Suasana ini begitu menenangkan, tidak ada cahaya dan suhu ruangan yang sejuk. Lisa nyaman untuk bergulung di atas ranjang ini.
Lisa mencoba membuka matanya, dan untuk sesaat ia menikmati lingkungan asing yang tidak dikenalnya ini. Lisa belum ingat dimana dirinya berada. Ruangan besar yang lapang dan mewah ini di hiasi beberapa ornamen berwarna cokelat, hitam dan krem. Ah, tidak ada lukisan satu pun di dinding besar itu, Jelas ini bukan kamar Jiyong. Lisa bingung dan berusaha mencari ingatan visualnya.
Ya ampun! Lisa ingat... Lisa pernah berada di ruangan yang mirip dengan ini sebelumnya, walaupun ruangan ini terlihat jauh lebih besar.
'Ini rumah Ian! Sial! Bagaimana ia sampai di sini?' Maki Lisa dalam hati.
Kenangan samar dari malam sebelumnya datang perlahan-lahan ke dalam ingatannya. 'Pesta Mino...mabuk-mabukkan... panggilan telepon... muntah di toilet... dan Ian! ... Oh tidak!' Lisa menjerit ngeri dalam hati. Bagaimana Lisa tak ingat saat ia datang kemari.
Lisa masih memakai pakaian miliknya lengkap dengan bra dan celana dalam. –Tapi kemana celana jeans miliknya?!
Lisa melirik meja di samping ranjang. Mencari dimana ponsel miliknya, memutar-mengelilingi tubuhnya meskipun hasilnya masih nihil. Lisa mendudukan dirinya, mengambil dan meminum habis air putih yang tersedia di atas meja; menganggap air minum itu memang untuknya.
Belum selesai semua kepanikan dan kebingungan Lisa, terdengar suara ketukan di pintu, –Jantung Lisa pun seperti melompat dari tempatnya, bahkan saat ini Ia tidak bisa menemukan suaranya.
Sosok itu membuka pintu dan berjalan masuk. Dia terlihat seperti habis berolah raga. Memakai celana training putih yang longgar dengan tshirt warna abu-abu, –yang terlihat menggelap karena keringat, sama seperti rambutnya. Pemandangan yang belum pernah Ia lihat di dalam hidupnya. Lisa mengambil napas panjang dan mengatur kerja paru-parunya. Memejamkan mata dan berharap saat membuka matanya lagi; Ia mendapat kekuatan untuk menghadapinya.
"Bagaimana keadaanmu?"
"... Aku baik-baik saja," gumam Lisa.
Ian sedang menatap Lisa dengan mata abu-abu gelapnya, dan seperti biasa, wajahnya terlihat datar; tanpa kerutan di keningnya ataupun tanpa tatapan tajam khasnya yang selalu Dia tunjukan pada Lisa. —Tatapannya lebih mengerikan untuk Lisa dibandingkan dengan eskpresi marahnya yang sudah-sudah. 'Apa aku membuat masalah dengannya semalam? Kenapa dia menatapnya seperti itu?'
"Bagaimana aku bisa sampai di sini?" Suara Lisa kecil, malu.
Dia mendekat dan duduk di tepi ranjangnya. Cukup dekat untuk bisa Lisa sentuh, atau untuk dapat mencium harum tubuhnya. Ya tuhan... harum tubuhnya sukses membuat Lisa kehilangan orientasinya.
"Setelah pingsan dan muntah di jok kulit mobilku, Aku tidak bisa membawamu pulang begitu saja. Aku harus minta pertanggung-jawabanmu di sini," katanya.
"—Oh, Maaf. Aku akan ganti untuk semua kekacauan yang kubuat..." Lisa malu sekaligus menyesal.
"Bagus." Jawabnya tanpa ekspresi.
"Apakah... aku mengacaukan rumahmu?" Suara Lisa sekarang jauh lebih baik.
"Tidak."
"Apakah kau yang melepaskan celanaku...?" Bisik Lisa.
"Ya." Dia menyeringai saat melihat Lisa menjadi salah tingkah, wajah Lisa menghangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dope Lovers
RomanceAku masih tidak percaya bahwa aku sekarang sendirian. Aku hancur berkeping-keping, tapi kau tidak tahu. Betapa berharapnya aku, kau tidak meninggalkanku. Tapi Kudengar kau terlihat bahagia sekarang. Jadi jangan kau khawatirkan aku, karena aku baik-b...