68. A Step

1K 153 97
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

ARZAN pikir ia hanya perlu berusaha keras, betul-betul lebih keras lagi untuk menggapai Nona Mawarnya. Namun yang ia lawan sekarang Jessica, gadis itu tidak akan memberikan celah sekecil apapun untuk Arzan mendekati sahabatnya. Harapannya sedikit banyaknya pupus. Terlebih-lebih lagi kini ia benar-benar disibukkan dengan OSIS. Akibat titah Jessica satu minggu lalu. Ruangan OSIS di porak-porandakan tanpa sisa. Mereka terpaksa mencetak ulang seluruh laporan dengan dana pribadi. Sementara barang-barang yang rusak keesokan harinya berganti dengan yang baru sehingga Arzan tak perlu pusing-pusing lagi menjelaskan kegaduhan apa yang terjadi pada kepala sekolah.

Berkali-kali Arzan menandatangani dokumen-dokumen penting. Mereka mulai persiapan proposal baru untuk merekrut anggota OSIS tahun ini dan mencari kandidat baru untuk mengisi posisi inti di OSIS. Tentu, jabatan Arzan akan segera lengser dan disibukkan dengan persiapan masuk universitas.

Omong-omong tentang Chika. Arzan masih tidak menyangka dengan obsesi gadis itu. Jujur, orang mana yang tidak merinding diikuti kemana-mana hanya untuk tahu kegiatan sehari-hari dan mengatas namakan cinta guna membenarkan perilaku mereka. Chika masih tetap hadir ke sekolah karena tanggung jawabnya sebagai sekretaris OSIS. Gadis tersebut kini mengeluarkan jati dirinya. Tidak ramah apalagi lemah-lembut seperti dulu. Dingin dan tidak tersentuh. Pun, berkat presentasi Jessica satu minggu lalu semua penghuni Bina Bangsa enggan berdekatan dengan Chika.

Terlebih-lebih para anggota OSIS. Huft! Mereka yang terhasut, mereka juga yang membenci. Sungguh lucu dunia ini dan isinya.

“Kepsek minta rapat satu jam lagi tentang penyerahan jabatan sekaligus bahas pembukaan pendaftaran OSIS,” papar Chika datar, tidak ada ekspresi sembari menyerahkan satu map. “Tolong tanda tanganin.”

Arzan mengangguk kaku dan segera membubuhkan tanda tangannya. Butuh beberapa detik bagi Arzan untuk yakin saat menyampaikan isi kepalanya. “Chika … lo nggak papa?”

Terkutuklah pada hati baik dan sifat hangatnya yang suka mengkhawatirkan orang lain itu. Chika memejamkan matanya sejenak dan menatap serius pada Arzan. “Lo udah tau semuanya 'kan? Gue … semenyeramkan itu. Jadi berhenti bersikap baik ke gue atau gue bakalan bersikap lebih sinting buat ngedapetin lo. Permisi.”

Agaknya Chika terkesiap sesaat ketika berpapasan dengan Rosa di luar ruangan. Awalnya ingin mengabaikan sosok chipmunk tersebut akan tetapi Rosa terus-terusan mencegat jalannya. Chika mendecak dan menyorot tajam gadis itu.

“Kenapa? Lo mau ngetawain jatuhnya gue?!” tembak Chika, tangannya terkepal bersama iris berkaca-kaca.

Rosa memasang ekspresi sulit, menunduk sekilas seirama dengan anggukan samar dan menghela napas pendek. Kemudian gadis chipmunk tersebut mengeluarkan sebatang cokelat dari saku almamaternya dan disodorkannya pada Chika.

IRIDESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang