Extras 36 : Abimayu Menelepon

3.1K 561 112
                                    

"Duh, Zee, lo tuh jangan polos-polos banget, napa?! Jatohnya dungu, tau nggak?!" Keluh Laras, sementara aku sudah bersandar di sofa dengan lelah.

Hari sudah siang, dan aku masih mengantuk. Kira-kira kenapa, ya?

Beni juga pergi entah ke mana. Dia memang suka seenaknya, jika main di rumahku. Berasa rumah sendiri mungkin. Sementara Laras terus-terusan mengoceh panjang lebar di depanku.

"Gue kan nggak tau, Ras," kataku sambil memejamkan mataku dengan lelah. Aku sangat mengantuk, demi Tuhan. "Kalau tau juga nggak gue lakuin. Kemarin gue bahkan nolak ajakan boncengan motor sama Abimayu."

"Iya sih, nolakin ajakan boncengan! Tapi kenapa malah makin parah, sih?! Nginep, Zee, nginep loh ini! Di rumah cowok! Untung aja Abi nggak ngapa-ngapain lo!"

"Ya terus gimana?!" Kesalku karena Laras sudah mengoceh sedari tadi, sedangkan aku merasa tubuhku sangat tidak enak. Aku bahkan membuka mataku hanya untuk menatapnya. "Masalahnya, semua aja nggak boleh! Boncengan nggak boleh, nginep bareng nggak boleh. Lo juga kan suka nginep di rumah gue. Lagian, kalau gitu, apa gunanya emansipasi wanita sama kesetaraan gender diperjuangkan?!"

"Dodol, dasar!" Kesal Laras sambil menjitak kepalaku kuat. Dan lagi, dia sekarang berdiri di hadapanku dengan tangan yang terlipat di depan dada. Mirip seperti ibu tiri dalam film Cinderella. "Emansipasi sama kesetaraan gender itu cuma bisa lo perjuangkan di mata hukum dan pendidikan aja! Kalau kayak gini, lo yang jebol, dia yang nggak ada bekasnya! Sama-sama akhirnya nggak adil! Ngerti?!"

Aku cemberut dan mengangguk. "Ngerti." Jawabku, tentu saja berbohong.

"Bohong! Emang tau apa artinya jebol?"

"Bolong, kan?" Tasku pernah disebut jebol oleh Laras ketika sobek. Jadi aku menyimpulkan bahwa jebol adalah sobek atau berlubang.

"Aduh! Lebih baik lo baca sendiri deh, buku Kamasutra! Pokoknya, jangan diulangi lagi ya! Awas lu kalau gue denger bobo bareng Abi lagi!"

Aku kembali mengangguk pelan. "Maaf ...."

Laras menghela napas panjang. Dia akhirnya menjatuhkan tubuhnya ke sofa, duduk di sampingku. "Inilah kenapa kita temenan, Zee. Lo tau sesuatu yang masuk akal, dan gue nanganin yang teknisnya. Oke?"

"Oke."

"Jadi?"

"Apa?"

"Tadi gue bilang apa?"

"Jangan bobo bareng cowok."

"Bagus!"

Aku hanya mengendus udara, sementara Laras kini sudah mulai kembali pada dunianya. Yaitu, ponsel. Aku cemberut dan melihat ke arah dapur saat mendengar suara di sana.

Tunggu dulu.

Dapur?

Ah! Ternyata itu!

"Ben ... mau kopi." Kataku, merengek pada Beni yang entah berada di mana.

Ternyata itu. Aku belum meminum kopi seharian ini. Makanya seluruh tubuhku terasa lemas dan kepalaku agak pusing. Dan lagi, ngantuk berat ini pasti disebabkan oleh kopi yang belum kuminum pagi ini.

"Ini lagi dibuatin, Sayang." Sahut Beni dari dapur.

Laras menghentikan kegiatannya memainkan ponsel, dia menegapkan tubuhnya dan menoleh ke arah dapur. "Udah gue bilang jangan sembarang manggil Zee pake panggilan sayang!"

"Ya ampun Ras, cuma kita bertiga ini yang denger," Beni muncul dari dapur. Hawa keberadaannya lemah sekali. Aku bahkan tidak tahu jika Beni tadi ke dapur. Maksudnya, aku tahu dia ada di sana. Namun, aku tidak tahu kapan tepatnya dia berada di sana.

Seorang Figuran Dari Kisah Cinta Abimayu [Repost]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang