Extras 26 : Abimayu Sewot

3.1K 585 180
                                    

Aku menggosok hidungku yang gatal. Udara di sini sangat segar. Saking segarnya, aku bahkan merasa udara di sini masuk sangat jauh ke dalam hidungku.

"Lo lebih cocok sama gue."

Perkataan itu datang dari si Ji yang sedang bersandar di dekat keran yang ada di luar lapangan indoor. Ya, ada lapangan indoor di daerah sini. Sepaket dengan vila milik sekolah. Abimayu berarti kaya sekali, ya? Sekolah bahkan bisa menyediakan banyak hal hanya untuk ekstrakurikular.

Dan lagi. Voli itu olahraganya orang-orang good looking kali, ya? Mereka selalu berada di lapangan indoor, jadi tidak ada pemain yang kulitnya kusam.

"Woy! Lo dengerin gue, nggak?" Si Ji tiba-tiba sudah berjalan di sampingku, padahal aku sudah melewatinya tadi.

Aku mengedip dan menoleh ke arahnya dengan heran. Dia tinggi sekali. Dan ngomong-ngomong, "Lo tadi ngomong sama gue?"

Si Ji mendelik. "Ya iyalah!"

"Tapi lo nggak ngasih tanda ngobrol sama gue, tuh," kataku dan masuk ke dalam lapangan, diikuti oleh dia yang ada di belakangku.

"Jadi gimana? Lo mau nggak sama gue?"

Di atas meja yang terdapat di dalam lapangan, aku menyimpan botol-botol minuman anak-anak voli yang sudah kuisi dengan air yang baru. Aku kemudian menatapnya yang masih mengikutiku. "Apa lo suka ngoleksi manusia?" Tanyaku.

Dia malah mengedip. "Maksudnya?"

"Lo sebelumnya mau Kania, dan setelahnya lo mau gue?"

Si Ji malah mengangguk dengan senyuman lebarnya. "Ya. Ngegangguin Abimayu adalah misi utama gue."

"Dan apa hubungannya antara gangguin Abimayu dan minta gue buat sama lo?"

"Ya ada hubungannya," jawab dia tanpa berpikir. "Yang pasti, itu bakal gangguin dia."

Aku menghela napas panjang. Aku masih tidak bisa menemukan apa hubungannya, tapi, "Anggap aja itu bener. Tapi, apa nggak ada cara lain? Pelorotin celananya, kek, atau umpetin celananya waktu dia boker. Kan masih ada. Kenapa lo pengen manusia buat gangguin Abimayu?"

"Karena celana nggak lebih berharga daripada lo."

Aku mengedip. Benarkah? Menurutku, celana lebih berharga daripada manusia jika aku mendapatkan tragedi kehilangan celana ketika sedang buang air besar. Baiklah, kenapa aku yang jadi tidak mengerti dengan arah pembicaraan ini? Kenapa malah dia yang membuatku bertanya-tanya? Harusnya, aku yang mengajarinya.

Aku menghela napas panjang dan menatapnya. "Oke kalau gitu. Lo mau nggak jadi cowok gue?"

"APA?!"

"HAH?!"

"ZEE!!"

"KAK!!"

Teriakan yang bersahutan itu membuatku tersadar jika aku sedang berada di dalam lapangan. Abimayu yang membawa 2 bola voli di tangannya terlihat terdiam di tempat dan melongo. Satu bolanya terjatuh ke lantai namun dia tetap diam. Dia sudah menggunakan jaketnya. Tentu saja, pelatihan sudah berakhir hari ini. Aku mengabaikan ekspresi kaget orang-orang di sana, lalu kemudian kembali menatap si Ji yang terdiam di tempat.

"Gimana? Mau?" Tanyaku kemudian.

Dia tersentak dan mengangguk. "M-mau."

"WOY MONYET!!"

"GA TOLONG GUE GA! KAYAKNYA GUE MAU PINGSAN!"

"JANGAN NGOMONG SAMA GUE, SAR! GUE UDAH MATI!"

Aku menghela napas panjang mendengar teriakan-teriakan berlebihan itu. Aku kemudian menatap si Ji yang tersenyum lebar. "Oh ya? Ya udah, kalau gitu kita putus sekarang." Kataku pada jawabannya yang sebelumnya.

Seorang Figuran Dari Kisah Cinta Abimayu [Repost]Where stories live. Discover now