Chapter 4

4.8K 374 55
                                    

Aku menggendong putraku yang tampan, jika dilihat secara lamat ia mirip sekali dengan Jungkook. Hidung nya bahkan bibirnya yang tipis itu.

Jungkook pulang dengan raut wajah tak bersahabat nya itu. Semenjak kelahiran Junkyu, aku jarang sekali melihatnya di rumah. Ia pulang larut malam dan berangkat pagi-pagi sekali. Bahkan ia tak tahu bagaimana Junkyu lahir, dan bagaimana rupanya. Berbicara pun kami sangat jarang.

Ia membawa beberapa bajunya ke dalam tas ransel hitam miliknya, "mau kemana?"

"Mingyu mengajak ku ke Jeju untuk liburan."

"Liburan?"
"Jung, kau akan meninggalkan ku lagi?"

"Ji, aku mohon mengerti. Aku sedang banyak tekanan soal skripsi ku. Aku butuh hiburan setidaknya untuk menjernihkan pikiran ku."

"Kau punya hati tidak sih? Kau bukan anak muda yang bisa pergi kemanapun yang kau mau. Ingat Jung, kau seorang ayah. Bahkan kau tak pernah tau keadaan putramu."

Kulihat Jungkook mengepalkan tangannya, "mau mu apa sekarang? Aku lelah menghadapi sikap egois mu!" bentaknya padaku.

Egois? Siapa yang sebenarnya egois? Apa aku salah selalu membutuhkannya? Dia kan memang suamiku sudah menjadi tugasnya selalu ada di sisiku.

"Aku egois? Baiklah aku egois."

"Aku pergi," pamitnya lalu meninggalkan ku.

Aku kembali menitihkan air mataku, ini bukan pertama kalinya, namun rasanya kali ini aku benar-benar lelah. Ada atau tanpa Jungkook pun rasanya sama, bahkan aku tak merasakan kehangatannya menjadi seorang suami. Selalu menyibukkan dirinya dengan hal yang bukan tentang ku dan Junkyu. Rasanya sakit, tak sanggup lagi menahan semuanya sendiri.

"Bercerai?" bentak ibuku, ia menatap ku khawatir.

"Apa yang terjadi?"
"Ji, kau tak kasihan pada Junkyu? Kalau kalian bercerai, bagaimana nanti Junkyu?"

"Bu, aku tidak sanggup lagi. Jungkook begitu berbeda." Aku merasakan ibu tengah memeluk ku sambil mengelus lembut punggung ku.

"Saat berumah tangga, akan ada saja cobaan nya. Itu akan menguji bagaimana kalian kuat menjalani nya. Semua permasalahan pasti akan ada jalan keluar. Dan perceraian bukan suatu solusi."

Ibu menghela nafas, lalu menyentuh kedua tanganku, "Jisoo-yaa, coba kau bayangkan suatu hari nanti Junkyu besar dia akan bertanya kemana ayahnya? Dan sedari kecil belum pernah mengenal ayahnya, kau tak pernah berpikir bagaimana perasaan nya?"

"Jika Jungkook salah, beri tahu dia perlahan. Jangan gunakan emosimu ketika berdebat. Bersabarlah. Jungkook lebih muda darimu, bukan berarti kau bisa berbicara seenaknya. Bagaimana pun juga dia suamimu, pemimpin mu."
"Lagipula jika kalian bercerai, bagaimana nanti ibu Jungkook. Penyakit nya pasti akan lebih parah."

Aku menganggukkan kepala ku. Ibu Jungkook mengidap penyakit serangan jantung, yang dimana tak bisa menerima kabar buruk yang malah akan semakin memperparah penyakitnya. Jika dipikir menang benar perkataan ibuku. Mungkin selama ini aku kurang sabar menjadi seorang istri. Masih selalu mementingkan egoku tanpa memikirkan susahnya menjadi suamiku. Ah aku jadi merasa bersalah pada suamiku.

***

Author POV.

Jungkook perlahan membuka pintu apartemen, berjalan dengan mengendap berharap istrinya tidak memergokinya. Jungkook sudah lelah, yang ia butuhkan hanya istirahat. Memasuki kamar tamu dan menutup nya dengan pelan. Setidaknya biarkan ia tertidur dulu, perkara nanti Jisoo akan memarahinya atau bagaimana ia sudah benar-benar tidak peduli.

Nothing Like Us (✓)Where stories live. Discover now