Chapter 04

161 19 0
                                    

Jangan lupa untuk meninggalkan jejak
Vote + Comment nya yorobun!
Selamat membaca!
✨✨✨
________________________________________________________________







Ini dare yang tidak berjalan seperti yang Heeseung harapkan! Soojin masih marah-marah tidak jelas setiap hari. Mungkin, mungkin saja ya, haruskah Heeseung perlu mengatakan pada Soojin kalau dia menyukainya? Apakah itu akan mengubah pikiran Soojin? Akankah dia menerima Heeseung apa adanya? Atau Soojin hanya berpikir mereka hanya sebagai sahabatan?

Ya setidaknya, Heeseung mencoba menikmati momen ini tapi Soojin sama sekali tidak menikmatinya. Kalau Soojin tidak senang, maka Heeseung juga tidak senang. Apa yang harus Heeseung lakukan untuk membuat Soojin senang? Setiap kali Heeseung menanyakan itu padanya, Soojin menjawab dia ingin dare itu diakhiri sekarang dan kembali normal.

Kelas berikutnya Heeseung bersama Winter dan Beomgyu. Heeseung segera duduk di samping Winter hanya untuk kali ini saja. Untungnya Sungchan tidak ada di kelas ini jadi dia tidak perlu negative thinking. Heeseung sudah menjelaskan situasinya kepada Beomgyu agar dia tidak tersinggung hanya karena Heeseung tidak duduk bersamanya.

"Spill." Winter menoleh ke arah Heeseung.

"Hah?" Heeseung ngeblank.

"Gue udah hapal sama lo Seung, alasan lo duduk sama gue daripada yang lain karena lo pasti mau nanyain soal cewek." Jawab Winter. "Sungchan gak ada, buru ngomong."

"... Yah gue ketauan." Heeseung tersenyum. "Cuman ya Win, gue udah ngikutin sarannya Jaehee, tapi gak berhasil. Di Soojin nya. Lo ada ide?"

"Bilang ke gue gimana perasaan lo pas di dekatnya."

"Gue ngerasa..."

"Kupu-kupu di perut?"

"Nggak. Pikiran gue berantakan banget kalo gue sama dia. Dare nya ngeselin. Gue pengen sama dia, tapi gue juga takut kehilangannya. Gue punya banyak hal yang ada dipikiran gue. Gue kayaknya nganggep dare nya agak serius, tapi Soojin kebalikannya. Dia cuman pengen jadi sahabat gue doang. Jadi, gue takut gue bakal ngancurin segalanya. Gue juga gak mau kehilangan persahabatan yang indah cuman karena gue pengen menjalin hubungan sama Soojin."

"Wow Seung, wow. Gue cuman mau bilang kalo perasaan lo tuh sedikit rumit dari yang gue pikirin. Seenggaknya, bukan itu yang gue harap."

"Ya kalo lo gak mau bantu, bilang aja."

"Sabar Seung. Gue juga pengen bantuin lo, tapi gue pikir dulu. Gue juga tau gimana perasaan Soojin. Soojin lebih perhatiin pelajaran dan gak terlalu peduli soal hubungan, itu alasannya dia gak nganggepin dengan serius. Nilai Soojin bagus semua dan dia gak mau kalo dia pacaran bakal turun nilai-nilainya. Dan itu alasannya dia gak mau pacaran di masa sekolah."

"Gue tau Win. Yang dia utamakan itu belajar. Gue gak salahin dia sih, dia emang pinter dan dia gak mau ngecewain orang tuanya." Heeseung menghela nafas.

Setelah berjam-jam mengajar, sekolah akhirnya berakhir. Heeseung berharap dia bisa saja melemparkan bukunya ke guru sekolah, dia sangat menyebalkan! Heeseung segera bertemu dengan Soojin. Heeseung tidak ingin membuatnya menunggu.

"Lo keliatan serem gitu." Kata Soojin ketika dia melihat Heeseung.

"Masa sih? Bukannya ganteng!" Heeseung bercanda.

"Maksud gue, muka lo masang serem-serem gitu. Gue udah sering ngeliatnya." Soojin tersenyum.

"Cukup miskah, gak usah ngomong penampilan gue lagi." Heeseung memutarkan mata. "Bisa—" Heeseung belum selesai berbicara ketika seseorang menabrak Heeseung dari belakang.

Heeseung berbalik dan ternyata itu Jell— Jaehee maksudnya. 'Ini Jaehee kenapa sih?! Katanya lo gak mau rusakin momen gue sama Soojin!' Biasanya Jaehee selalu berbahagia saat mereka bersenang-senang.

"Sori! Sori ya kak! Sepatu gue benar-benar rusak!" Seru Jaehee. "Ngomong-ngomong, gue ke sini cuman mau bilang ke Kak Soojin. Gue pulangnya telat kak, ntar bilang ke mama, ya? Gue ada urusan di sini."

"Iya Hee, cepat pulang ya." Soojin mengangguk.

Heeseung dan Soojin masuk ke mobil dan segera pergi. "Urusan apa emang?" Heeseung dengan penasaran tanya ke Soojin.

"Apanya?" Tanya Soojin.

"Pas Jaehee bilang dia ada urusan." Heeseung menjelaskan.

"Lo mah aturan gak usah ikut campur urusan cewek." Soojin mendengus.

"Emangnya itu ganggu privasi lo?" Heeseung tertawa.

"Diam ah." Soojin memalingkan wajahnya ke jendela.

Wow Soojin, apa-apaan ini?! Sejak kapan dia jadi... dingin? Apa yang terjadi dengannya? Dia sudah berubah 180°? Heeseung memutuskan untuk melakukan apa yang Soojin katakan, diam saja. Heeseung juga tidak ingin memperburuk keadaan. 'Ayo dong Seung, pikir dong! Pasti lo ada sesuatu yang bikin Soojin kek gini. Cari solusi buru!'

Heeseung menginjak gasnya, dengan cepat mengantarkan Soojin pulang. Heeseung perlu memikirkan ini. "Ketemu besok ya." Heeseung tersenyum saat Soojin turun.

"Bye Seung." Kata Soojin.


——— Stuck In Feeling ———


Heeseung langsung berbaring di tempat tidur, frustrasi. Ya tuhan, cewek-cewek kenapa rumit banget!

"Hari yang buruk?" Kakaknya Heeseung, Nakyung, masuk ke kamar.

"Parah banget, kak." Heeseung membalas.

"Apa lagi nih? Banyak cewek yang minta lo datang ke rumah mereka?" Nakyung langsung duduk di tepi tempat tidur.

"Sering sih, tapi bukan itu masalahnya." Heeseung menghela nafas.

"Berantem sama teman?"

"Nggak—"

"Lo abis di bully?"

"Kak, bisa gak sih diem sebentar terus nunggu gue jelasin?!"

"Iya iya! Ampun dah, gak usah teriak juga. Spill."

"Hahh, ya pokoknya gini kak..."







—TBC—

Stuck in Feeling : Heeseung • Soojin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang