07. Worthy

808 176 38
                                    

ㅡ•ㅡ

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


ㅡ•ㅡ


APA liat-liat?!” Rosa menatap garang pada laki-laki berlesung pipi tersebut, yang sedari tadi terus-menerus memandangnya lamat-lamat dengan senyuman geli. Demi apapun Rosa sudah berusaha keras mengejar langkah kaki Jessica guna menghentikan aksi gila sang sahabat tapi dia kalah atletis. Ck! Berujung setelah pintu ruang rapat di tutup, Rosa dan Jessica jambak-jambakan di koridor.

Dan sekarang lihatlah perbuatan sial sahabatnya tersebut. Rosa sendiri yang menanggungnya padahal pembahasan awal mereka bukan itu. Huft! Bersusah payah mengalihkan perhatian Arzan namun tetap saja diungkit ke permukaan.

“Beneran mau punya anak kembar?”

Detik berikutnya Arzan pias saat melihat tangan Rosa mematahkan sumpit mie ayam dalam satu gerakan. Ekspresi kesal tercetak jelas di wajahnya seolah tengah menunggu waktu yang tepat untuk mengamuk. Oke, sampai sini Arzan paham. Jangan dibicarakan dulu.

“Pak, sumpitnya satu set lagi,” pinta Arzan kepada sang penjual. Pemuda tersebut segera mengganti sumpit Rosa, membuang yang rusak ke tong sampah sebelum menata anak rambut si gadis ke belakang telinga. “Ngapain jambak-jambakan di koridor sih, Sa? Kan jadi berantakan gini rambutnya, untung aja nggak pitakㅡ”

“Oh! Jadi kalau gue pitak lo nggak suka?! Emang, ya! Dasar! Cowok mau enaknya aja! Skincare rambut tuh mahal! Gue cabein juga tuh mulut!” sentak Rosa sebal. Irisnya melebar galak.

Baiklah.

Arzan serba salah sekarang.

“Yaudah, makan aja duluㅡ”

“Argh! Jessica bangsat! Harusnya waktu kecil, dia gue jorokin ke jurang pas kita camping. Ck! Benci banget gue ngeliat dia bahagia!” tandasnya sembari menusuk-nusuk mangkok miliknya.

Arzan terkekeh geli, “Waktu ditinggal pergi tiga hari pergi sama kakeknya lo galau banget kayak ditinggal nikah. Ketemu malah berantem gini. Unik ya kalian.”

Gadis itu menunjukkan Arzan dengan sumpit bersama tatapan jengah yang ia lemparkan. “Lo bakalan ngerti kalau udah temenan sama dia dari kecil. Kelakuannya lebih absurd dibandingkan sekarang, Esie aja pernah nangis karena stres gara-gara Jessica manjat pohon terus loncat ke pohon satunya cuma buat nge-cosplay tarzan. Bayangin sendiri, jangan tanya gue gimana rasanya. Mau gila, actually!”

Lagi-lagi dengan cara yang sederhana Arzan mampu tertawa sore ini. Melepas penatnya tanggung jawab di pundak bersama Nona Mawarnya. Arzan tak tahu lagi harus apa semisalnya mereka tak pernah berdekatan. Ia yang tak pernah berinisiatif mencari Rosa waktu itu, mungkin khayalan mendapatkan perhatian si gadis hanya sebatas bualan belaka. Syukurlah, kini Rosa ada di depannya.

IRIDESCENTWhere stories live. Discover now