti pusaran, diatasnya dan disekitarnya sampai sejauh yang bisa ia lihat. Saat dia mendongkak ketas, ada lebih banyak lagi pusaran, Y/N juga lihat mereka terarah ke berbagai arah yang berbeda. Meski Y/N tidak begitu yakin, sejujurnya. Tapi tidak ada arah disini. Tidak ada atas, bawah, maupun kanan dan kiri.

Begitu saja.

Di hadapan Y/N ada meja, dibaliknya duduk pria paling menganggumkan yang pernah Y/N lihat. Selama waktu yang cukup lama, Y/N hanya memandanginya.

Lalu si pria hanya menyeringai, melambaikan tangan dan sebuah kursi muncul dari sisi lain meja, tapi kursi itu melayang miring. "Duduk, Y/N," suruh si pria, mengangkat alisnya. Y/N mendekat dan menenangkan diri, perlahan membenarkan posisi kursi dan menyejajarkannya dengan meja.

Y/N terus menatap saat si pria membuka file tebal dengan jentikan tangan. Tidak ada sedikitpun bagian tubuhnya yang bersentuhan dengan file, tapi filenya tetap terbuka begitu saja.

"Well," mulainya, terdengar sedikit terhibur dan memberi Y/N senyuman kecil. "Mari kita lihat. Nomer enam ribu dua." Matanya terarah ke file dan tiba-tiba dia tertawa geli. "Well well. Ditusuk dari belakang oleh kencan pesta dansa Halloween-mu, karena dia mudah marah dan dia murka saat kau muncul dengan lelaki lain: tidak lain lagi Draco Malfoy, yang mana sudah mati saat kau bertemu dengannya dan kau bertemu dengannya saat dia jadi hantu yang menghuni rumah barumu tapi secara teknik dia hidup saat muncul di pesta dansa sebagai bentuk dari terapi hantu." Si pria menatap Y/N, bibirnya makin melengkuk membentuk senyum. "Wow. Well, mungkin ini adalah yang paling menarik, aku bilang. Dan hampir yang paling sadis. Kecuali satu waktu itu ...yang mana? Dua miliar tiga? Ya ampun, bus itu melindasmu dengan bagus. Mereka perlu membersihkan tubuhmu dari jalanan."

Matanya bersinar memandang Y/N dan Y/N akhirnya mampu menemukan suaranya kembali. "Siapa kau?"

"Kematian, tentu saja." Dia menyatukan ujung jarinya dan memperhatikan Y/N dari baliknya.

"Dan – dan ini ...hanya salah satu dari hidupku?" tanya Y/N, mulutnya jatuh terbuka.

"Sederhananya, ya," jawab Kematian, matanya menatap file lagi.

"Jadi begitu saja. Reinkarnasi itu nyata?" desak Y/N cemas.

Itu tidak buruk, pikirnya. Setidaknya, semuanya bisa saja jauh lebih buruk.

INCORPOREAL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang